Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan
Good morning
Welcome to Wednesday, everyone. It’s the midweek, so as always, you should start your day with our podcast here. Other than that, we got you all covered on Jakarta’s pollution, Gov vs Jusuf Hamka saga, to Chinese people who says less “I do”. Scroll down…
When you’re still wearing your mask….
Because of the pollution,
Well well well, baru aja kemarin kita bahas kalau aturan penggunaan masker udah dicabut yah, guys. Tapi kamu yang di Jakarta, pasti tetap pada pakai kan. Karena nggak cuma worry sama virus, tapi worry juga sama polusi udara Jakarta yang makin hari makin naudzubillah huft. Nah kemarin banget nih, masalah ini pun akhirnya di-up lagi sama DPRD DKI Jakarta.
Well well well, baru aja kemarin kita bahas kalau aturan penggunaan masker udah dicabut yah, guys. Tapi kamu yang di Jakarta, pasti tetap pada pakai kan. Karena nggak cuma worry sama virus, tapi worry juga sama polusi udara Jakarta yang makin hari makin naudzubillah huft. Nah kemarin banget nih, masalah ini pun akhirnya di-up lagi sama DPRD DKI Jakarta.
Apatu katanya?
Before we get there, mimin mau tanya: Kapan terakhir kali kamu liat langit Jakarta birunya biru cerah kalau siang, terus malemnya ada bintang? Been a while, right? Yep, beberapa bulan terakhir, langit Jakarta tuh keliatannya emang lagi berkabut banget kan. Nah tapi, yang harus kamu ketahui adalah, yang kamu liat tuh bukan kabut biasa, guys. Tapi emang polusi udara.
Suprised (but not) surprised.
Same. Tapi hal lain yang harus kalian ketahui adalah, dari standard-nya iQair, polusi udara di Jakarta sekarang itu udah masuk dalam kategori tidak sehat. Iya, ada di 115 sekarang indeksnya, which emang nggak sehat banget untuk kelompok-kelompok yang rentan, terutama buat masyarakat yang punya riwayat penyakit pernafasan. Anak-anak juga jadi sering batuk, dll.
Terus gimana dong?
Nah hal ini juga yang di-highlight sama DPRD DKI Jakarta kemarin. Menurut Anggota Komisi D DPRD DKI dari Fraksi PSI, Justin Adrian, kalau kualitas udara di Jakarta bisa seburuk ini, maka yang perlu dipertanyakan adalah gimana kualitas udara itu diawasi dan dikendalikan. So in that sense, everybody’s eyes are on: Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Doi juga menilai pihak Pemprov DKI tuh lemah banget dalam menindak aktivitas industri di Jakarta yang padahal jelas-jelas aktivitas itu end up bikin polusi dan limbah. Padahal, anggaran buat menindak nih ada. Jadi DPRD ke Dinas tuh kayak, “U ngapain? Kerja gasi lo?”
Terus orang dinasnya bilang apa?
Well, pihak Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Bu Rahmawati namanya, menyebut bahwa kualitas udara JKT yang memburuk belakangan ini tuh disebabkan oleh musim kemarau, guys. Iya, di bulan-bulan Mei sampai Agustus nanti, which diketahui sebagai musim kemarau, konsentrasi polutan di Jakarta diprediksi bakal meningkat, dan itu berarti polusi bakal makin sering muncul. Lebih jauh, Bu Rahmawati juga bilangnya kalau ntar after Agustus udah masuk musim penghujan, polusinya juga berkurang kok.
Terus penindakannya gimana?
See no points di penjelasan di atas ya? Hehehehe. Yep, now let’s talk about penindakan terkait polusi udara Jakarta yah. Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Santoso bilangnya, “Iya, saya tiup saja.” Becanda sih maksudnyaa, referring to polusi udara dari kawasan industri yang nyampe ke Jakarta, bakal ditiup aja sama beliau, katanya gitu.
