Putusan MK Terkait Hak Asuh Anak

Admin
UTC
8 kali dilihat
0 kali dibagikan

First stop, let's talk about: Putusan MK soal Hak Asuh Anak....

Orang tua kandung bisa 'nyulik', dan bisa dipidana. 

Agak mellow kalau ngomongin anak yang ortunya pisah tuh ya. Sampe hak asuhnya pun jadi rebutan dan menimbulkan konflik baru. Sekalipun hak asuh udah jatuh di satu pihak nih, konfliknya tetap nggak berhenti. Negara hadir ga? Kebetulan baru minggu lalu tuh hadirnya. Yep, minggu lalu, tepatnya Kamis (26/9/2024), Mahkamah Konstitusi memutuskan menolak permohonan terkait uji materiil Pasal 330 Ayat 1 KUHP. Ini artinya, setiap orang, sekalipun itu ayah atau ibu kandung yang nggak punya hak asuh anak, tapi kekeuh mau bawa anaknya, bisa dipidana.


Hold on. I need some background. 

You got it. Now, let’s talk about: divorce. Alias perceraian. Ya namanya cerai, udah punya anak, salah satu hal krusial yang yang akan jadi pokok bahasan di pengadilan kan pasti soal hak asuh ya. Nah, satu hal yang harus kamu tahu adalah, di beberapa cases, ada banget kasus si ibu (atau ayah) udah dapat hak asuh nih, udah inkrah aka berkekuatan hukum tetap di pengadilan, tapi masih nggak bisa dapetin haknya karena si ayah/ibunya kekeuh “Nggak! Anak harus tetep ikut gue!”


Hahhh?

Yep, bahkan ada beberapa kasus di mana si anak diambil paksa dari ortu yang punya hak asuh oleh ortu lainnya. We’re talking about seorang ibu yang tiba-tiba ga ketemu sama anaknya pas ngejemput di sekolah karena anaknya udah dibawa sama ex-husband. Ada juga yang mantannya dateng ke rumah dan bawa anaknya gitu aja. Even worse, si anak ini bener-bener ga dikasih ketemu atau bahkan komunikasi sama si ibu/bapaknya tadi, sehingga si pemilik sah hak asuh anak itu harus berjuang ke sana ke mari buat nyari anaknya. Kamu familiar sama kasus begini? Kenal sama orang yang mengalami ini di sekeliling kamu?


Ya ada sih…

Nah in that sense, pertanyaannya sekarang, apakah itu termasuk pidana? Apakah pengambilan paksa itu bisa diproses lewat jalur hukum? Sebenernya bisa banget, guys. Legit tercantum di Pasal 330 KUHP Ayat 1, di mana di-state begini: ”Barangsiapa yang dengan sengaja menarik seseorang yang belum cukup umur, dari kekuasaan yang menurut Undang-Undang ditentukan atas dirinya atau dari pengawasan orang yang berwenang, untuk diancam dengan hukuman pidana maksimal tujuh tahun penjara."Clear enough, kan?


Yes. Lanjut…..

Di sini nih, missed-nya, guys. Pasal di atas dinilai multitafsir. Iya, misal si ibu udah pegang hak asuh nih, tapi si bapak mau ngambil, tetap nggak bakal diproses sama polisi. Alasannya, disampaikan oleh Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak aka PPA Polri, AKBP Ema Rahmawati, sebagian besar polisi tuh bakal ngeliatnya, “Ya kan itu orang tuanya juga. Gapapa dong." Ayah dan ibu berhak memberikan kasih sayang dan pengasuhan kalo kata AKBP Ema, kecuali kalo orang lain yang ngambil, baru bisa diproses. Gitu lah kira-kira.


Terus terus? 

