Admin
UTC
1 kali dilihat
0 kali dibagikan
Who’s stepping up the game?
Kementerian Kesehatan
Well well well, menyikapi polusi udara yang sekarang makin concerning sampai menimbulkan masalah kesehatan aka penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut alias ISPA, Kementerian Kesehatan kemudian turun tangan nih, guys. Yep, kemarin banget nih, Kemenkes udah membentuk tim khusus untuk mengatasi masalah ini. Pemprov DKI Jakarta pun udah siap dengan berbagai upayanya supaya langit Jakarta dan sekitarnya, nggak butek lagi kayak sekarang.
Tell. Me. Everything.
You got it. Jadi as we all know, kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya tuh kan masih dalam kategori tidak sehat yah. Data dari IQAir menunjukkan, indeks kualitas udara Jakarta tuh ada di angka 119, which means nggak sehat bagi kelompok sensitif. Weekend kemaren bahkan lebih parah, indeksnya ada di angka 152-157. Nggak sehat buat semua kelompok dan kalangan itu namanya. Udara begini of course nggak bagus dong kalau dihirup terus-terusan karena bisa menimbulkan penyakit :(((.
Hadu….
Makanya menanggapi situasi ini, Kemenkes be like, “Ok let’s do something.” Dalam keterangannya kemarin, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut sejumlah penyakit yang berkaitan dengan polusi udara tuh mulai dari ISPA, pneumonia, kanker paru, penyakit paru kronik, sampai tubercolosis aka TBC. Nah lebih jauh, Pak Menkes bilangnya enam penyakit tadi tuh sekarang angkanya meningkat lagi, guys. Nyampe 200 ribuan jumlahnya di Jakarta, mau itu yang ditangani di RS, Puskesmas, atau fasilitas kesehatan lainnya.
Terus gimana dong?
Nah menyikapi hal ini, Kementerian Kesehatan akhirnya turun tangan dong. Iya, kemarin banget nih, Kemenkes udah resmi membentuk tim khusus bernama Komite Respirasi dan Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan. Adapun kelompok ini diketuai oleh Pak Dokter, namanya dr. Agus Dwi Susanto. Terus komite ini juga punya rencana strategis, mulai dari deteksi, sistem peringatan dini, edukasi, sampai kajian dan riset terkait dampak terhadap kesehatan.
Gimme all the details…
You got it. Jadi misalnya deteksi nih, dr. Agus jelasinnya mereka bakal membantu memantau kualitas udara salah satunya lewat masangin sensor polusi udara. Sensor ini bakal ada di beberapa daerah di Indonesia, guys. Targetnya sih ada di 18 kota di 11 provinsi, di mana lokasinya bakal berpusat di rumah sakit, puskesmas, pasar, dan sekolah. Selain itu, komite ini juga bakal main data gitu, guys. Data soal polusi tuh kan banyak yah available di berbagai platforms. Nah ntar, data itu bakal terintegrasi di aplikasi SatuSehat, biar masyarakat juga bisa langsung liat data polusi hari itu gimana, kategorinya apa, dll. Kurang lebih kayak zaman PeduliLindungi kemaren itu lo.
Oke kebayang….
Meanwhile di level provinsi, Pemprov DKI Jakarta juga udah melakukan berbagai upaya buat mengurangi polusi udara, guys. Yang terbilang ribet kayak uji emisi, sampai as simple as nyiram-nyiram air ke jalanan. Iya, kamu harus tahu nih, guys. Dari arahan dalam rapat terbatas Presiden Jokowi bareng jajarannya beberapa waktu lalu, action step yang diambil buat mengurangi debu dan polusi adalah dengan menyiram jalanan, guys. Hal itu juga legit tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri untuk seluruh kepala daerah di Jabodetabek, termasuk Jakarta.
Nyiram jalanan banget???
Iya. Dari instruksi itulah, tanggal 23 kemarin nih, Polda Metro Jaya barengan sama Pemadam Kebakaran dan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI pun udah nurunin sebanyak empat unit mobil water cannon mereka deh. Airnya pun disiram di sepanjang jalan protokol, mulai dari Jalan Sudirman, juga di Jalan Medan Merdeka Barat. Cuma ya gitu, tindakan ini dapat reaksi negatif dari para pakar sampai Menkes Budi himself, guys.
Apa katanya?
Terus terus?
Is that it?
Got it. Anything else I should know?
Apa katanya?
Ketua Majelis Kehormatan Ikatan Dokter Paru Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama kemarin menyebut nyiram jalanan tuh nggak efektif buat ngatasi polusi udara, gengs. Bahkan, Prof. Tjandra bilangnya berbagai studi udah membuktikan nyiram air di jalan dalam skala besar tuh bukannya cegah polusi, tapi justru malah nambah polusi. Secara, konsentrasi PM2.5 yang jadi indikator dalam polusi udara tuh bakal meningkat gitu lo. Jadi ya, mengatasi masalah dengan masalah ini tuh konsepnya rada lol.
Terus terus?
Menkes Budi juga bilangnya nyiram jalan tuh nggak efektif, guys. Cuma bakal mindahin polusi dari satu tempat ke tempat lain katanya. Makanya, atas kritik itulah, PJ Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono pun kemarin udah rapat sama Presiden Joko Widodo dan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan untuk minta saran kayak, w kudu piye nih, gitu. Nah kalau kata Pak Presiden dan Opung Luhut sih ya mending nggak usah, makanya kegiatan nyiram-nyiram ini bakal dihentikan katanya.
Is that it?
Of course not. Selain nyiram air ke jalanan, Pak Heru juga menyebut pihaknya bakal melakukan uji emisi secara bertahap, menanam pohon di berbagai titik, sampai mendorong pemakaian kendaraan listrik lebih maksimal. Nggak tanggung-tanggung, Pemprov DKI Jakarta udah nyiapin 100 bis listrik tambahan yang siap beroperasi. Oh, sama hujan buatan! Kayak yang terjadi hari Minggu kemaren, itu adalah hujan buatan hasil teknologi modifikasi cuaca aka TMC, guys. Pak Budi sih emang bilang satu cara buat menghilangkan polusi tuh cuma hujan dan angin gede.
Got it. Anything else I should know?
Btw dari tadi ngomongin polusi, now let’s zoom in a bit to pelaku, alias those who made all of this mess. Yep, kemarin banget nih, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan aka KLHK udah menjatuhkan sanksi ke 11 entitas perusahaan yang melakukan pencemaran udara, guys. Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar bilangnya 11 perusahaan itu terdiri dari perusahaan bata bara, peleburan logam, pabrik kertas, sampai pabrik arang. Sanksinya sendiri berupa sanksi administratif, di mana pemerintah mendorong perusahaan tersebut buat benerin pengolahan limbah mereka.