Presiden AS Donald Trump Kunjungan 3 Negara Timur Tengah

Admin
UTC
9 kali dilihat
0 kali dibagikan

Now, who's just become besties?

The US and Saudi Arabia.
Gaes, kamu harus tahu bahwa saat ini Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru aja memulai kunjungan ke tiga negara Timur Tengah. Ketiganya adalah Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA) dan kunjungan ini udah dilakukan sejak Selasa (13/5). Kenapa kunjungan ini penting banget? karena emang AS punya banyak kepentingan politik dan ekonomi di Timur Tengah yang bisa sangat menentukan arah kebijakan di Timur Tengah ke depannya.

OK. Tell me.
Well, Arab Saudi jadi negara pertama yang dikunjungi Trump. Nggak sendiri, Trump datang bersama deretan pebisnis AS, kayak CEO Tesla Elon Musk, CEO OpenAI Sam Altman, juga CEO Amazon Andy Jassy. Sesampainya di sana, Trump dapat sambutan mewah ketika mendarat di Bandara Riyadh. Trump disambut langsung sama Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS). Sang Putra Mahkota menunggu di karpet ungu yang diapit oleh barisan kehormatan. Sambutan istimewa ini biasanya hanya diberikan ke tamu yang paling disukai.

Bisa-bisanya Trump disukai...
Ya gitu deh. Selanjutnya, keduanya kemudian melakukan pertemuan bilateral dan diketahui bahwa Presiden Trump dan Putra Mahkota MBS menyepakati beberapa kerja sama antar dua negara, salah satunya penjualan paket persenjataan senilai Rp2,3 triliun dari AS ke Arab Saudi. Adapun perjanjiannya mengatur soal pembelian berbagai sistem pertahanan kayak rudal, alat-alat pertahanan udara, misil, hingga pertahanan perbatasan dan perairan. 

Geeez...

Dalam lembar fakta Gedung Putih, paket yang ditandatangani pada Selasa (13/5) merupakan kesepakatan kerja sama pertahanan terbesar dalam sejarah AS. Meski begitu, pihak Gedung Putih enggak memverifikasi peralatan atau produsen tertentu yang terlibat dalam penjualan senjata dengan Arab Saudi. Yang pasti, senjata-senjata itu diproduksi oleh berbagai perusahaan senjata milik Amerika Serikat.

Terus gimana sama investasi Arab Saudi?
Ga cuma beli senjata, MBS juga bilang bahwa negaranya bakal berinvestasi sebesar US$600 miliar atau setara Rp9,9 triliun untuk Amerika serikat. Adapun dana ini akan digunakan untuk berbagai sektor strategis seperti pertahanan, energi, teknologi, infrastruktur, AI, hingga kesehatan. Menurut para pengamat, ini tuh emang typical Trump banget yang suka "quick win" dalam berbagai kebijakannya.

OK terus...

Selanjutnya, kamu juga perlu tahu bahwa Amerika Serikat juga pada kunjungan ini menyatakan mencabut sanksi terhadap Suriah atas permintaan Pangeran MBS. FYI, pada 1979, AS menyatakan Suriah sebagai negara sponsor terorisme dan mereka jadi ga bisa menerima berbagai bantuan kemanusiaan. Dengan dicabutnya sanksi ini, investasi, bantuan kemanusiaan hingga lalu lintas perdagangan juga bisa masuk ke Suriah, di mana hal-hal tadi tuh penting banget untuk membangun Suriah kembali pasca perang berpuluh-puluh tahun.

Nice...

Dalam kesempatan yang sama, Trump juga ketemu nih sama Presiden Suriah yang baru, Muhammad al-Sharaa. Trump juga menyebutkan bahwa ini tuh udah waktunya Suriah move on dan "It's their time to shine". Meanwhile, Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shibani menyatakan bahwa emang sekarang adalah waktunya untuk negaranya kembali membangun negeri. In his words: "We ... stand ready to foster a relationship with the United States that is rooted in mutual respect, trust and shared interests."

Jadi aman nih Suriah?

Tapi yhaa tetep ada udang di balik batu, guys. Menurut pernyataan Gedung Putih, Trump juga mendesak al-Sharaa untuk menerima  Abraham accords. Jadi itu tuh perjanjian yang dibuat pada era pemerintahan Trump periode pertama buat menormalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel. Perjanjian ini udah ditandatangani sama beberapa negara kaya Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Maroko, dan Sudan. 

Geez... terus Suriah mau?

Kata Trump sih mau. Dalam keterangannya pas ditanya wartawan, Trump cerita bahwa dia minta Suriah bergabung dengan Abraham Accords setelah kondisi di negaranya membaik, dan Sharaa bilang OK. Trump juga menegaskan bahwa dengan bergabung ke Abraham Accord, Suriah bisa mencegah masuknya teroris dan ekstrimis termasuk yang dari Palestina, ke negaranya. Selain itu, Suriah juga bisa turut menjaga keamanan di kawasan. 

Huft...

Meanwhile, tuan rumah Arab Saudi justru sejak Februari 2024 udah menegaskan bahwa mereka enggak akan pernah menormalisasi hubungan diplomatik sama Israel tanpa kemerdekaan Palestina. Kata Saudi, normalisasi hubungan dengan Israel bisa dilakukan jika Palestina menjadi negara merdeka dan Israel menghentikan agresinya di Jalur Gaza. Dalam kunjungan Trump kemarin, bahasan soal Abraham Accords ini juga ga begitu mengemuka. Trump cuma bilang ke Saudi "You'll join in your own time."

I see, anything else?
Yes, lawatan AS ke negara-negara Timur Tengah melewatkan Israel dalam daftar kunjungannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan soal hubungan keduanya sebagai sekutu. AS menyadari kalau tindakan Israel yang menentang pembentukan negara Palestina membuat normalisasi dengan Arab Saudi jadi sulit diwujudkan karena emang banyak negara Arab yang against that. Para ahli melihat langkah pemerintah Trump menunjukkan kalau AS mengejar visinya sendiri buat bekerja sama secara ekonomi aja dengan negara-negara Timur Tengah yang stabil dan makmur.

Β© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.