Pendaftaran Pilkada Serentak 2024, Satu Sehat Health Pass, Aksi Unjuk Rasa Ojol di Depan Istana Negara, Kampanye Donald Trump Pakai Lagu Band ABBA

Admin
UTC
25 kali dilihat
0 kali dibagikan

Good morning!

It's September everyone! We don't know about you, but nine has been our lucky number, so enjoy this month! To kick things off, we're bringing you the latest updates on Pilkada drama to why you should keep your guard up. Again. Scroll down...

 

First stop, here's your recap on: Pendaftaran Pilkada Serentak 2024...

The Finale.

Yep. Minggu lalu, salah satu proses pilkada 2024 udah berhasil kita lalui dengan penuh "shick shack shock" guys, di mana jalan para calon kepala daerah yang mau maju ternyata ga semulus muka Choi Siwon. Yep, sampai penutupan pendaftaran calon di KPU pada hari Kamis (29/8/2024) kemaren, ternyata ada calon yang batal, yang ngga lolos, hingga ga jadi...


Gue tahu nih arahnya ke mana…..

Yes, we're gonna talk about the one and only: Anies Rasyid Baswedan. Kamu pastinya tahu bahwa Pak Anies ini adalah salah satu sosok yang digadang-gadang banget maju di kontestasi Pilgub Jakarta. Doi punya basis pendukung yang besar, polling paling tinggi, mantan capres pula, eh tapi... he ended up ga didukung partai manapun, guys. Dan udah pasti, Pak Anies ga maju di mana-mana pada pilkada kali ini.


Iya... what happened?

Well, yang harus kamu tahu adalah, di masa pendaftaran Calon Kepala Daerah kemaren, ada tiga pasangan calon yang udah mendaftar sebagai Cagub dan Cawagub Jakarta. Ada si Jagoan KIM Plus, Ridwan Kamil-Suswono. Ada juga calon Independen alias nggak didukung partai manapun, Dharma Pongrekun-Kun Wardana. Sama ada juga PDI Perjuangan, satu-satunya partai gede yang nggak join KIM Plus dan disebut bakal mendukung Pak Anies, tapi turned out batal. PDI Perjuangan kemudian mengusung kadernya sendiri, Pramono Anung-Rano Karno. In that sense, nggak ada nama Anies Baswedan di antara tiga paslon tersebut.


Kok bisa sih?

Gini gini. Singkat, padat, tersandera kekuasaan. Yep, mulai dari para pengamat, terus partai kayak PDI Perjuangan, sampai Anies Baswedan-nya sendiri ngerasa batalnya Pak Anies maju di Pilgub Jakarta itu emang erat kaitannya sama kekuasaan, guys. Menurut pengamat politik dari Motion Citra Matrix, Wildan Hakim, kenapa PKS yang semula dukung Pak Anies jadi menarik dukungannya ya karena para ustaz itu ada kompromi dengan KIM Plus yang digawangi Gerindra dkk (pokoknya yang pas pilpres dukung 02).


Terus terus?

Gitu juga dengan yang terjadi di PDI Perjuangan. Dikonfirmasi langsung oleh Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, doi bilang ada kekuasaan yang mengepung Anies Baswedan dan PDI Perjuangan. In his words: “Dan hambatannya ya mereka yang kemarin mencoba, untuk melakukan pengkondisian di Pilkada DKI. Kekuasaan itulah yang konstitusi saja mau dilanggar, itu karena memang sebenarnya upaya untuk mengepung PDI Perjuangan dan Pak Anies."


I heard Pak Anies kan juga dicalonkan di Jawa Barat. Case-nya sama kah? 

Klaim dari PDI Perjuangan kurang lebih sama sih. Gini gini. In case you're puzzled here, Pak Anies kan nggak jadi diusung di Pilgub Jakarta ya. Udah tuh, case closed. Nah, weekend kemaren, PDI Perjuangan Jawa Barat disebut mau mengusung Pak Anies maju di Pilgub Jabar aja. Legit sampe udah ngumpulin dukungan dari berbagai kelompok, dll. Tapi turned out batal juga. Kenapa batal juga? Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, Ono Surono Kamis kemaren bilangnya, “Ada tangan-tangan dari luar yang tidak menghendaki Pak Anies diusung di Jawa Barat." Ditanya siapa yang dimaksud, Pak Ono tegas menjawab, “Ya Mulyono and geng."


WHAT??? Mulyo… Maksudnya, ‘Si itu’? 

Correct. Maksudnya Presiden Joko Widodo, guys. Mulyono itu nama masa kecilnya sebelum diganti gara-gara sering sakit fyiAnyways, menurut keterangan Kang Ono, ada banget nih kelompok yang ‘takut’ ngedukung Pak Anies. Kenapa takut? Karena yang dilawan ini merupakan satu "kekuatan besar" yang coba mengacak-ngacak demokrasi di Indonesia. Nah, kekuatan ini diduga merupakan gengnya Mulyono, gengs.


