Admin
UTC
2 kali dilihat
0 kali dibagikan
Here we’re bringing the latest update from: Ferdy Sambo‘s trial….
Nggak kelar-kelar, but worth to follow.
Yep, bear with us because today, we’re serving you the endless drama of Ferdy Sambo, dan orang-orang di sekelilingnya. Mulai dari istrinya, Putri Candrawathi, Bharada Richard Eliezer aka Bharada E, dan para anggota kepolisian yang kena imbas perbuatannya. Dalam sidang terbarunya, we got another keterangan that you don’t want to miss. So, why don’t you catch up? Leggo…
Tell me.
Ok. Sejak pembunuhan Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat yang terjadi 8 Juli lalu, yang kemudian kita tahu dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bahwa kejadian ini didalangi oleh Ferdy Sambo, berbagai teori dan spekulasi terkait “Why did he do this?” Tuh terus bermunculan, guys. Kenapa sampai ada teori segala, yha karena motif pembunuhan ini juga belum diungkap kan. Bahkan, kalau kita recall lagi ke belakang, Menko Polhukam Mahfud MD bahkan pernah bilang, “Motifnya cuman bisa diketahui oleh orang dewasa”. Jadi untuk mengetahui motif sebenarnya gimana, Majelis Hakim yang dipimpin Wahyu Iman Santoso itu pun nanya ke Bharada E soal hubungan FS sama Putri, guys. Apakah pernah berantem, atau adem-ayem aja, gitu. Terus dijawab sama Bharada E di mana dia mengungkap keterangan soal ‘Wanita Misterius’, guys.
Oh wow. Gimana gimana?
Jadi dalam keterangannya, Bharada E ceritanya gini: Satu bulan sebelum peristiwa penembakan itu terjadi, tepatnya di bulan Juni 2022, waktu di rumah Saguling, Putri sempat ngajak tiga ajudannya yaitu dia, Brigadir Yosua, sama satu lagi namanya Matheus buat keliling daerah Kemang, Jakarta Selatan. Keliling aja, terus ujungnya balik ke rumah yang di Jalan Bangka. Nah pas balik, Bu Putri raut mukanya udah kayak marah gitu, gengs. Terus nggak lama Ferdy Sambo pun dateng, marah-marah juga mukanya. Tapi nggak tau ada apaan kan. Nggak berani juga buat nanya, kata Bharada E. Nah nggak lama setelah FS dateng, Bharada Richard dikasih tau ada temennya FS namanya Pak Eben mau dateng, jadi tolong disambut, gitu. Tapi dia nggak pernah lihat Pak Eben datang.
Lah terus?
Instead, yang dilihat adalah satu orang perempuan keluar dari rumah sambil nangis-nangis. Nggak tahu siapa tuh orang. Richard bilang dia nggak kenal, dia cuman cerita perempuan itu keluar dari rumah sambil nangis-nangis, mau pulang gitu cari driver. Nggak lama perempuan itu pun pergi. Dan sejak kejadian itu, Bharada Richard bilang Ferdy Sambo lebih sering stay di rumah Saguling daripada yang di Bangka.
OMG who’s that?.
Selamat berpikir, guys ehehehe. Yang harus kalian tahu adalah, statement Bharada E barusan itu seolah menjawab teori dan spekulasi netijen +62 selama ini, di mana rumah tangga Ferdy Sambo dan Putri tuh diduga emang nggak harmonis dan terdapat isu perselingkuhan nyempil di sana. Isu perselingkuhan ini yang kemudian ditepis mentah-mentah sama yang bersangkutan, gengs. Begitu keluar abis sidang, Ferdy Sambo menyebut keterangan Richard Eliezer itu nggak benar dan merupakan hasil rekayasa.
Whoaaa…
Nah dalam keterangannya, Sambo bilangnya Bharada E tuh ngarang dan perlu dicari tahu siapa yang nyuruh Richard ngarang kayak gitu. In his words, Ferdy Sambo bilangny, “Jelasnya istri saya itu kan diperkosa sama Yosua. Tidak ada motif lain apalagi isu perselingkuhan.” Lebih jauh, Sambo juga menegaskan kalau dia yang bakal bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Jadi dia menekankan ke Bharada E supaya nggak usah nyeret orang lain dalam perkara ini. Baik itu istrinya, atau Ricky Rizal, atau Kuat Maruf.
Kaca murah sih btw…
Padahal faktanya, beberapa anggota Polri yang nggak tahu menahu udah keseret ke kasus ini gara-gara FS ygy. Mereka harus melanggar kode etik kepolisian, ditempatkan di tempat khusus aka patsus, bahkan ada juga yang dikeluarkan secara tidak hormat dari institusi Polri. Nggak terkecuali Kepala Bagian Penegakan Hukum Provos di Divisi Propam Polri, Kombes Susanto Haris. Meskipun nggak sampai dipecat, Kombes Susanto bilangnya dia ditempatkan di Patsus selama 29 hari dan didemosi selama tiga tahun. That being said, karier yang udah dia bangun selama puluhan tahun di kepolisian hancur gara-gara keseret kejadian ini. Mixed feelings dong pasti, ada marah, ada kecewa, ada kesel. “Jenderal kok bohong. Jenderal kok tega menghancurkan karier. Tiga puluh tahun saya mengabdi hancur di titik nadi terendah pengabdian saya,” kata Kombes Susanto gitu.
Yha gimana…..
Good luck with that. Anything else?
Yha gimana…..
The same also goes to Hendra Kurniawan, eks Karo Paminal Divisi Propam Polri yang juga sama-sama terlibat terseret perkara ini. Selain ditempatkan di patsus juga, disidang kode etik juga, bahkan sampai diberhentikan tidak dengan hormat aka PTDH dari Institusi Polri. Terkait PTDH ini, Hendra bilangnya sampai saat ini masih dalam proses banding. But the thing is, di kesaksiannya, Hendra bilang dia udah dibohongin sama Sambo, karena selama penanganan kasus kerjaan dia ngikutin perintah Sambo doang. Termasuk menyeleksi CCTV kompleks, CCTV TKP, berangkat ke Jambi ketemu keluarga Brigadir Yosua, dan ceritain kronologinya sesuai skenario Sambo. Above all, Hendra bilang, “Saya berdamai dengan diri saya sendiri. Saya berdamai dengan hati. Saya syukuri apa yang bisa saya perbuat, saya jawab di persidangan ini.”
Good luck with that. Anything else?
Btw ngomong-ngomong soal Ferdy Sambo, kamu ngeh nggak sih kalau selama persidangan berlangsung sejauh ini, diitung-itung FS tuh udah nangis sebanyak tiga kali, gengs. Pertama minta maaf sama orang tua Brigadir Yosua dan bilang dia sangat menyesal. Terus yang kedua waktu Ferdy Sambo minta maaf sama ajudan-ajudannya. Mulai dari Adzan Rommer, Daden Miftahul Haq, Prayogi Iktara, dan Farhan Sabilillah. FS minta maaf karena perkara ini, ajudan-ajudannya itu harus melewati all of these things. Nangis juga tuh dia di situ, “Padahal kalian udah saya anggap anak-anak saya,” katanya. Terakhir waktu penyidik dari Polres Metro Jakarta Selatan memberikan kesaksiannya, di mana mereka juga ikutan dihukum karena kejadian ini. Nangis dia, dan bilang dia menyesal udah bikin orang-orang itu kena sanksi padahal mereka nggak salah.