Dari sini, apakah si ibu terima? Ya jelas nggak dong. Secara di sini case-nya tuh akses mereka ditutup dari si anak kan. Mereka terpisah dari anak-anaknya, BERTAHUN-TAHUN. Makanya dari sini, sebanyak lima orang ibu yang punya hak asuh inkrah tapi anaknya ‘diambil paksa’ oleh si bapak ini akhirnya menggugat ke Mahkamah Konstitusi. Yang digugat ya Pasal 330 ayat 1 KUHP tadi. Mereka menuntut frasa ‘barang siapa’ di pasal tersebut diganti jadi ‘Setiap orang tanpa terkecuali’. Panjang lah prosesnya di MK. Bahkan aktris Tsania Marwa yang ngalamin case serupa juga sempat jadi saksi di persidangan MK bulan Maret kemaren. Hasilnya, ya minggu lalu tuh.


Tell me the result….

Well, gugatannya ditolak. Ketua MK Suhartoyo legit menyebut, “Mengadili, menolak permohonan para pemohon untuk seluruhnya." Sabarrrr denger dulu. Dalam amar putusannya, Hakim Konstitusi menyebut pasal itu nggak perlu lagi pemaknaan baru karena konteks “Barang siapa” di sini tuh udah mencakup semua orang. Nggak terkecuali ayah atau ibu kandungnya. Hakim Konstitusi Arif Hidayat juga menyebut di KUHP baru yahg bakal berlaku start from 2026 nanti, Pasal 330 ayat (1) tuh udah dibenerin diganti ‘setiap orang’. Jadi udah disesuaikan.


I see…..

Masih dari putusan kemarin, kamu harus tahu bahwa ada satu hakim konstitusi yang menyatakan dissenting opinion-nya di sini. Now everybody meet: Hakim Guntur Hamzah. Dalam menyampaikan pertimbangannya, Pak Guntur mengabulkan gugatan para ibu ini untuk sebagian. Nggak tanggung-tanggung, Pak Guntur bahkan menilai ada ketidakadilan di kasus ini. Karena menurut Pak Guntur, MK tuh harusnya bisa berpihak sama para ibu ini, guys. Tapi, ini enggak.


Terus gimana dong?

Ya gitu. Balik lagi ke keterangan Pak Arif, karena di sini bahasanya ‘Setiap orang’ kan. Jadi sekalipun orang tua kandung yang nggak punya hak asuh mau ngambil anaknya, mau itu ibu atau ayahnya, tanpa sepengetahuan dan seizin si pemegang hak asuh, apalagi dengan ancaman atau paksaan, ya dianggap melanggar pasal 330 ayat 1 tadi. Makanya dari sini, Pak Arif bilang Polri harusnya udah nggak bingung lagi dalam menindak kasus kayak gini, guys. Harusnya bisa gas aja.


Now over to you, bapak ibu kepolisian….

Sampai berita ini ditulis, belum ada keterangan apapun sih dari Polri terkait putusan MK yang dari tadi kita omongin. Adapun menyikapi hal ini, Komnas Perempuan tuh udah loud and clear minta Polri untuk menindak kasus-kasus perampasan hak asuh anak kayak begini. Selain itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak aka KemenPPPA juga menyambut baik putusan ini sih. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar bahkan di sini nge-highlight Putusan MK ini bisa mendukung tujuan pengasuhan anak: making sure kasih sayangnya terpenuhi, kelekatan, keselamatan, dan kesejahteraannya ada, for the sake of kepentingan si anak.


Got it. Now wrap it up…

Tadi mimin sempat mention soal Tsania Marwa ya? Menyikapi putusan ihni, Tsania Marwa bilang putusan MK ini udah lebih dari cukup banget buat doi, gengs. Kayak, sampe berani jadi saksi MK segala macem, Mbak Marwa bilang dia tuh di situ ngebawa semangat RA Kartini di mana dia ngebawa hak perempuan dan anak, sampai akhirnya mendapat keadilan. Adapun dengan putusan ini, Mbak Marwa menyebut, “Ini akhir dari perjuangan saya untuk anak-anak yang berbentuk jalur hukum. Biarkan perjuangan jalur langit yang tidak akan pernah ada akhir."

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.