When the world is gearing up for the conclave!
Setelah mengakhiri novemdiales atau sembilan hari masa berkabung resmi atas kepergian Paus Franciskus pada Senin (5/5), perhatian dunia beralih ke prosesi konklaf yang sakral. Yep, lewat kongregasi umum yang digelar tertutup diputuskan tanggal pelaksanaan prosesi konklaf ke-267 digelar pada Rabu (7/5). Konklaf ini adalah suatu metode pemilihan pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma aka Paus yang udah dilakuin hampir tanpa perubahan selama 800 tahun.
Tell me more about it.
Okay, hingga saat ini belum jelas berapa jumlah kardinal yang bakal menghadiri konklaf. Menurut keterangannya pada Senin (28/4), Jubir Vatikan Matteo Bruni menyatakan bahwa lebih dari 180 kardinal sudah tiba di Roma dan mengikuti pertemuan di pagi hari. Dalam pertemuan itu, para kardinal membahas soal berbagai pertanyaan tentang masa depan Gereja juga tantangan yang dihadapi Gereja di dunia masa kini.
And what are those?
Well, sejauh ini, para kardinal divided into two perspectives. Sebagian pengen ngelanjutin fokus perjuangan Paus Fransiskus yang konsen ke orang-orang terpinggirkan dan menentang perang, sedangkan kelompok konservatif pengen fokus ke persatuan sama mengembalikan gereja ke doktrin-doktrin inti dari Santo Yohanes Paulus II sama Paus Benediktus XVI.
Okay, go on...
Selajutnya, prosesi konklaf ini bakal diatur oleh seorang Camerlengo yang memang menjabat sebagai kepala urusan rumah tangga di Vatikan, guys. Jadi setelah Paus meninggal, Camerlengo inilah yang ngurusin urusan rumah tangga di Vatikan, mulai dari mengawasi proses pemakaman, mengatur penggunaan palu upacara buat ngancurin cincin Paus, menyegel pintu ruang kerja sama kamar tidur paus pakai pita merah, hingga konklaf. Adapun Camerlengo saat ini adalah Kardinal Kevin Farrell dari Amerika Serikat yang udah menjabat jadi Camerlengo sejak 2019.
So, he's been busy...
Yep, seperti mempersiapkan hajatan besar, pada Jumat (2/5) sejumlah pekerja dan petugas pemadam kebakaran di Vatikan kerja buat mengurus banyak hal termasuk tungku sama cerobong asap. Dua hal itu memegang peranan penting dalam prosesi konklaf karena jadi alat komunikasi sama warga di luar kapel soal jalannya pemilihan Paus yang tertutup dari dunia luar. Selain itu, para pekerja juga mempersiapkan akomodasi buat para kardinal yang akan memberikan suara mereka selama pemilihan Paus yang baru. Tak hanya memastikan meja kayu dan kursi tertata rapi, tapi juga akan dibuat jalan landai menuju ke tempat duduk utama kardinal buat para kardinal yang menggunakan kursi roda. Meanwhile, pada minggu-minggu menjelang prosesi konklaf, para penjahit di Vatikan bakal mulai bekerja membuat tiga jubah kepausan dalam tiga ukuran, yaitu kecil, sedang, sampai besar.
Gimana dimulainya prosesi konklaf itu?
Alright, pertama sebelum konklaf resmi dimulai bakal ada perayaan Ekaristi yang dikenal dengan Misa Pro Eligendo Papa yang dipimpin sama dekan Dewan Kardinal Giovanni Battista Re. Baru setelahnya diteriakkan 'extra omnes' yang berarti semua orang yang enggak terlibat konklaf bakal diminta keluar dari Kapel Sistina, hingga menyisakan 135 kardinal bakal terpisah dari dunia luar sampai mereka selesai menentukan pengganti Paus yang baru. Pada sore harinya, prosesi konklaf akan dimulai di Kapel Sistina. Selanjutnya, para kardinal bakal mendengarkan Dekan Kardinal dan mengambil sumpah sebelum memberikan suara pertama mereka.
Kaya gimana proses pemilihan suaranya?
Kalo kamu udah nonton film 'Conclave' proses yang akan mimin jelasin selanjutnya mungkin bakal bisa bikin kamu keingetan sama scene-scene-nya sih. Pertama, ada sembilan nama kardinal yang bakal dipilih acak buat memimpin sama mengatur jalannya pemungutan suara. Tiga orang berfungsi sebagai scrutineer atau pengawas pemungutan suara, tiga kardinal jadi pengumpul suara, dan tiga kardinal lagi bakal merevisinya. Nah, nantinya para kardinal bakal nulis nama pilihan mereka di surat suara yang bakal dikumpulin dan dibakar setelah dibacain semua (FYI, mereka juga bisa nulis namanya sendiri).