I believe pihak Istana has a say….

Of course. Menjawab segala tudingan ini, pihak istana kepresidenan tegas menjawab “Apa hubungannya sama kita sih?” Yep, disampaikan oleh Koordinator Stafsus Presiden, Ari Dwipayana, pencalonan kepala daerah itu sepenuhnya wewenang partai politik dan koalisinya, guys. Semua partai punya mekanismenya, punya kedaulatan buat memutuskan ceunah. That being said, Pak Ari menyebutkan, “Jangan sampai, semua problem internal partai, selalu dikaitkan dengan presiden."


... How is Anies Baswedan now? 

Pak Anies sendiri ngeklaim doi udah jadi 'Victim beneran' di sini, guys. Secara, gara-gara sandera kekuasaan ini, partai politik jadi dinilai gagal menyerap aspirasi warga. Padahal aspirasi warga JKT clear banget supaya doi balik jadi gubernur. Tapi gara-gara partai politik itu ‘tersandera kekuasaan’, jadinya mereka nggak bisa menggunakan kedaulatannya untuk mendukung calon yang diinginkan warga. Gitu lah kira-kira. 


Yaudah bikin aja partai sendiri....

Nah itu dia! Pak Anies bilang emang mau bikin partai baru buat mewadahi semua aspirasi perubahan yang udah dia bawa sejak jaman Pilpres kemaren, which is: Perubahan. Nah, perubahan ini yang sekarang mandeg di partai-partai politik, guys, tapi demand-nya tinggi! Pilpres kemaren aja 40 juta warga yang ngedukung Anies dengan perubahannya ini. That being said, ya perubahan ini butuh wadah lah istilahnya. Makanya sekarang lagi dikaji. Gimana-gimananya, ya liat ntar deh update-annya kayak apa.


Okey. Terus, selain Pak Anies, kita mau ngomongin siapa lagi nih? 

Sedikit kita bakal ngomongin soal calon-calon kepala daerah yang mundur, bahkan ditolak ygy. Contohnya ada Riza Patria-Marshel yang mundur dari Pilwakot Tangerang Selatan. Bang Riza sih bilangnya doi dapat tugas lain ya dari Partai Gerindra. Tapi nggak dijelaskan apa. “Nanti ya,” katanya. Terus, ada juga Mangkunegara X aka Gusti Bhre yang mundur dari Pilwakot Solo gara-gara ibunya nggak setuju. Last but not least, ada Dico Ganindito, Bupati Kendal yang mau nyalonin lagi di Pilbup Kendal dua periode via PKB, tapi berkasnya ditolak KPU, guys. Gara-gara PKB sendiri disebut udah punya calon lain di sana yang daftar duluan, Tika Permana Sari-Benny Karmadi. Jadi dari sini, Dico disebut bakal ngajuin gugatan deh ke Bawaslu.


Got it. Now wrap it up….

Jadi ya gitu intinya, guys. We repeat: Pilkada Serentak sekarang lagi happening dan calon-calon yang maju juga udah keliatan. So, choose wisely ok? Bahkan sekalipun cuma ada calon tunggal VS kotak kosong di daeramu, choose wisely. FYI aja nih, Komisioner KPU Idham Holik menyebut persentase calon tunggal di Pilkada kali ini meningkat dari di 2020 ada 25 paslon, sekarang ada 48 calon tunggal. Bahkan sampai di level Pilgub, yaitu di Papua Barat, di sana juga cuma ada calon tunggal. Makanya untuk mengantisipasi hal ini, Pak Idham bilang KPU nge-extend pendaftaran starting from today dan ditutup hari Rabu lusa, tanggal 4 September 2024.

 

Who's making a comeback but not "bye bye bye"?

Satu Sehat Health Pass.

Yep guys, kalo ngomongin satu sehat, PeduliLindungi, kamu jadi inget pandemi Covid-19 empat tahun lalu ga sih? Nah kalo kamu udah delete app-nya, udah move on, dan berpikir kamu ngga perlu app itu lagi, you might be wrong because... it just made a comeback.


MAKSUDNYA?

Well, kamu tahu kan guys kalo belakangan ini, wabah penyakit cacar monyet lagi menyebar secara global? Yep, bulan lalu PBB baru aja menyatakan penyakit ini sebagai "global health emergency" karena penyebarannya yang udah mulai keluar dari tempatnya pertama kali dideteksi, yakni Afrika. Penyakit sejenis cacar ini udah ditemukan di Eropa, Asia, dan sekarang udah ke... Indonesia.


Serem...