Krik krik…
Ehehehehe. Ya gitu deh, guys. Banyak pihak juga bilangnya, “Lucu Anda begitu?” gitu guys kira-kira. Salah satunya yha Justin Adrian tadi, dari DPRD DKI Jakarta. Menurut Pak Justin, jokes Pak Heru kayak tadi tuh menyakiti hati rakyat banget, guys. Secara, orang-orang di luar sana beneran banyak yang kena penyakit ISPA, mulai dari anak-anak sampai lansia. Makanya agak offensive aja kalau sampai yang menyangkut kesehatan orang lain dijadiin jokes.
Terus terus?
A similar opinion also comes from Wahana Lingkungan Hidup Indonesia aka WALHI. Menurut aktivis WALHI, dengan Pak Heru nge-jokes kayak gitu, Pak Heru udah jadi keliatannya nggak punya empati. Padahal polusi udara ini emang udah jadi ancaman kesehatan khususnya buat warga Jakarta kan, tapi kenapa pemerintah, yang harusnya jadi pihak yang harusnya nge-provide udara bersih buat warganya tuh malah nge-jokes nggak penting gitu yekan. Lebih jauh, dengan jokes “Nanti saya tiup” itu tuh emang cuma menunjukkan kalau Pemprov emang nggak capable mengatasi persoalan lingkungan. Gitu ceunah kata Walhi.
Ok anything else I should know?
Btw polusi udara di Jakarta tuh emang udah jadi concern-nya banyak pihak sejak lama kan, tapi sampai sekarang solusinya juga belum ketemu. Even Pak Heru Budi Santoso juga bilangnya yang bisa dilakukan sekarang yha cuma maximize penggunaan kendaraan listrik yang sekarang lagi dipercepat, guys. Nah again, percepatan kendaraan listrik ini juga dinilai ngawur sama Walhi since nggak menyelesaikan masalah, malah nambah masalah baru yaitu masalah tambang nikel. Hmmm….
Now, have you been hearing about the beef between Jusuf Hamka vs The Government?
This time, gara-gara belum bayar utang.
Oh boy, when you love drama so much, Kementerian Keuangan masih punya stok drama yang harus kamu ketahui nih. Yang terbaru, masyarakat +62 lagi heboh banget ngomongin Kementerian Keuangan, mewakili pemerintah, yang disebut belum bayar utang sebesar Rp800 miliar ke salah satu perusahaan jalan tol namanya PT Citra Marga Nusaphala Persada aka CMNP. So now, everybody’s eyes are on bos-nya CMNP ini: Jusuf Hamka alias Babah Alun. Makanya sekarang lagi ditagih deh tu, guys.
OMG. Tell me everything.
You got it. Jadi gini ceritanya guys. It all started all the way back to what happened in 1998. Pada saat itu kan emang Indonesia mengalami yang namanya krisis moneter ya, dan PT CMNP pimpinan Babah Alun ini tuh naro dananya dalam bentuk deposito sebesar Rp78 miliar ke Bank, namanya Bank Yama (Yakin Makmur). Nah karena krisis ‘98, Bank Yama kemudian susah dilikuidasi dan akhirnya gulung tikar, guys. Tapi kan masalahnya duit depositonya Babah Alun masih ada di situ tuh. Makanya ditagih deh tuh uangnya ke… pemerintah.
Lah kok jadi ke pemerintah?
Karena pada saat krisis, pemerintah Indonesia mengeluarkan yang namanya Bantuan Likuiditas Bank Indonesia aka BLBI. Gunanya adalah biar duit deposito para nasabah ini bisa balik gitu. Nah tapi, deposito PT CMNP ke Bank Yama ini case-nya agak beda, guys. Yep, diketahui baik Bank Yama maupun CMNP ini terafiliasi sama Siti Hardijanti Hastuti Soeharto aka Mbak Tutut Soeharto. Jadi menurut pemerintah saat itu kayak: “Ya lo sama-sama nih, pendiri perusahaan sama pendiri banknya, jadi gausah dibayar deh,” gitu…
HMMM….
