Admin
UTC
2 kali dilihat
0 kali dibagikan
When our neighbour is not okay…
We’re talking about Myanmar, yang hampir setengah dari populasinya hidup di bawah garis kemiskinan.
Hiks iya guys, dan yang sedihnya lagi, kemiskinan ini disebabkan oleh perang saudara yang totally preventable, tapi udah terjadi di sana sejak 2021 lalu hingga sekarang. Akibat perang ini, update terbaru dari PBB menyebutkan bahwa 49,7 persen penduduk Myanmar hanya hidup dengan US$0,7 atau sekitar Rp12 ribu doang setiap harinya.
Ya Allah….
Iya sedih banget kan, guys? Nah, in case you’re not following, jadi Myanmar itu tetangga yaaang… agak susah diatur sih, jujur. Mereka lama ada di bawah rezim militer, terus demokrasi bentar di bawah Aung San Suu Kyi, eh terus doi dikudeta oleh militer dan kini militer berkuasa lagi. Let alone isu Rohingya yang juga berasal dari Myanmar, di mana mereka juga ga bisa handle masalahnya dan malah jadi isu yang melebar ke banyak negara tetangganya di ASEAN, termasuk kita.
Hmmmm iya ugha, ribet.
Nah today, let’s zoom in on: Kudeta militer yang bikin hampir 50% penduduk Myanmar berada di bawah garis kemiskinan. It all started in February 2021, di mana saat negara lain masih sibuk menghadapi covid-19, militer Myanmar justru melakukan pendudukan atas gedung parlemen yang saat itu dikuasai oleh pemerintah demokrasi di bawah Suu Kyi. Kelompok militer ini ngotot bahwa mereka harus kembali memimpin Myanmar, despite the fact that pada pemilu sebelumnya di november 2020, partainya Suu Kyi menang telak.
Go on…
Nah setelah junta militer ini kembali berkuasa, warga Myanmar protes keras dong. Apalagi ternyata Suu Kyi ditahan jadi tahanan kota dengan tuduhan yang banyak dan ngga masuk akal, kayak kepemilikan walkie talkie (?). Protes warga ini kemudian dihadapi dengan kekerasan oleh junta militer, di mana mereka sampe ngerahin serangan udara, pembakaran desa, pemenggalan, sampe mutilasi ke orang-orang yang mereka anggap sebagai pemberontak pro demokrasi.
HAHHHHH?!
Shocked kan? Apalagi teror dari paramiliter buat orang-orang yang pro demokrasi ini bener-bener gila. Iya segila orang-orang yang dipersekusi lewat berbagai macem siksaan sebelum akhirnya dibakar hidup-hidup. Hal ini udah beberap kali terjadi dan videonya pun udah rame di sosmed dari beberapa waktu yang lalu. Salah satunya terjadi di Desa Nyaung Pin Thar yang ada di Kawasan Bago, Myanmar di mana para warga di sana dibakar hidup-hidup pada Mei 2023 lalu.
Sakjiw
Ya memang. Lebih sedih lagi, perang saudara ini berlangsung terus hingga sekarang, di mana hal ini tentunya bikin warga Myanmar hidup penuh teror dan serba kekurangan banget. Soalnya dari tiga tahun perang saudara ini, udah ada sekitar tiga juta penduduk Myanmar yang terpaksa ninggalin tempat tinggalnya dan hidup sebagai pengungsi. Myanmar yang sebelumnya punya pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia aja kini kondisinya memprihatinkan banget dengan udah nggak adanya kelas ekonomi menengah di Myanmar.
Mereka jadi pada jatuh miskin yah?
Yep bener banget. Bayangin aja deh, Myanmar yang dulunya jadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia Tenggara sebesar enam persen serta udah mengurangi separuh tingkat kemiskinan rakyatnya dari 48,2 persen pada 2005 dan tinggal jadi 24,8 persen pada 2017 lalu justru jadi makin miskin karena kudeta. Hal ini di-confirm langsung sama laporan dari UN Development Program aka UNDP yang bilang kalo hampir setengah dari 54 juta penduduk Myanmar berada di bawah garis kemiskinan dengan rata-rata pendapatan perbulan masyarakatnya cuma di angka USD40,6 atau sekitar Rp650 ribu, guys.
Nggak nyampe ⅓ UMR Jogja nggak tuh.
Iya lagi. Temuan ini juga lanjut di-confirm sama direktur regional UNDP Asia, Kanni Wignaraja yang bilang kalo masyarakat kelas menengah di Myanmar bener-bener udah nggak ada lagi. Padahal, kelas menengah inilah yang biasanya menggerakkan ekonomi dari yang bawah ke atas. Semuanya gara-gara adanya perang saudara yang dilakuin pas pandemi covid-19. In his words, Kanni ada bilang, “The very scary thing are those surviving now at just a bare subsistence level. So, the depth of poverty is huge.”
OMG so sad 🙁
Of course. Soalnya dampak ekonomi dari perang saudara ini benar-benar dirasakan warga, whether or not they live in the conflict area. Misalnya aja, nilai mata uang Myanmar, kyat yang sekarang ini anjlok dua kali lipat sejak akhir 2020 kemarin (MMK1200 pada Oktober 2020 jadi MMK2100 pada April 2024 untuk USD1), harga sembako juga kian melejit, hingga pada cabutnya investor asing dari Myanmar karena instabilitas politik yang menyebabkan angka pengangguran meroket.
Segitu parahnya ya…
Iya, guys. Kondisi ini kemudian diperparah dengan situasi pandemi covid-19 yang bikin masyarakat Myanmar susah banget buat bekerja. Lha gimana, pas itu bisnis-bisnis banyak yang gulung tikar akibat nggak stabilnya ekonomi Myanmar. Terus banyak masyarakat di sana yang kena PHK dan menganggur dalam waktu yang lama. Jadi yha nggak heran kalo sekarang rata-rata pendapatan perbulan masyarakat Myanmar jadi sekecil itu.
Huft:(( anything else I should know?
Well, sampe sekarang ini Produk Domestik Bruto aka PDB Myanmar yang turun sebesar 18 persen pada pandemi lalu tuh sampe sekarang masih belum pulih, guys. Soalnya emang pas itu, Myanmar lagi bener-bener kena dampak ganda di mana pandemi covid-19 dan kudeta militer terjadi di waktu yang bersamaan. Administrator UNDP, Achim Steiner sampe bilang kalo hal ini terus dibiarin, bisa-bisa krisis keuangan dan kemanusiaan di Myanmar bakal makin memburuk dan dampaknya bakal sampe ke lintas generasi. Makanya kalo kata Steiner sih perlu ada segera intervensi di Myanmar biar hal tersebut nggak terjadi.
ASEAN ngapain ASEAN??