Ya makanya, untuk mencegah penyebaran penyakit cacar monyet di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan kembali mewajibkan kamu buat melakukan screening kesehatan mandiri lewat aplikasi satu sehat kalo kamu baru balik dari luar negeri. Adapun aturan ini mulai berlaku sejak 27 Agustus lalu.


I think I've seen this film before...

Iya kan? Nah selain kamu harus mengisi health screening dulu via aplikasi sebelum masuk ke Indonesia, pemerintah juga udah memasang alat deteksi suhu tubuh aka thermal scanner yang akan mendeteksi tubuh kamu kalo emang punya suhu di atas angka orang sehat. Adapun alat ini udah dipasang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta).


How does that work?

Ya gitu guys, jadi kan salah satu gejala awal mpox adalah demam, di mana suhu kamu di atas 37,5 derajat. Nah kalo terdeteksi suhu tubuh kamu lebih dari segitu, maka kamu akan diarahkan untuk dikarantina dan diperiksa lanjutan untuk dilihat gejala lainnya. Adapun thermal scanner ini dipasang di area kedatangan internasional Terminal 2 dan Terminal 3.


Emang udah parah ya penyebarannya di Indonesia?

Well, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) sih so far mengungkapkan bahwa penderita cacar monyet di Indonesia so far udah mencapai 88 kasus. Adapun rincian daerahnya meliputi: 59 kasus di DKI Jakarta, 13 kasus di Jawa Barat, 9 kasus di Banten, 3 kasus di Jawa Timur, 3 kasus di DI Yogyakarta, dan satu di Kepulauan Riau. Adapun dari seluruh kasus ini, 87 udah dinyatakan sembuh.


Terus, ada antisipasi dari pemerintah ga?

Ada. Minggu lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bilang bahwa pemerintah bakal mendatangkan 1.600 dosis vaksin cacar monyet yang diimpor dari Denmark ke tanah air. Adapun vaksin-vaksin ini bakal didistribusikan dulu pada kelompok rentan dan nakes yang emang beresiko tertular penyakit ini. FYI guys, kalo kamu bukan nakes dan bukan dari kelompok rentan (anak-anak, orang yang sering berganti pasangan seksual, penderita HIV and those with low immune), maka kamu belum bisa dulu dapetin vaksin mpox. Hal ini karena emang jumlah vaksinnya yang terbatas banget dan harganya yang mahal yakni Rp3,5 juta/ dosis. 


Alrite. Anything else?

Guysagain, ga bosen-bosen kita ngingetin kamu buat keep your guard up. Meskipun sejauh ini banyak yang bilang bahwa cacar monyet bisa menular melalui sentuhan, gesekan hingga penggunaan barang yang sama dengan penderita, namun WHO baru aja menerbitkan statement baru yang bilang bahwa penyakit ini juga punya kemungkinan kecil menular dari droplet. Adapun droplet yang dimaksud ya lewat percikan ludah kalo kamu lagi ngobrol atau ngomong biasa. Jadi WHO mengingatkan nakes yang menangani kasus mpox agar selalu pake masker.

 

When your life totally depends on Ojek Online...

Read this.

Guys, siapa di sini yang hari-hari hidupnya sangat bergantung sama ojek online? Berangkat-pulang kantor, ngirim barang yang kelupaan, mesen makanan, dll. Harganya affordable pula (thanks to berbagai promo dan potongan harga). Seneng? Bersyukur? Merasa terbantu? Well, sekarang coba deh liat bapak-bapak driver ojolnya. Mereka ngerasa kerjaan ini nggak adil banget bagi mereka, guys. Bahkan disebut nggak manusiawi. Makanya, Kamis (29/8/2024) kemaren tuh, mereka rame-rame melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta.


Nggak adil? Nggak manusiawi? 

Iya. Jangan seneng dulu tau kalo dapet promo dari aplikasi ojek online. Kitanya mah enak bayar dikit, tapi promo yang kita dapat itu ternyata berdampak ke pendapatan mereka, guys. Karena ya… pendapatan mereka jadi berkurang. Not to mention kalo kamu dapat tarif hemat tuh di aplikasi. Kan sering yah. kamu pasti sering pake juga ga si? Tarif hemat ini yang juga dinilai memberatkan para driver ojol, gengs.


Iya sih…. 

Ya bayangin kamu pesen makan siang-siang, driver-nya ngantri berjam-jam di situ, belum lagi nganterin ke kantor atau rumah kamu, terus kamu order-nya dengan tarif hemat. Ya bisa dibilang, makin dikit pendapatan mereka. Belum waktunya, uang bensinnya, makanya di sini para driver itu bilang tarif hemat itu nggak manusiawi, guys. Kamunya untung, bayar murah tinggal ongkang-ongkang kaki nungguin ojol, mereka ambyar. Penghasilannya bahkan disebut bisa cuma Rp10 ribu per hari. In that sense, para drivers itu menilai ada ketidakadilan di sini.