OK, go on...
Adapun namanya tuh mereka tulis di surat suara kan, dan setelah diitung, surat suara itu bakal dibakar. Nah proses pembakaran surat suara ini yang bakal menghasilkan asap yang jadi simbol atas pemilihan paus baru. Karena kalau asapnya putih, artinya udah ada yang kepilih. Tapi kalau hitam, berarti masih belum ada. Adapun terpilihnya seorang paus adalah ketika satu kandidat berhasil mendapatkan 2/3 suara total. FYI, konklaf ini ga ada batas waktunya ya guys, kalo belum ada kandidat, mereka bisa terus melakukan pemilihan.
I see...
So, dari total 135 anggota Dewan Kardinal yang memenuhi syarat buat kasih suara mereka di konklaf, 108 orang di antaranya dilantik jadi kardinal sama Paus Fransiskus. Jadi, bisa dibilang 80% suara yang diberikan dalam proses Konklaf berasal dari para kardinal yang diangkat sama mendiang Paus Fransiskus, gaes. Yang menarik, selama masa Kepausannya, Paus Fransiskus udah menunjuk lebih dari 20 Kardinal dari negara-negara berkembang yang sebelumnya enggak pernah punya kardinal, kayak Mongolia, Laos, Papua Nugini, dan juga Mali.
Siapa aja kandidat paling kuat buat gantiin Paus Fransiskus?
Saat ini ada empat nama yang jadi kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus. Pertama, Kardinal Pietro Parolin (70) yang udah jadi Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013. Kedua, Kardinal Luis Antonio Tagle (67) dari Filipina yang dianggap punya kedekatan visi progresif sama kaya Paus Fransiskus. Terus yang ketiga ada Kardinal Peter Turkson (76) dari Ghana yang terkenal lantang soal isu sosial global dan mempertahankan posisi tradisional Gereja. Dan yang keempat adalah Kardinal Fridolin Ambongo Besungu (64) dari Republik Demokratik Kongo yang konservatif garis keras.
Terus...terus...
Okay, lanjut lagi ke what's after new pope has chosen, ya. So, nanti kandidat paus terpilih bakal dipanggil sama Dekan Kardinal buat ditanyain kesediaannya menerima jabatan sebagai Paus. Kalau jawabannya iya, maka Paus baru itu bakal diminta memilih nama Kepausan yang akan dipakai selama mengemban tugas. Fun fact, meski Paus dipandang sebagai penerus Santo Petrus, nama Petrus enggak pernah dipilih jadi nama Kepausan. Meski enggak ada aturan tertulis soal itu, tradisi Gereja Katolik menetapkan Petrus sebagai nama Paus pertama. That's why para penerusnya bakal memilih nama-nama Kepausan yang lainnya, kayak Linus, Anakletus, Klemens, atau Evaristus. Pokoknya bebas, guys.
Then, what's next?
Well, setelah ditanyai kesediaan dan diminta pilih nama Kepausan, Paus yang baru bakal di bawa ke 'Room of Tears' yang letaknya deketan sama Kapel Sistina. Nah, di ruangan itulah Paus baru bakal diminta mengenakan jubah putih sama sandal merah barunya. Barulah setelahnya Paus baru bakal diperkenalkan dari balkon utama Basilika Santo Petrus ke kerumunan orang yang berkumpul di lapangan Vatikan.
Wiiii...
Dalam penampilan publik pertamanya, Paus yang baru bakal diumumkan dengan kata-kata "Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!" atau yang berarti 'Saya umumkan pada anda dengan penuh sukacita bahwa kita memiliki seorang Paus'. Barulah setelahnya, Paus yang baru bakal memberi Berkat Apostolik Urbi et Orbi yang berarti "Untuk Kota [Roma] dan untuk Dunia" dari Loggia Basilika Santo Petrus.
I see. Anything else?
Yes, sembari mengikuti dan membayangkan prosesi konklaf di Vatikan yang akan resmi dimulai Rabu (7/5), kamu harus tahu nih bahwa Indonesia juga punya perwakilan di konklaf, loh. Adalah Kardinal Ignatius Suharyo yang udah berangkat kemarin ke Italia, untuk lanjut ke Vatikan. Menurut Sekjen Keuskupan Agung Jakarta, Romo Adi Prasojo, Kardinal Ignatius udah mendarat di Bandara Fiumicino Roma pada Minggu (4/5) jam 08.15 waktu setempat. Ketika sampai di Roma, Kardinal Ignatius disambut sama Duta Besar Indonesia untuk Vatikan, Trias Kuncahyono dan sejumlah rohaniwan yang lagi bertugas dan studi di Roma.