Percetakan Uang Palsu di Kampus UIN Alauddin Makassar

Admin
UTC
18 kali dilihat
0 kali dibagikan

A-Z about UIN Alauddin Makassar Counterfeit's Case

Ada yang palsu tapi bukan janji politisi

Tapi yaa deket-deket lah, yaitu uang palsu. Yep, produksi duit fake di Makassar baru aja berhasil diungkap oleh Polisi pada Kamis (19/12) kemarin. It's different from any other counterfeit cases, soalnya terungkap bahwa lokasi percetakan uang palsunya ada di kawasan Kampus UIN Alauddin Makassar, tepatnya di perpustakaan. Gokil ga tuh.


Gokil...

Atas temuan ini, polisi kemudian udah menetapkan 17 tersangka sindikat pembuat dan pengedar uang palsu dengan tiga orang yang masih masuk DPO (Daftar Pencarian Orang). Kasus pemalsuan uang ini ternyata bukan kasus baru melainkan sudah dilakukan sejak 14 tahun lalu, guys!


Makin gokil lagi!

Iya kan? Dan hal ini bikin orang-orang bertanya-tanya: Kenapa kawasan perpustakaan kampus yang harusnya jadi tempat kegiatan akademik mahasiswa itu jutsru bisa jadi pusat percetakan uang palsu? Fakta ini secara nggak langsung menimbulkan kecurigaan kalo pihak Kampus UIN Alauddin Makassar lainnya tahu dan ikut andil juga dalam kasus ini. Tersangka utama yang punya peran besar dalam kasus ini adalah Andi Ibrahim (AI), Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar. Polisi mengungkap kalau AI berperan jadi penyedia tempat aman untuk produksi uang palsu dalam jumlah besar di lobi perpustakaan yang berada di bawah pengawasannya.


Buset...

AI bukan satu-satunya pihak Kampus UIN Alauddin yang terlibat. Ada juga staf honorer bernama Mubin Nasir (MN) yang udah ditetapin juga jadi tersangka. Kabar terbaru lainnya, salah satu staf Kampus UIN berinisial M dikabarkan meninggal dunia karena syok namanya disebut-sebut terlibat kasus ini. Menurut Keterangan Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Bahtiar, informasi soal keterlibatan M masih simpang siur, dan belum ada temuan bukti kuat di lapangan. 


Buyarlah image librarian yang nerd di kepala w...

Wait, guys, karena ga cuma pegawai Kampus UIN, 15 tersangka lain berasal dari berbagai background, mulai dari ASN, bankir, pengusaha, karyawan swasta, juru masak, sampai ibu rumah tangga (IRT) juga berhasil dibekuk. Polisi juga udah menetapkan ada tiga DPO yang masih dicari, ketiganya disebut jadi donatur atau sponsor dalam kasus pabrik uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar.


But like... how did we get here?

Jadi gaes, awalnya produksi uang palsu ini dimulai pada tahun 2010 silam di rumah seorang berinisial ASS di Jalan Sunu Makassar. ASS ini diduga jadi donatur untuk pengoperasian pabrik uang palsu itu dan bekerja sama dengan AI sebagai pihak yang menyediakan tempat untuk percetakan uang palsunya. Nggak cuma uang palsu, di perpustakaan itu juga diproduksi surat berharga negara (SBN) sampai sertifikat deposit BI yang nilainya sampai triliunan rupiah. Dalam keterangannya, Irjen Pol Yudhiawan menyebut kalo para tersangka dijerat pasal 36 ayat (1), (2), (3) dan Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU Nomor 7 tahun 2011 dengan hukuman pidana maksimal seumur hidup.


BUSEEEETTTT....

