Perdagangan Orang Berkedok Magang ke Jerman

Admin
UTC
1 kali dilihat
0 kali dibagikan

Now, here’s your 360º updates on Ferienjob to Germany…

Be very careful, guys!
Calling out to all internship abroad hunters yang lagi bm banget buat ngerasain kerja di luar negeri. Ke manapun tujuan negaramu, remember to always be careful, soalnya baru-baru ini di negara kita lagi rame nih soal kedok program magang ke Jerman bertajuk ‘Ferienjob’ yang ternyata terungkap sebagai tindak pidana perdagangan orang aka TPPO oleh kepolisian.
 
Demi apa? Pls tell me.
You got it. First of all, kamu perlu tau dulu nih soal Ferienjob alias kegiatan mengisi liburan kuliah dengan ikut bekerja di perusahaan-perusahaan Jerman gitu, guys. Kegiatan ini udah lazim banget dilakuin beberapa mahasiswa di Jerman buat mengisi waktu luang selama liburan plus dapet tambahan uang jajan. Jadi Ferienjob ini kayak win-win solution buat perusahaan Jerman yang emang butuh tambahan tenaga kerja serta para mahasiswa yang pengen dapet tambahan cuan selama liburan.
 
Ok terus-terus…
Nah beberapa tahun ini, ada beberapa perusahaan penyalur tenaga kerja di Indonesia yang justru ngemanfaatin Ferienjob di Jerman buat cari untung, guys. Everybody meet: PT Cvgen dan PT Sinar Harapan Bangsa yang diduga udah mensosialisasikan program Ferienjob ke berbagai universitas di Indonesia dengan ngasih iming-iming kalo program ini terdaftar di Kemendikbud sampe bisa dikonversikan menjadi 20 sks perkuliahan. Padahal klaim-klaim tadi semuanya bohong dan justru mahasiswa yang pada ikut program ini pada dapet pengalaman traumatis udah jadi korban penipuan berkedok magang di Jerman.
 
Emang mereka kenapa deh?
Well, bayangin aja deh, selama para mahasiswa ini ikut Ferienjob dan kerja di Jerman, mereka tuh tersiksa banget. Mulai dari jam kerja yang overworked sampe sebelas jam dalam sehari, nggak ada kontrak kerja, akomodasi tempat tinggal yang sering nelantarin para mahasiswa, sampe jenis pekerjaan yang didapet tuh hampir semuanya pekerjaan kasar. Yha gimana nggak shock tuh, mahasiswa yang dateng jauh-jauh dari Indonesia ke Jerman justru disuruh ngerjain pekerjaan kasar kayak ngangkat-ngangkat barang, ngerenov apartemen, sampe ngebersihin WC. Apalagi mereka yang pada ikut program ini tuh nggak gratis, guys.
 
Mereka masih disuruh bayar??
Iya lho. Jadi para mahasiswa Indonesia yang mau ikut program Ferienjob ini diminta bayar biaya pendaftaran sampai working permit sebanyak Rp6 juta. Ini belum sama biaya talangan selama di Jerman yang mencapai Rp50 juta dengan dipotong dari gaji tiap bulan mereka. Nah dari berbagai perlakuan ini, sebagian dari mereka pada ngadu ke KBRI Jerman dong. Cuma yha nggak semuanya pada berani ngadu, guys. Soalnya beberapa yang mau speak up soal ini merasa diintimidasi dari berbagai pihak termasuk temen-temen mahasiswa lain yang takut batal berangkat gara-gara mencuatnya kasus Ferienjob ini.
 
Seremm…
Makin serem lagi karena ternyata korban program abal-abal ini ngga sedikit, guys. Yep, pihak Bareskrim Polri belum lama ini nge-spill kalo ternyata ada 1.407 mahasiswa yang jadi korban program Ferienjob. Pada Rabu kemarin, Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Djuhandani Rahardjo ada bilang kalo program ini dijalankan oleh 33 universitas di Indonesia. Selain itu, pihaknya juga bilang kalo kasus ini merupakan tindak pidana perdagangan orang berkedok magang dan udah menetapkan lima pelaku sebagai tersangka dengan dua tersangka lain masih berada di Jerman.
 
Sampe masuk TPPO lho…
Yep, so far sih pihak kepolisian bilang gitu, guys. Atas kejadian ini, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy kemudian menyampaikan penyesalannya dan berharap biar kasus ferienjob ini bisa diselesaikan secara damai gitu. In his words, pas itu Pak Muhadjir ada bilang gini, “Kalau memang bisa dicari solusi yang baik, jangan sampai ke tindak pidana TPPO. Kalau bisa dicari jalan yang damai lah atau jalan titik temu.”
 
Kenapa tiap kasus solusinya damai sih, Pak?
Namanya juga boomers *hiks* anyway guys, emang kayak dejavu sih, soalnya banyak kasus penting di Indonesia yang ujungnya berakhir damai-damai aja. Cuma ya buat kasus ini, pihak kepolisian sampe sekarang masih terus ngumpulin bukti-bukti lain, guys. Pak Muhadjir juga ada bilang kalo prosedur magang ke luar negeri tuh perlu segera diperbaiki supaya kejadian serupa dalam kasus Ferienjob kemarin nggak terulang lagi.
 
Anyway, spill kampusnya dong.
You got it. Soalnya dalam perkembangan ini kasus, justru ada 41 perguruan tinggi yang diduga terlibat dalam TPPO Ferienjob di Jerman ini, guys. Mulai dari Perguruan Tinggi Negeri ternama sampe yang swasta semuanya ada lengkap. Salah satu yang ada di dalam list ini adalah Universitas Jambi yang Rabu kemarin udah nyelenggarain konferensi pers atas kasus ini. Rektor Unja, Prof. Helmi pas itu bilang kalo pihaknya bakal membentuk tim investigasi dalam kasus ini. Nggak lupa, Pak Rektor juga bilang bakal nyediain layanan pendampingan bagi mahasiswa Unja yang jadi korban penipuan berkedok magang di Jerman.
 
Selain Unja ada lagi nggak?
Well, salah satu kampus negeri lain yang ikut dalam list 41 perguruan tinggi yang diduga terlibat dalam TPPO Ferienjob di Jerman ini adalah Universitas Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan. Meskipun ada diduga terlibat dalam kasus ini, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhas, Muhammad Ruslin justru menegaskan bahwa pihaknya samsek nggak kerja sama dengan Ferienjob. Cuma Pak Ruslin membenarkan kalo ada mahasiswanya yang pernah ikut program ini pada tahun 2022 lalu. Pas itu, pihak program studi mahasiswa tersebut ada kasih surat keterangan mahasiswa aktif untuk digunakan mengurus visa.

 
Got it. Anything else I should know?
Well, kelima tersangka dalam kasus Ferienjob ini terancam dikenakan dua pasal, guys. Pertama para tersangka terancam dikenakan Pasal 4 UU No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TPPO dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun penjara dan denda Rp600 juta. Selain itu, mereka juga terancam Pasal 81 UU No 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, dengan ancaman pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan pidana denda paling banyak Rp15 miliar.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.