Of course alasan ini nggak make sense dong buat Babah Alun, dia bahkan juga membantah tuduhan ini, dan bilang bahwa pemegang sama perusahaannya ya investor, secara perusahaannya tuh TBK aka terbuka, dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makanya, Babah Aluntetap stick sama tujuan awalnya, nagih ke pemerintah biar duitnya bisa balik.
Gimana tu cara nagihnya?
Well, banyak cara, guys. Dari menggugat ke pengadilan di 2012, terus 2014 juga menggugat ke Mahkamah Agung. Menang tuh di situ. Meaning, pemerintah emang harus bayar ke PT CMNP beserta dengan bunganya yang berlipat setiap bulan. Adapun hingga di 2017, utang dan dendanya mencapai Rp400 miliar. Ya udah akhirnya pihak Kementerian Keuangan meeting lah sama Pak Jusuf Hamka. Mereka bilangnya nggak sanggup bayar sampai 400 miliar, bisanya Rp170 miliar aja. And Pak Jusuf Hamka be like, “Oke yaudah. Yang penting balik dah duit gue.”
Terus beneran dibalikin gak?
Nggak juga, guys. Makanya si Babah Alun sampe menggugat dan ngadu ke sana-sini biar haknya balik. Nah karena ngga dibayar-bayar, kini utang pemerintah diketahui udah membengkak sampai Rp800 miliar. Makanya Babah Alun sampai pergi menghadap Menko Polhukam Mahfud MD, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, sampai ke Menteri Keuangan herself, Sri Mulyani Indrawati. Tapi Babah Alun bilangnya orang-orang ini pada buang badan dan PHP semua.
Pasti ada alasannya dong…
Ada. Dikonfirmasi langsung oleh Bu Ani hari Senin kemarin, pemerintah emang belum bersedia bayar utang PT CMNP itu karena harus dipelajari dulu masalahnya kayak apa. Kalau kata Bu Ani, ini kan masalahnya udah lama banget yah, udah 25 tahun yang lalu bahkan. That being said, segala perintilan afiliasi pihak-pihak terkait di masa itu kudu diperhatikan bener-bener dan ngerjainnya tuh kudu hati-hati dan teliti, guys.
Jadi bakal dibayar apa nggak nih?
Wait until you hear about: Justru PT CMNP ini yang disebut punya utang sama negara, dan utang negara terhadap CMNP tuh nggak ada hubungannya sama Jusuf Hamka. Iya, hal ini legit disampaikan Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo. Kemarin banget nih, Pak Yustinus bilangnya setelah di-cross check ke Direktorat Administrasi Hukum Umum Kemenkumham, Pak Jusuf Hamka tuh nggak tercatat sebagai pemegang saham atau pengurus dari PT CMNP ini, gengs.
Hah gimana?
Iya. Lebih jauh, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu, Rionald Silaban juga bilangnya PT CMNP yang punya tiga anak perusahaan ini masih punya utang sama pemerintah terkait dengan afiliasi Bank Yama ini. Angkanya juga ngga tanggung-tanggung, hingga mencapai Rp775 miliar. Tapi ya again, Pak Jusuf Hamka membantah tuduhan ini. Justru beliau bilang ngga pernah punya utang sama sekali ke negara. Dia bahkan ‘taruhan’ bakal membayar 100 kali lipat what-so-called utangnya itu kalau sampai terbukti benar. In his words, Jusuf Hamka bilangnya gini nih: “Nah makanye, kan saya bilang kalau Rp 700 miliar, gua kasih 100 kalinya, Rp 70 triliun bos. Iya dong, harus terbukti. Kalau nggak, bayar saya 1 perak aja.”
Terus sekarang gimana?
