Admin
UTC
1 kali dilihat
0 kali dibagikan
Now, here’s your A to Z recap on: Penyakit Antraks di Gunung Kidul.
We got you all you need to know.
Iya guys, rasanya baru kemarin ya kita happy-happy ngerayain Idul Adha dengan makan sate, rendang, dan olahan daging lainnya. Eh lah kok pekan kemarin rame banget berita soal tiga orang dari Gunung Kidul yang meninggal dunia setelah mengonsumsi daging sapi yang positif terpapar antraks. So, berita ini otomatis bikin heboh dong karna emang momennya tuh lagi Idul Adha banget.
HAH tell me everything.
You got it. Jadi tuh, awal kejadiannya udah mulai dari pertengahan bulan Mei kemarin di mana ada 12 ekor ternak yang meninggal karena sakit di Dusun Jati. Bukannya langsung dikubur, beberapa dari hewan tersebut justru disembelih dan dagingnya dibagikan pada warga yang lain. Tapi ini nggak semua, ada juga kok yang udah mengubur hewan ternaknya sesuai SOP. Eh entah kepikiran apa, ada satu ternak yang kemudian digali lagi sama warga untuk dikonsumsi.
WHAT!!!
Yep. Salah satu warga yang ikut dalam memotong hewan ternak kemudian merasa sakit dengan keluhan gatal, bengkak, dan luka-luka. Dari hasil uji laboratorium darah, ditemukan bahwa korban suspek antraks sebelum akhirnya meninggal dunia pada 4 Juni lalu. Nggak cuma doi yang jadi korban antraks, ada 87 warga lainnya yang turut diduga terpapar antraks dengan satu korban jiwa.
So sad.. Antraks tuh apa sih?
Sebenernya ini bukan kali pertama antraks terdeteksi di Indonesia. Antraks udah terdeteksi menyerang manusia sejak 1999. Tapi emang selama ini, baru kali ini nih dijumpai kematian pada korban. Antraks sendiri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang membentuk spora di tanah dan rerumputan. Bakteri ini kemudian bisa menyerang hewan ternak melalui rerumputan yang dimakan dan juga manusia melalui konsumsi binatang ternak berspora.
Waduh, emang gejalanya apa aja?
Ada beberapa gejala pada hewan ternak yang terpapar antraks, guys. Menurut dokter hewan dari Kementerian Pertanian, namanya dokter Nuryani, gejala antraks pada hewan dapat berupa demam tinggi, pendarahan pada hidung dan mulut, hingga berujung kematian. Tapi ada juga kasus di mana hewan ternak mati mendadak. Sedangkan pada manusia, keluhan seperti demam, muntah bercampur darah, hingga gatal-gatal setelah mengkonsumsi daging merupakan gejala penyakit antraks.
TBL.
Jujurrrrr…. Makanya sejak dapet laporan adanya kasus antraks di Gunung Kidul pada awal Juni lalu, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat udah memberikan antibiotik dan vaksinasi kepada sejumlah hewan ternak di sana. Terdapat sekitar 2,600 dosis vaksin antraks yang sekarang tersedia di Yogyakarta. Nggak cuma itu, isolasi terhadap hewan ternak di Dusun Jati masih diterapin sampe sekarang.
Coba aja ternak yang mati nggak mereka konsumsi…
Bener banget. Banyak pihak yang menyayangkan keputusan warga setempat untuk menyembelih bahkan menggali hewan ternak yang mati untuk dikonsumsi. Tapi ternyata, hal ini tuh emang udah jadi tradisi di Gunung Kidul. Tradisi ini bernama brandu di mana hewan ternak yang tengah sakit atau sudah mati sengaja disembelih untuk dijual murah pada warga sekitar. Tujuannya sih sebenernya gotong royong membantu pemilik ternak yang sedang tertimpa musibah. Akan tetapi, karena hal ini justru berdampak semakin fatal, edukasi terhadap masyarakat terkait antraks perlu ditingkatkan kembali.
Ok now wrap it up pls.
FYI, meskipun antraks dapat menular dari hewan ke manusia, akan tetapi penyakit ini tidak dapat menular antar manusia. Hal ini udah dikonfirmasi langsung sama Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie Kamis kemarin. Lebih lanjut, beliau juga bilang kalo gejala antraks muncul di kulit, biasanya korban habis bersentuhan dengan hewan yang positif antraks. Sedangkan jika menyerang pernapasan, maka korban tertular dari udara terkontaiminasi antraks yang terhirup masuk.