Polusi Udara Lebih Berbahaya Dari Merokok

Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan

Another day, another air pollution…

Yang lebih bahaya dari rokok.
Well emang nggak ada cape-capenya nih kita ngomongin air pollution. Apalagi udah ada studi dari Energy Policy Institute di Universitas Chicago yang bilang bahwa polusi udara tuh lebih bahaya bagi kesehatan rata-rata seluruh masyarakat dunia, dibanding ngudud atau alkohol sekalipun.

Tell me everything, pls.
Yep jadi as we all know, emang banyak banget negara di dunia yang punya masalah yang sama dengan Indonesia yaitu polusi udara. Negara macam India, Bangladesh, China, sampai Amerika Serikat tuh juga sama-sama lagi berjuang mengatasi polusi udara di negaranya, guys. Hal ini tuh penting banget karena emang polusi sebahaya itu buat kesehatan. Artinya makin parah atau tinggi kondisi polusi di suatu negara, maka resiko kesehatan warganya juga lebih besar. Resiko besar, maka cost untuk nyembuhin warga juga makin membengkak.

Emang boleh sebahaya itu?
Ya mau gimana lagi kan. Jadi masih menurut studi tersebut, penggunaan tembakau tuh bisa mengurangi harapan hidup global sebesar 2,2 tahun, guys. Sedangkan nih, kalau misal polutan di seluruh dunia bisa dikurangi sesuai dengan batas pedoman World Health Organization aka WHO, rata-rata orang tuh akan bertambah harapan hidupnya sebesar 2,3 tahun. Soalnya emang, polusi udara yang lagi happening sekarang tuh berkaitan sama berbagai penyakit seperti paru-paru, jantung, stroke, dan kanker.

OMG:((
Makanya banyak stakeholders di berbagai negara lagi berupaya mencari solusi dari tingkat polusi udara yang tinggi di negaranya. Salah satunya yha Indonesia yang lewat Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin bilang bahwa pemerintah lagi berusaha meniru China dalam hal menangani masalah polusi udara. Hal ini Pak Budi sampaikan Rabu kemarin dalam rapat bersama Komisi IX DPR.

Gimana emang katanya? 
Jadi kata Pak Budi, dari beberapa negara yang berusaha menurunkan tingkat polusi udara sampai 25 tahun lamanya, China ini cukup dalam rentang enam sampai tujuh tahun aja tuh udah bisa menangani polusi udara. Ini terjadi pada awal tahun 2000an kemarin di mana China udah dipilih jadi tuan rumah Olimpiade Beijing. Karena nggak ingin negaranya kena bully gara-gara polusi udara di sana, makanya tuh pemerintah China gencar banget mengurangi polusi udara.

WOW gimana caranya? 
Well, kata Pak Budi sih beberapa cara yang bisa dilakukan mulai dari pengendalian emisi industri dan kendaraan bermotor, pengendalian debu, pemantauan kualitas udara, sampai penurunan risiko dan dampak kesehatan. Nah, seluruh langkah ini udah diusulkan Pak Budi langsung kepada Presiden Jokowi.

Elaborate
.
Ya misalnya dalam hal pengendalian emisi industri, China tuh melakukan relokasi dan pembatasan produksi industri berpolusi tinggi. Mereka juga melarang pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), mengeliminasi boller batu bara, hingga menerapkan pajak emisi karbon. Terus juga ada pemberian subsidi buat warganya yang beli electric vehicles, membatasi lalu lintas kendaraan berbahan bakar bensin atau diesel, menegakkan standar emisi yang baik, hingga masang 5,000 stasiun pemantauan kualitas udara secara realtime. Jadi bisa di-track gitu loh guys gimana kondisi udaranya saat ini.

Nice
… Terus Pak Budi lanjut ngomong apa lagi?
Well, masih di momen yang sama, Pak Budi juga bilang kalau penanganan polusi udara tuh pada prinsipnya sama kayak penanganan Covid-19 dulu. Beliau bilang bahwa perbaikan harus dilakukan dulu lewat surveilans aka pemantauan secara sistematis dan berkala. Alat pemantaunya juga nggak harus yang mahal. Cukup dengan area jangkauan yang luas dan dapat menjangkau di seluruh sudut kota aja udah bagus, guys.


Got it. Anything else I should know?
Ternyata pengendalian polusi udara di China yang berhasil tuh emang benar adanya, guys. Dari data yang dihimpun pada tahun 2014, total polusi udara di sana udah berkurang sebanyak 42,3 persen antara tahun 2013 sampai 2021. Kalau perbaikan ini terus berlangsung nih, bukan nggak mungkin tingkat harapan hidup global masyarakat China bisa bertambah jadi 2,2 tahun lebih lama. Indonesia kira-kira bisa begitu juga nggak ya?

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.