HMMM….

Belum selesai, beb. Kamu harus tahu bahwa profesi ojek online itu BELUM LEGAL di Indonesia. Yep, you read it right. Belum ada SK apapun yang dikeluarkan pemerintah yang membawahi si ojol ini. That being said, nggak ada payung hukumnya kan mereka sebagai pekerja. Padahal mereka di jalan panas, hujan, belum kalo ga ada order. Ya cuma bergantung sama company masing-masing. Itu pun mereka jatohnya mitra, bukan karyawan.


Terus gimana dong? 

Dari semua keresahan itu, akhirnya Kamis (29/8/2024) lalu, ribuan driver Ojol yang tergabung dalam Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia akhirnya menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Negara. Jadi dari sini, all eyes are on… Kementerian Perhubungan Disampaikan langsung oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, pihaknya sih open-open aja ya kalau mau ada payung hukum terkait profesi ojol. Dalam hal ini ya, bentuknya Undang-Undang. Makanya harus koordinasi sama DPR.


Okay…

Di DPR ya sama stance-nya. Menurut Anggota Komisi IX dari Fraksi PDI Perjuangan, Rahmad Handoyo, legalitas profesi ini emang kuncian, guys. Makanya penting banget nih ada aturan terkait driver ojol. In his words,“Katakanlah apakah masuk dalam kategori Perjanjian Kerja dengan Waktu Tertentu (PKWT), atau mungkin jenis pekerjaan baru sebagai profesi pekerjaan kemitraan yang aturannya disusun melalui aturan pemerintah agar posisi driver jelas sehingga membuat perlindungan sosial bagi mereka." In that sense, kalau ada persoalan lain soal driver, ngelarinnya juga gampang karena ada aturan yang mengikat. MeanwhileKominfo juga sampai saat ini mau ketemu dulu sama para driver itu, guys. Biar bisa denger langsung dan langsung cari solusi terbaiknya, ceunah.


Got it. Anything else I should know? 

Jadi ya gitu intinya, guysNow, let’s zoom in sebentar ke para aplikator alias company yang mewadahi si driver-driver ini ygy. Balik lagi ke keterangan Menhub Budi, Kemenhub tuh juga concern sama ini companyguys. Apalagi kaitannya dengan para driver. Kayak, “Diliat-liat kenapa karyawannya yang lebih sejahtera ya?” Nggak bisa dipungkiri lah itu. In that sense, Kemenhub bilang sah-sah aja kalau company mau pake tarif hemat atau bikin promo, tapi ya jangan kelewatan. Nggak boleh di bawah batas minimal tarif yang ditetapkan pemerintah di tiap zonasi.

 

Who's feeling unhappy about Trump's campaign?

ABBA.


Iya guys, band lawas asal Swedia itu bete banget deh sama kampanyenya Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kerap kali pake lagu mereka. Ga tanggung-tanggung, band inipun lewat labelnya Universal Music meminta Trump untuk ngga lagi-lagi pake lagu mereka pas kampanye. Yep, jadi dalam press rilisnya minggu lalu, Universal Music bilang, "Kami bersama ABBA menemukan ada beberapa video kampanye Donald Trump yang menggunakan musik milik ABBA dan digunakan dalam kegiatan kampanyenya. Oleh karena itu, kami meminta agar konten-konten tadi segera di-takedown dan tidak digunakan lagi karena kami juga tidak memberikan izin untuk penggunaan lagu-lagu tersebut." FYI, emang sejak Juli lalu, kampanyenya Trump itu kerap kali pake lagu-lagu ABBA. Contohnya lagi "The Winner Takes It All" yang digunakan sebagai background lagu dalam video clip berdurasi 10 menit yang diputar dalam event kampanye Trump di Minnesota. 

Selain ABBA, beberapa performers juga pernah melayangkan komplain yang sama, and we're talking about Tom Petty, Adele, REM, hingga Celine Dion.

 

"Beliau dikenal sebagai bayi ajaib. Umur 12 tahun 8 bulan sudah kuliah,"

Gitu guys kata bakal calon gubernur Jakarta yang merupakan pasangan independen, Dharma Pongrekun pas ngenalin pasangan calon wakil gubernurnya, Kun Wardana. Perkenalan ini dilakukan Dharma pas doi datang ke KPUD Jakarta untuk mendaftarkan diri di kontestasi Pilgub Jakarta, yang bakal dihadapinya dengan melawan Pramono-Doel dan RK-Suswono. 

Jakarta, how did we end up like this?

 

Announcement

Thanks to Someone and Fiko for buying us coffee today :)


(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here...just click here. Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)

Catch Me Up! Recommendation

You know, there are actually some foods that can make you hungrier after you eat them. Find more here.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.