First stop, the possible fraud of Minyakita
Gimana nggak trust issue coba, kalau tiap hari berita isinya pengungkapan kecurangan pemerintah ke masyarakat? Kali ini, penipuan terjadi pada produk Minyakita, yang jelas-jelas diluncurkan pemerintah buat memberi minyak harga terjangkau buat warga.
Tell me more.
Well, jadi dalam launching produk Minyakita yang dilakukan pada 2022 lalu, Menteri Perdagangan saat itu Zulkifli Hasan bilang bahwa produk ini merupakan produk minyak subsidi yang bakal didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14.000/liter. Tujuannya, supaya masyarakat bisa beli minyak dengan harga terjangkau. Eh tapi ya gitu guys, seiring berjalannya waktu, ditemukan bahwa Minyakita ini dikemas ulang, terus beratnya jadi berkurang dari satu liter hingga 750/800 ml aja.
Sakit jiwa.
Yep, hal ini ketauan berawal dari viral-nya video warganet yang nunjukkin minyak goreng MinyaKita kemasan botolan 1L yang beredar di pasaran, namun ternyata cuma berisikan 750-800 ml minyak saja. Kasus ini lalu mendapat perhatian Menteri Pertanian saat ini, Amran Sulaiman, yang akhirnya melakukan sidak ke Pasar Jaya Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Sabtu (8/3). Terus dalam sidak ini ditemukan MinyaKita yang dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) dan juga nggak sesuai takaran kemasan.
Marah banget jujur.
Iya, guys, di pasaran diketahui bahwa MinyaKita kemasan 1L harusnya dijual dengan harga Rp15.700 malah dijual dengan harga Rp18.000. Itu pun dengan takaran yang ngga full 1 liter. Mentan Amran kemudian bilang bahwa praktik kaya gini ngerugiin masyarakat dan nggak bisa ditoleransi. Beliau juga memerintahkan supaya perusahaan yang terbukti melanggar regulasi buat segera diproses hukum dan dicabut izin usahanya. Hingga saat ini, ada tiga perusahaan yang diduga mengurangi takaran MinyaKita yaitu PT Artha Eka Global Asia (Depok, Jabar), Kelompok Terpadu Nusantara (Kudus, Jateng), dan PT Tunas Agro Indolestari (Tangerang, Banten).
Apa respons pihak berwajib?
Yep, jadi kasus ini sekarang ditangani sama Satgas Pangan Polri, guys. Berdasarkan temuan, Kapolri Listyo Sigit Prabowo bilang bahwa dalam sidak yang dilakukan, Minyakita ini diketahui ngga cuma dikurangi jumlahnya, tapi ada juga yang merupakan minyak palsu aka oplosan. Terkait hal ini, Kapolri menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan nakal tadi bakal ditindak tegas.
Did anyone say anything?
Menyikapi penemuan ini, anggota Komisi VI DPR RI dari fraksi PDIP, Mufmi Anam, menilai pemerintahan Prabowo-Gibran nggak cermat mengurus minyak goreng subsidi buat masyarakat. Lebih lanjut, Mufmi melihat pengelolaan MinyaKita ini amburadul karena baru terungkap sekarang dan bahkan lebih dulu viral karena temuan masyarakat. Senada dengan rekan satu fraksinya di komisi VI, Budi Sulistyono, juga minta aparat bisa menindak tegas produsen MinyaKita yang nakal supaya kapok buat ngulangin lagi.
Makin trust issue jujur...
Yep, apalagi sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso, menyatakan kalau sudah nggak ada MinyaKita yang isinya nggak sesuai kemasan. Hal itu disampaikan Mendag Budi ketika mendengar info viral soal botol kemasan MinyaKita yang hanya berisi 750 ml minggu lalu. Kata doi sih, cuplikan video yang viral baru-baru ini sebenernya adalah kasus lama yang pernah ditangani sama pemerintah dan udah dilaporkan polisi. Lebih lanjut, doi juga bilang bahwa produsen yang curang itu adalah pihak yang sama yang pernah disegel Kemendag Januari lalu, yaitu PT Navyta Nabati Indonesia. Dari situ, pak Menteri bilang bahwa kemasan MinyaKita yang nggak sesuai sudah nggak beredar luas lagi. Tapi faktanya, di lapangan masih ditemukan produk MinyaKita yang nggak sesuai label kemasan dengan harga yang lebih mahal dari HET, tuh...
Boooo. Anything else?
Yes, menurut pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, pemerintah harus merevisi kebijakan penetapan harga MinyaKita. Lebih lanjut, kebijakan saat ini nggak menguntungkan produsen sehingga akan selalu ada potensi masalah di rantai pasokan. Permasalahan harga bahan baku atau crude palm oil (CPO) yang tinggi selama beberapa bulan terakhir juga berpotensi menyebabkan produsen merugi. Efeknya ya jadi ke konsumen, either kualitas dan isi kemasan dikurangin atau harga lebih mahal dari HET. Duh, tolong banget ini mah yang di bawah dibenturin satu sama lain mulu...