Dalam konferensi persnya, Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan Wibisono menyebut bahwa kasus ini sebenarnya sudah dimulai sejak belasan tahun lalu. Yep, udah kayak UMKM, jadi fake money ini berawal dari produksi rumahan di 2010, di mana produksinya terus berlanjut sampai 2012. Produksi sempet mandek cukup lama, terus dimulai lagi di 2022. Untuk mendukung produksi uang palsu yang lebih masif, pelaku membeli mesin pencetak uang palsu dengan harga Rp600 juta dari China yang dikirim lewat Surabaya. Setelah semuanya siap, produksi dimulai di Mei 2024 tahun ini, para pelaku membahas tentang rencana peredaran uang palsu di dalam grup WhatsApp. Ajegileee....


Terusss....

Terus di September 2024 kemarin, mesin pencetak uang palsunya dibawa ke gedung perpustakaan UIN Alauddin dengan pemrakarsa AI. Menurut keterangan salah satu staf perpus, emang sering terdengar ada kegiatan di dalam perpustakaan ketika malam hari meski ruang baca sudah steril sejak sore. Setelah uang palsu diproduksi masif, pada minggu kedua November kemarin, uang palsu yang jumlahnya mencapai Rp 150-Rp 250 juta dalam pecahan Rp100.000 pun udah siap edar. 


Duit semua tuhhh?

Yep, duit palsu. Jadi di TKP, pihak Polres Gowa menemukan barang bukti berupa pecahan Rp100 ribu emisi 2016 sebanyak 4.554 lembar, pecahan 100 ribu emisi 1999 sebanyak enam lembar, juga 234 lembar kertas bergambar uang Rp100 ribu emisi 2016 yang belum dipotong. Selain itu ada juga mata uang asing Won (Korsel), Dong (Vietnam), selembar kertas SBN senilai Rp700 triliun, juga sertifikat deposit BI senilai Rp45 triliun.


Modus peredarannya gimanaa??

Menurut Irjen Pol Yudhiawan, modus peredaran uang palsu di Gowa dan Makassar ini beda-beda. Tapi, cara transaksinya sama nih, pelaku bakal nyelipin uang palsu di antara duit asli. Satu uang asli akan dibarengi dengan dua uang palsu. Uang-uang palsu itu bakal dibelanjain sama 17 tersangka buat beli kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional atau toko yang menerima pembayaran konvensional. Sindikat uang palsu ini awalnya terungkap ketika salah satu tersangka melakukan transaksi di Gowa pada 26 November lalu dengan lima lembar pecahan Rp100.000 palsu. Dari situ the rest of the culprits mulai ditangkepin di lokasi yang berbeda.


Well, anything from the campus?

Yep, dalam konferensi pers Kamis (19/12), Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Hamdan Juhannis bilang bahwa doi marah dan malu karena keterlibatan pegawainya. Tindak pidana yang mempertaruhkan reputasi kampus itu direspon dengan dengan memecat secara nggak hormat keduanya. On the other side, Sekjen BEM UIN Alauddin, M. Reski, menduga masih ada banyak pihak kampus yang terlibat, mengingat lembaga kemahasiswaan begitu dikekang oleh pihak kampus. Way before the cases, di bulan Juli 2024, terbit surat edaran rektor tentang pembatasan aktivitas mahasiswa yang hanya boleh berada di lingkungan kampus sampai jam lima sore. Hmmm... sus banget...


Hadeuuu... anything else?

Mencuatnya kasus ini membuat BEM UIN Alauddin mendesak rektornya untuk mengundurkan diri. Hal ini merupakan buntut dari kegagalan rektor dalam menjaga nama baik kampus dari praktik-praktik kejahatan dan tindak pidana yang nggak terpuji. On the other hand, Pak Rektor menyatakan mendukung aparat untuk terus mengusut dan mengungkap tuntas kasus menggemparkan ini. Dengan terungkapnya sindikat peredaran uang palsu di lingkungan Kampus ini, menurut Kepala perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Bapak Rizki Ernadi Wimanda sebagai fenomena gunung es. Meski saat ini bisa terlihat dan berhasil diungkap, seberapa banyak dan luas peredarannya masih belum bisa dipastiin, guys.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.