Nah update terbaru, kemarin banget nih, Babah Alun udah ketemuan sama Menko Polhukam Mahfud MD buat membahas masalah ini, guys. Dan dalam hal ini, Pak Mahfud bilangnya bakal ngomong dulu sama Kementerian Keuangan buat di-cross check lagi sambil pelajarin semua dokumen-dokumennya. Adapun dari dokumen-dokumen itu, Pak Mahfud bilang emang jelas negara yang punya utang di sini. Dan sesuai arahan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu, ya kalau negara punya utang, dibayar. Pak Mahfud pun disebut bakal siap kasih bantuan teknis buat PT CMNP dan Babah Alun.
Got it. Now wrap it up….
Well, balik lagi ngomongin Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Another reason why Kementerian Keuangan tuh sekarang hati-hati dan teliti banget menangani kasus ini karena ngeliat dari kepentingan negara dan kepentingan keuangan negara. Apalagi kalau ngomongin BLBI nih, dari 110 triliun yang udah keluar, baru 30 triliun sekarang yang udah balik.
Who’s playing “The Man” by Taylor Swift out loud?
Us.
Yep guys, sing it with us: “I’m so sick of running as fast as I can
Wondering if I’d get there quicker If I was a man?”
Wondering if I’d get there quicker If I was a man?”
Yea, but whats’ up?
Because apparently, women emang kudu run quicker untuk bisa catch up! sama men. Hal ini diketahui dari hasil studi yang dirilis United Nations Development Programme (UNDP) Senin kemarin, di mana ditemukan bahwa secara global, sembilan dari sepuluh orang masih punya bias gender terhadap kinerja perempuan. Jadi kayak, cewek dipandang less capable gitu dibanding cowok, khususnya di dunia kerja. Terus, yang mikir gini tuh ada sembilan dari sepuluh orang loh di dunia.
WAH ada gila-gilanya juga.
Makanya. Hasil penelitian ini of course menunjukkan adanya gender bias yang berakibat munculnya diskriminasi terhadap perempuan di dunia kerja. Jadi boro-boro deh tuh ya mewujudkan kesetaraan gender di ruang publik. Ga didiskriminasi aja udah syukur jadi cewek tu.
Sedih 🙁 but tell me more.
OK. Jadi studi ini menemukan bahwa setengah populasi dunia tuh masih percaya bahwa cowok bakal jadi pemimpin politik yang lebih baik daripada perempuan (yea well, look at us now?). Terus lebih dari 40% warga dunia juga percaya cowok bakal jadi business executive yang lebih baik dari pada perempuan, dan ini yang serem ni guys: 25% populasi menganggap gpp aka menjustifikasi cowok yang memukul istrinya. WOW banget kan.
Suraaam suram.
Bukan kamu doang kok yang mikir gitu. Sekjen PBB Antonio Guterres juga. Maret lalu, beliau udah bilang bahwa “kesetaraan gender tuh menghilang di depan mata kita” dan menambahkan bahwa kesetaraan gender baru bisa terwujud 300 tahun lagi, aka masih lama banget. Guterres juga waktu itu menyebut bahwa berbagai gender inequality ini menyebabkan banyak masalah global, kayak kematian ibu hamil, pernikahan anak, hingga anak perempuan yang ngga boleh sekolah hingga akses pendidikan mereka hilang (looking at you, Afghanistan).
Sedih banget sih ini.
Yep. Nah balik lagi ke gender inequality di dunia kerja, jadi selain jaraang banget ada perempuan yang jadi kepala pemerintahan/top executives/managerial level di dunia kerja, masalah ternyata ngga sampe situ aja, guys. Udah harus dapet diskriminasi, ditemukan juga bahwa perempuan dibayar lebih rendah dari pada laki-laki globally. Adapun rata-rata income gap-nya itu mencapai sekitar 30%, di mana artinya cowok menghasilkan 30% lebih banyak dibanding cewek untuk jenis kerjaan yang sama. Yang ngeselin nih, kondisi ini terjadi ketika pendidikan perempuan tuh udah makin tinggi. Jadi di 59 negara di mana perempuannya lebih berpendidikan dari laki-laki, si income gap sebesar 39% itu masih ada, guys.
