Polisi Tembak Polisi di Rusun Polri Cikeas

Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan

When you feel Déjà vu…

For another case of polisi tembak polisi.
Rasanya baru kemarin ya drama kasus polisi tembak polisi dengan pelaku utama Ferdy Sambo jadi highlight setahunan ini. Meskipun Pak FS udah divonis hukuman mati Februari lalu, tapi berita soal doi masih jadi memori gelap buat kita nggak sih.. Eh tapi tahu nggak? Minggu kemarin kasus serupa, polisi tembak polisi terjadi lagi di rusun Polri Cikeas, guys. Korban bernama Bripda Ignatius, anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror yang dilaporkan tewas tertembak senpi ilegal oleh sesama anggota Densus 88.

HAH kok bisa?
Yep. Kejadian ini tuh bermula hari Minggu lalu, tanggal 23 Juli dini hari. Awalnya, salah satu kamar di rusun Polri Cikeas ini lagi ngadain pesta miras bareng yang berisi salah satu pelaku berinisial IM dan dua orang saksi lainnya. Di pesta miras itu, pelaku IM sempat lebih dulu memamerkan senpi rakitan yang doi punya kepada kedua saksi dalam kondisi masih kosong, tanpa magazin. Sampe akhirnya sekitar pukul 01.39 dini hari, Bripda Ignatius ikut masuk tuh kamar tersebut.

Ok, go on.
Nah bukannya dijamu atau diajak makan gitu-gitu, pelaku IM tuh malah kembali pamer kasih lihat senpi rakitannya ke Bripda Ignatius yang baru aja datang, guys. Apesnya nih, senpi yang baru dikeluarkan pelaku IM dari dalem tas justru tiba-tiba meletus dan kena leher Bripda Ignatius pada bagian bawah telinga kanan sampe tembus ke tengkuk belakang sebelah kiri. Atas kejadian ini, korban meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Well, sejauh ini itulah kronologi yang bisa dikabarkan Kapolres Bogor, AKBP Rio Wahyu Anggoro Jumat kemarin. Pak Rio bilang, perkiraan kejadian dari Bripda Ignatius masuk ke kamar sampe salah satu saksi keluar meminta pertolongan terjadi selama tiga menit 53 detik. Polres Bogor juga telah menetapkan dua tersangka, yaitu Bripda IM sebagai sebagai pengguna senpi rakitan serta Bripka IG sebagai pemilik senpi rakitan. Sehari sebelumnya, juru bicara Densus 88, Kombes Aswin Siregar juga udah memastikan insiden itu terjadi akibat kelalaian senior korban.

WHAT? kelalaian?
Yep kamu nggak salah baca kok. Makanya pihak keluarga pun juga nggak percaya sama keterangan tadi. Lewat kuasa hukumnya bernama Jajang, keluarga korban berencana membuat laporan ke polisi tentang dugaan pembunuhan berencana yang dialami Bripda Ignatius. Pak Jajang nggak yakin, sekelas Densus 88 bisa ngelakuin kelalaian yang membuat korban meninggal dunia. Terlebih senjata yang digunakan juga merupakan senpi ilegal yang mencurigakan banget.

Oiya, soal senpi ilegal gimana?
Nah persoalan ini yang juga ditanyain sama keluarga korban, guys. Soalnya tuh, ayah Bripda Ignatius bernama Pak Yandi sempet dapet kabar dari penyidik bahwa sebelum anaknya meninggal, korban sempat ada cekcok dengan seniornya yang mungkin sedang menawarkan bisnis senpi ilegal. Dari situ Pak Yandi curiganya Bripda Ignatius nggak setuju sampe akhirnya pelaku mengeluarkan senpi dari tas dan mengenai anaknya. Pihak kepolisian juga sampai sekarang masih mengkonfrontir kedua pelaku untuk mendapat asal-usul yang pasti soal senpi ilegal tersebut.

Hmm banyak kejanggalan ya?
Iyes. Tapi nggak cuma itu, guys. Keluarga korban tuh awalnya diminta kepolisian untuk buru-buru datang ke Jakarta karena Bripda Ignatius lagi sakit keras pada hari yang sama ketika korban meninggal. Tentu aja keluarga Bripda Ignatius shock dong dapet kabar ini. Lha gimana engga, dua hari sebelumnya aja korban masih sempat menelpon ibunya untuk ngucapin, “Selamat ulang tahun.” Dari keluarga juga nggak pernah tau kalo Bripda Ignatius sedang sakit. Eh, taunya ketika sampe di Jakarta, keluarga korban justru mendapati Bripda Ignatius udah meninggal dunia.


Huft.. Anything else?
Yep. Jumat kemarin, pakar hukum dan kepolisian dari Universitas Islam Indonesia, Pak Eko Haryadi mengatakan dalih kelalaian dari kasus Bripda Ignatius tuh nggak masuk akal dan sulit dipercaya. Hal ini didasari dari anggota Densus 88 yang udah dilatih dengan standar tinggi, termasuk penggunaan senpi. Pak Eko juga menambahkan, bisa jadi kasus polisi tembak polisi ini cuma “letupan” dari permasalahan tata kelola penggunaan senpi di internal polisi. Makanya, Pak Eko juga mendesak Presiden Jokowi membentuk tim independen terkait kasus ini.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.