First stop, viral aplikasi World App yang ternyata belum berizin...
Bukan Indonesia namanya kalau ada yang baru dan cuan tapi nggak langsung viral diburu orang-orang. Aplikasi World App baru-baru ini bikin geger warga karena menjanjikan bayaran sampai Rp800 ribu hanya dengan scan retina mata aja. In this economy, bayaran besar buat hal yang terkesan mudah harusnya kita waspadain nggak, sih?
Tell me about it.
So, before going deeper, World App tuh salah satu layanan perusahaan
World yang mencakup layanan lain kayak World ID, World Coin, sama World Chain. Aplikasi ini dibuat sama Sam Altman yang juga CEO dari OpenAI yang memproduksi ChatGPT. Nah, World App dikembangin sama Tools for Humanity (TFH) dengan perangkat kamera berbentuk bola yang disebut Orb.
Okay. Go on...
Nah yang bikin World App ini viral soalnya aplikasi ini nawarin uang ratusan ribu hanya dengan scan retina mata aja. Makanya in this economy, banyak yang daftar kan. FYI, sebenernya aplikasi ini udah ada di Indonesia sejak beberapa bulan lalu. Warga udah bisa memiliki identitas digital bernama World ID dengan scan retina di beberapa lokasi resmi yang ada di wilayah Jabodetabek. Setelah berhasil verifikasi, pengguna bakal nerima imbalan berupa Worldcoin yang otomatis bakal dikirim ke akun dompet digital yang ada di aplikasi World App. Imbalan uang tunai yang bisa diterima sama pengguna bervariasi antara Rp300.000 - Rp800.000 tergantung sama wilayah juga kebijakan yang berlaku.
Mayan banget...
Banget. Makanya saking viralnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) akhirnya bertindak buat menyelidiki laporan masyarakat soal aktivitas mencurigakan World App ini. Sebagai tindak lanjut laporan itu, Komdigi akhirnya membekukan sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) layanan Worldcoin sama WorldID. Rencananya, Komdigi bakal memanggil pihak pengelola.
Really?
Yep. Dalam siaran persnya pada Senin (5/5), Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi Alexander Sabar bilang bahwa pihaknya bakal memanggil PT Terang Bulan Abadi dan PT Sandina Abadi Nusantara buat kasih klarifikasi atas dugaan pelanggaran ketentuan penyelenggaraan sistem elektronik (PSE). Lebih lanjut, Alexander mengatakan pembekuan ini jadi langkah preventif buat mencegah efek negatif ke masyarakat. Dari hasil penelusuran awal oleh Komdigi, PT Terang Bulan Abadi belum terdaftar sebagai PSE dan enggak punya TDPSE sesuai aturan perundang-undangan. At the same time, layanan Worldcoin tercatat menggunakan TDPSE atas nama PT Sandina Abadi Nusantara.
Hayolohhhhh...
Sus banget kan??? Nah, sebelum masuk Indonesia, World App sempat juga menuai kontroversi di Spanyol. Tepatnya di Desember 2024, World Coin didesak sama Agencia Española de Protección de Datos (AEPD) atau lembaga pengawas perlindungan data Spanyol buat menghapus data pemindaian retina mata yang udah dikumpulin sejak proyek itu dimulai di 2019. Pihak AEPD menyebut kalau proyek ini melanggar Peraturan Perlindungan Data Umum di Uni Eropa.
Waduh, kok serem...
Wait until you read about this part, nih, gaes. Sejumlah desa yang ada di wilayah Jawa Barat disebut-sebut jadi sasaran buat pengumpulan data biometrik ini. Katanya buat memudahkan dan meyakinkan warga buat join, ada kerja sama juga sama sejumlah aparatur desa. Denger-denger pendekatan World buat dapetin data-data biometrik di tiap negara bisa beda-beda. Di Sudan misalnya, World bakal giveaway Airpods buat orang-orang yang setuju scan retina mata mereka.
Tapi, kenapa sih mereka butuh banget scan retina?
Jadi, Worldcoin tuh sekarang masih berfungsi sebagai wallet cryptocurrency. Namun ke depannya, Altman punya goal untuk bikin proyek universal basic income di mana semua orang di seluruh dunia harus punya uang dalam jumlah tertentu untuk menjalani hidup (Yes, Altman pengen semua orang dapet uang, kinda UMR, dan harus universal. Hence the money giveaway). Nah retina ini digunakan untuk memverifikasi user, dan memastikan hanya user itu aja yang bisa akses wallet-nya. Ini karena retina itu kayak sidik jari: punya formulasi bentuk yang unik per individu dan ga ada sama satu sama lain.
I see...
Sejauh ini, World App udah memiliki 2,2 juta users yang udah memverifikasi data dengan retina matanya. Di Indonesia sendiri, startup di balik aplikasi World yaitu Tools for Humanity (TFH) bilang bahwa pihaknya udah menghentikan sementara layanan verifikasinya di Indonesia. Selanjutnya, TFH bakal komunikasi lebih lanjut sama pemerintah terkait perizinan mereka di tanah air. Lebih lanjut, pihak TFH juga menegaskan kalau proses scan retina ini dilakukan tanpa menyimpan data pribadi siapa pun. Jadi emang pure buat verifikasi aja
I see. Anything else?
Yes, selain Komdigi, viralnya aplikasi World App ini juga direspons sama Polri dan OJK. Dalam keterangannya pada Senin (5/5), Karopenmas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, menegaskan bakal menindak World App setelah ada koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Lebih lanjut Brigjen Trunoyudo menyatakan kalau Polri akan mengambil langkah buat mengamankan dan menertibkan masyarakat. Sedangkan, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, juga menyatakan kalau sampai saat ini World App belum punya izin operasional sehingga masih dianggap high risk.