Ini beneran mundur banget nih…
Ya ngga mundur semua, tbh. Ada juga kemajuan, misalnya, makin banyak negara yang memberikan maternity leave atau cuti melahirkan lebih lama kepada perempuan. Terus, cewek yang masuk workforce juga udah makin banyak, meskipun itu tadi, kalo di managerial level sih tetep banyakan cowok. Bahkan di politik nih guys, dari tahun 1950, proporsi pemimpin perempuan secara global cuma ada di 10% aja tu teruuus sampe sekarang. Jadi kayak Bu Mega, ya masuk di 10% itu.
HAHAHA OK paham. Anything else?
Meski mengsedih, tapi perubahan itu mungkin banget terjadi, guys. Masih menurut report UN tadi, disebutkan bahwa kalo mau mengubah gender bias ini, maka pihak yang paling punya pengaruh besar adalah pemerintah. Jadi start dengan pemerintah yang bikin kebijakan-kebijakan berperspektif gender, nanti society-nya ngikut tuh. Pelan-pelan biasnya bisa berkurang deh. Makanya penting banget ygy nyoblos orang yang peduli sama kita-kita perempuan tuh…
When the “Kapan nikah?” question is no longer relevant…In China.
Yep guys, jauh-jauh deh buat om-tante uwak-bibi yang suka nanya “kapan nikah?” Di acara keluarga. Karena kalo di China, most likely pertanyaan itu bakal dijawab dengan kata “Never!” Wkwkwkkw. Hal ini karena emang less and less people are getting married in China according to marriage data yang dimiliki pemerintah. Jadi ternyata, tahun lalu menjadi tahun dengan angka pernikahan terendah di China sejak data pencatatan pernikahan di mulai pada tahun 1986. Hal ini tentunya concerning banget buat pemerintahannya Xi Jinping, karena jumlah pertumbuhan populasi mereka juga melambat belakangan ini. FYI, jadi di tahun 2022 itu “cuma ada” 6,83 juta pernikahan yang berlangsung di China. Angka ini turun 10,5% dari tahun sebelumnya yang mencatatkan 7,63 juta pernikahan. Ada beberapa alasan yang berkontribusi pada berkurangnya angka pernikahan ini, di antaranya pandemi COVID-19 yang bikin resepsi pernikahan jadi agak challenging, gender equality yang bikin perempuan jadi memilih untuk menikah later in life, hingga tingginya pengangguran dan pertumbuhan ekonomi yang melambat bikin banyak anak muda mikir-mikir lagi kalo mau membangun keluarga.
FYI guys, jadi di tahun 2022 itu, populasi China juga menurun untuk pertama kalinya dalam 60 tahun terakhir, dengan hanya 6,77 kelahiran per seribu orang. Ini adalah angka terendah sejak berdirinya Partai Komunis China di tahun 1949. Karena berbagai perkembangan inilah, China diprediksi ga lagi jadi negara dengan populasi terbesar di dunia. Mereka bakal kalah sama India yang kini berpopulasi 1,4miliar orang.
“Rakyat akan susah.”
Gitu guys isi wanti-wanti dari presiden Pak Joko Widodo kemarin yang melarang kementerian untuk bikin aplikasi lagi dalam pelayanan berbasis digital buat masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Abdullah Azwar Anas yang bilang bahwa Pak Jokowi pengen pelayanan via digital lebih gampang diakses sama rakyat, tapi ya better jangan sampe nambah aplikasi, karena emang bikin rakyat susah.
Also, doing taxes, Pak. Doing taxes.
Announcement
Thanks to Someone, Ory, Merekam, and Chev for buying us coffee today!
(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here…just click here. Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)
Catch Me Up! recommendations
Seriously, repeat after us. I will eat more healthily everyday.