When things are soooo sad in Gaza :(
Biadab emang Israel yang ngga berhenti menyerang Gaza, Palestina dengan senjata yang dibohirin Amerika Serikat dan Eropa. Terbaru, Kementerian Kesehatan Gaza pada Senin (24/3) menyatakan setidaknya 50.082 warga Palestina dipastikan tewas dan 113.408 lainnya terluka akibat serangan Israel di Gaza.
:(
FYI guys, saat ini situasi masih kacau dan mencekam di Gaza, setelah Israel memutuskan kembali menyerang pemukiman sipil dengan dalih menyasar Hamas. Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, jumlah korban tewas diperbarui menjadi lebih dari 61.700 orang dengan ribuan warga Palestina yang dinyatakan hilang di bawah reruntuhan bangunan dan jalan yang diduga tewas.
Banyak banget :(
Yang terbaru guys, Israel kemarin menyerang Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza yang menewaskan dua orang dan menghancurkan sebagian besar bangunan. Dalam pernyataannya, Dirjen Kementerian Kesehatan, Munir Al-Barsh, mengutuk serangan tersebut yang disebutnya sebagai war crimes. Menurutnya, serangan Israel ini nggak hanya terang-terangan mengabaikan hidup orang yang nggak bersalah tapi juga menghambat pelayanan medis dan upaya penyelamatan jiwa pasien.
Ugh.... ga kaget.
Well, not only attacking hospital, Israel juga meratakan tiga bangunan masjid dan menghancurkan lima buah mobil dalam serangan udara di kota selatan Khan Younis minggu lalu. Selain itu, serangan darat oleh pasukan Israel terus berlanjut di seluruh Jalur Gaza, setelah mereka memutuskan untuk membatalkan sepihak kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. Menurut pendapat seorang profesor di Universitas Qatar, Luciano Zaccara, nggak adanya tindakan signifikan dari komunitas internasional buat menghentikan konflik menunjukkan kalau nggak ada konsekuensi yang bakal diterima Israel atas kejahatan genosida yang terus terjadi di Gaza.
Alasan Israel nyerang Gaza lagi sekarang tuh apa...
Well, Menlu Israel Gideon Saar bilang bahwa Israel sedang berperang melawan dunia bebas. Dalam statement-nya, Gideon menyebutkan Iran, Houthi, Hamas, dan Hizbullah sebagai kekuatan yang ingin menyerang Israel. Di sisi lain, sekali lagi Israel secara sepihak menganggap serangan itu berarti melawan peradaban Barat lainnya. Intinya Israel tetap kukuh dengan statement manipulatif seolah nggak berkaca sama tindak-tanduknya yang terus membombardir warga sipil Gaza, tuh...
KESEL BANGET BACANYA...
IKR, semua juga kesel ngikutin pola Israel yang ga ada habisnya kalo soal ngeles. At the same time, menanggapi situasi antara Hamas-Israel, Mesir sudah mengajukan proposal baru buat balikin situasi gencatan senjata antara Hamas-Israel ke jalur yang benar. Pihak Hamas menyatakan akan membebaskan lima tawanan yang masih hidup, termasuk warga Amerika-Israel atas izin Israel untuk pengiriman bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza plus gencatan senjata selama seminggu. Sedangkan, Israel akan membebaskan ratusan tahanan Palestina.
Terus situasi di Israel gimana?
Yep, ternyata kebijakan Netanyahu buat kembali menyerang Gaza ditentang sama puluhan ribu warganya, gaes. Serangan kembali ke Gaza di tengah kesepakatan gencatan senjata antara Hamas-Israel ini dianggap sebagai upaya Netanyahu untuk mengamankan kekuasaan politiknya sendiri. Banyak warga Israel yang protes dan menuntut Netanyahu mengundurkan diri setelah pemboman di Gaza dilanjutkan. Banyak tawanan Israel yang saat ini masih ada di Gaza dan berisiko kehilangan nyawa mereka karena kesepakatan gencatan senjata yang batal ini.
Kondisi Gaza sekarang gimana?
Well, balik lagi ke pemboman RS Nasser di Khan Younis, lagi-lagi pihak militer Israel mengonfirmasi kalo serangan itu berhasil mengenai militan Hamas yang beroperasi di sana. Dan lagi, Israel nyalahin kematian warga sipil ke Hamas yang diklaim beroperasi di daerah yang padat penduduk. Akibat serangan itu, departemen bedah di RS Nasser nggak bisa lagi beroperasi. Tak hanya warga, para perawat yang ada di RS ini juga terluka akibat serangan intensif Israel pada Senin (24/3). Blokade total Israel ke Gaza juga menghambat proses pengobatan pasien karena obat-obatan, perlengkapan dan peralatan medis untuk perawatan korban perang gaada.
Sakit jiwa sih.
Banget, guys. Lebih jauh, kamu tentu tau bahwa bahwa Amerika Serikat juga complicit dalam seluruh situasi ini. Yep, meski gencatan senjata yang sempat berlangsung selama dua bulan bisa dianggap bagian dari jasa Trump, dukungannya atas serangan kembali Israel ke Gaza bisa dilihat dan problematik. Menurut pendapat Josh Ruebner, dosen di Program Keadilan dan Perdamaian Universitas Georgetown, sikap Trump yang abu-abu soal gencatan senjata bisa terlihat dari ide untuk relokasi warga Gaza lebih cocok disebut ethnic cleansing karena ada indikasi pengusiran paksa. Ide atau usulan itu dapet penolakan internasional, sehingga Trump akhirnya mengizinkan Israel buat lanjutin serangan militer ke warga Gaza.
Terus gimana reaksi negara-negara Arab?
Okay, para pemimpin Liga Arab pada Rabu (19/3), menyerukan untuk mengakhiri kerja sama militer dan ekonomi dengan Israel. Hal ini mengikuti serangan terbaru Israel ke Gaza pada Selasa (18/3). Lebih lanjut, Liga juga akan secara aktif meminta ke negara-negara anggota untuk bertindak agar kerja sama militer dengan Israel hingga boikot ekonomi akan dilakukan untuk mengecualikan diri dari serangan yang dilakukan Israel ke Gaza. Kerja sama antara negara-negara Arab dengan Israel berdasarkan Perjanjian Abraham pada 2020 sempat dikecam oleh Palestina. Beberapa negara Arab yang menjalin kerja sama politik, ekonomi, dan budaya dengan Israel misalnya, Uni Emirat Arab, Maroko, juga Bahrain.
I see. Anything else?
Yes, dalam serangan Israel ke Al-Muwasi pada Sabtu (22/3), salah satu biro politik Hamas yang terkenal, Salah Bardawil dan istrinya tewas. Selain itu, dalam serangan di RS Nasser Khan Younis salah satu anggota kantor politik Hamas, Ismail Barhoum, juga terbunuh. On the other side, pasukan AS juga melancarkan dua serangan terhadap distrik Sahar dan Saqin di Provinsi Saada, Yaman pada Senin (24/3). Serangan AS pada Yaman yang berlangsung sejak Sabtu (15/3), merupakan respons atas ancaman Houthi yang menyatakan akan menyerang kapal-kapal Israel di Laut Merah.