Admin
UTC
1 kali dilihat
0 kali dibagikan
Now, let’s get you up to speed on the case of: Penganiayaan oleh TNI….
Di Papua.
Say this after us: Penganiayaan is never an option. Tindak kekerasan will not solve anything. Tapi sayangnya, buat lembaga negara kayak TNI, tindak kekerasan, penganiayaan, sampai penyiksaan masih sering banget mereka lakukan. Contohnya yang baru-baru ini terjadi di Distrik Omukima, Puncak, Provinsi Papua Tengah. Sejumlah aparat di sana ketauan menganiaya anggota Kelompok Kriminal Bersenjata aka KKB atas nama Defianus Kogoya.
Gimana ceritanya??
Gini gini. Konflik di Tanah Papua tuh kan sampai sekarang masih jadi PR buat seluruh pemangku kebijakan di Indonesia ya. Kayak, berbagai strategi udah dilakukan, tapi nggak kelar-kelar tuh masalahnya diliat-liat. Iya, dari waktu ke waktu, adaaaa aja konflik yang terjadi antara aparat gabungan TNI/Polri VS Kelompok Kriminal Bersenjata aka KKB.
KKB??
Iya. In case you need a better context, KKB pimpinan Egianus Kogoya ini emang dari jaman kapan udah menyebabkan berbagai gangguan keamanan di Papua, guys. Hal ini karena mereka emang pengen bikin Papua melepaskan diri dari NKRI. Makanya, berbagai tindakan violence pun mereka lakukan, mulai dari yang rame kemaren kayak ngebakar pesawat Susi Air, menyandera pilotnya, sampai yang rame sekarang diomongin netizen. Iya, 3 Februari lalu, Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua ketangkap mau ngebakar salah satu Puskesmas di sana.
WHAT??!!
TNI/Polri yang mengetahui hal itu ofc nggak tinggal diam dong. Panglima Kodam XVII/Cendrawasih, Mayjen Izak Pangemanan dalam konferensi pers-nya kemaren bilang begini nih: “Karena puskesmas ini dibutuhkan oleh masyarakat untuk melayani kesehatan di sana. Jangan dibakar,” cenah. Bentrok lah di situ. Baku tembak pun tak terelakkan. Anggota KKB nembak pasukan kita, terus pasukan kita bales tembak. KKB-nya lari, aparat kita ngejar. Terus akhirnya ketangkap. TNI/Polri menangkap tiga orang di sini. Warinus Kogoya, Alianus Murip, dan Defianus Kogoya.
Terus terus?
Nggak sampai di situ. Niat awalnya kan tiga orang ini mau dibawa ke Polres terdekat ya. But the thing is, di tengah jalan, Warinus ini nekat loncat dari mobil, guys. Warinus Kogoya kemudian tewas di tempat. Terus selain Warinus, Defianus Kogoya juga nekat loncat dari mobil dan sempat mau melarikan diri. Tapi kan ada pasukan yang jaga, akses jalanan juga ditutup. Ketangkep lah dia sama TNI, gengs. Nah di sini nih, gongnya.
Gong apa tu?
Nggak cuma menangkap Defianus, anggota TNI ini juga melakukan penganiayaan, guys. Iya, Defianus dimasukin ke drum air, terus tubuhnya dipukul-pukulin, bahkan sampai disayat-sayat pake senjata tajam sama sejumlah aparat. Emang boleh se-main hakim sendiri gitu?? Emang boleh menganiaya segitunya?? Jawabannya, ya nggak boleh, guys.
Terus gimana dong tuh?
Makanya banyak pihak murka mengetahui hal ini, guys. Apalagi pas liat video penyiksaannya yang viral dan bikin banyak pihak merinding. Bahkan atasan para TNI ini di Mabes TNI AD juga menyayangkan hal ini. Kayak, “Siapa yang ngajarin sih??” Gitu. Yep, disampaikan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigjen Kristomei Sianturi, tindak penganiayaan itu nggak pernah diajarin di TNI, guys. Secara, setiap prajurit TNI, khususnya yang bertugas di Satgas Pengamanan Perbatasan udah dibekali serangkaian SOP, Rules of Engagement, sampai hukum humaniter. Kalau begini, jatohnya ya melanggar hukum.
HMMM….
Menyikapi hal ini, Mabes TNI AD pun udah melakukan pemeriksaan terhadap sebanyak 42 orang prajurit. Adapun dari 42 prajurit itu, ditemukan 13 orang yang mengindikasikan mereka benar-benar terlibat dalam tindak penganiayaan Defianus Kogoya. Sebanyak 13 prajurit itu juga udah ditetapkan sebagai tersangka sama polisi miiliter, dan udah ditahan di Instalasi Tahanan Militer Security Polisi Militer Kodam Siliwangi.
Is that it?
Belom selesai, beb. Sampai saat ini, Polisi Militer TNI AD kan masih terus menelusuri kasus ini. Kayak, motifnya apa sampai menganiaya juga terus ditelusuri, guys. Brigjen Kristomei sih bilang pihaknya bakal cari tau itu prajurit nyiksa orang atas inisiatif sendiri atau ada perintah dari atasan. Terus hubungan sebab akibatnya sampai prajuritnya bisa menganiaya begitu.
I see….
In that sense, untuk cari tahu semua hal di atas, Polisi Militer TNI AD bareng sama Pamdam Siliwangi kemudian membentuk tim investigasi. Pembentukan tim investigasi ini juga sesuai sama arahan Menko Polhukam, Hadi Tjahjanto. Yep, begitu dengar kabar ini, Pak Hadi tuh kan langsung manggil Panglima TNI Agus Subianto ya. Terus ya itu, Pak Hadi kemudian langsung kasih instruksi buat membentuk tim investigasi. Nah kalau udah, baru Polisi Militer bisa tentuin jenis hukuman ke prajurit ini.
Tapi emang videonya parah banget sih…
We know rite. Kamu harus tahu nih guys, kejadian ini kan juga kemudian disorot sama Komnas HAM. Nah dalam keterangannya kemaren, Komnas HAM bilang emang harus ada yang diubah dari strategi TNI di Papua, dan udah nggak bisa main kekerasan lagi. Supaya nggak ada korban-korban selanjutnya. Ketua Komnas HAM, Atnike Nova Sigiro, in her words, bilangnya gini nih: “Komnas HAM juga menegaskan kembali bahwa penggunaan kekerasan dalam gerakan politik tidak dapat dibenarkan. Untuk itu, Komnas HAM meminta semua pihak agar menahan diri untuk mencegah eskalasi konflik di Papua.” Quote that: Kekerasan Tidak Dapat Dibenarkan.
Got it. Anything else?
Well, kalau dari Mabes TNI sendiri sih, Panglima TNI Agus Subiyanto dari awal Februari kemaren udah membentuk Komando Operasi HABEMA untuk menangani konflik di Papua. HABEMA stands for Harus Berhasil Maksimal. Secara garis besar Koops ini sih bakal mengintegrasikan pola operasi antara Polri sama TNI. Jadi penanganan konflik di Papua juga bisa jadi lebih efektif, katanya gitu.