Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan
Now, to all the drama rolling on Pemilu, wrapped in….Pemilu Flash!
Yoi. Pemilu makin dekat, tim kampanye udah dimumin, dan mereka pun udah mulai kerja-kerja-kerja baik IRL maupun di media sosial. Nggak cuma itu, segala spill-spill lucu terkait para politisi dan partai politik pun makin masif bertebaran di mana-mana. Kali ini, kita mau bahas laporan Majalah Tempo, guys. Dalam laporannya yang di-upload kemarin, Tempo menyebut langkah politik anak-anak Presiden Jokowi, termasuk pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres dan Kaesang Pangerep di PSI tuh banyak dipengaruhi oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo (Jenggggg). More on those… Scroll down.
- Di-plan sejak awal tahun lalu. Jadi dalam laporan Tempo, Ibu Negara Iriana Joko Widodo tuh diketahui udah dari awal tahun lalu sounding ke keluarga besarnya buat mendukung anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka buat jadi penerus Pak Jokowi. Bukan sebagai Gubernur Jawa Tengah, bukan juga sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tapi, literally penerusnya Pak Jokowi at the national level, alias jadi calon wakil presiden. Nggak cuma itu, sejak awal tahun lalu, Bu Iriana juga spesifik memasangkan Mas Gibran sebagai cawapres dengan capres dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto.
- Bete sama PDI Perjuangan. Adapun manuver yang dilakukan Ibu Negara ini, “Ibu Suri” Tempo menyebutnya, dilakukan karena Bu Iriana tuh udah dari lama ngerasa cape mentok dan bete banget sama PDI Perjuangan, guys. Bahkan sejak Presiden Jokowi menjabat di periode pertama kemaren Bu Iriana disebut udah nggak suka sama PDI Perjuangan.
- PDI Perjuangan vs Jokowi. Hubungan PDI Perjuangan sama Presiden Jokowi nih digambarkan kayak saklar lampu gitu, guys. Kayak on-off gitu. Tapi puncaknya, Bu Iriana ngerasa sakit hati tuh ya waktu Rakornas PDI Perjuangan Mei lalu, gengs. Dalam pidatonya, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri menyebut, “Tanpa PDI-P, Jokowi tidak jadi apa-apa.” Terus juga di vlog-nya Mbak Puan Maharani beberapa waktu lalu, terlihat Pak Jokowi dan Bu Mega ketemuan tapi hadap-hadapan, kayak anak buah ketemu atasan. Ya makin rumit dah tuh hubungannya.
- Dibantah Gibran-Kaesang. Nah menyikapi soal berita keterlibatan Bu Iriana ini, sang anak yakni Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep Kamis kemaren kemudian membantah. “Tidak juga,” kalau kata Mas Gibran. Terus Kaesang sejak September lalu juga udah legit membantah. “Kejauhan. Kok bawa-bawa ibu saya,” katanya gitu. Adapun sampai berita ini ditulis, belum ada keterangan apapun dari Istana Kepresidenan terkait isu ini.
- Bobby Nasution dipecat dari PDI Perjuangan. Yep, nggak cuma Bu Iriana aja yang mendukung Prabowo-Gibran, guys. Menantunya, yang juga Wali Kota Medan, Bobby Nasution pun juga dari awal udah secara obvious mendukung Prabowo-Gibran. Padahal statusnya masih sebagai kader PDI Perjuangan. Akibatnya hari Selasa lalu, DPC PDI Perjuangan Kota Medan pun akhirnya ngeluarin surat yang isinya memecat Bobby Nasution. Yep, Bobby terbukti melanggar Kode Etik dan Disiplin Anggota Partai, dan nggak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota PDI Perjuangan.
- Ganjar Pranowo: “Penegakan hukum kita jeblok.” Kamu masih inget dong kalau majunya Gibran Rakabuming sebagai cawapres tuh nggak terlepas dari putusan MK beberapa waktu lalu ya soal batas umur capres cawapres? Nah, hal ini kemudian jadi concern-nya capres dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, guys. Secara, menurut Mas Ganjar, gara-gara putusan MK itu, penegakan hukum di Indonesia yang tadinya keliatan tegas, jadi nggak lagi. “Banyak rekayasa dan intervensi,” kata Mas Ganjar. Ini yang kemudian bikin skor penegakan hukum kita tuh jeblok, dari di angka 7 atau 8, sekarang jadi lebih rendah lagi.
- Golkar be like, “Awww siapa tuh menterinya?” Disampaikan oleh Ketua DPP Partai Golkar, Nusron Wahid, penegakan hukum di Indonesia selama ini jeblok tuh harusnya jadi tanggung jawab Pak Mahfud MD, Menko Polhukam yang saat ini jadi.. Cawapresnya Mas Ganjar. Iya, Nusron bilangnya kalau penegakan hukum kita dinilai bermasalah, ya tanya sama menterinya dong, yang bertanggungjawab di bidang itu. Dan menteri yang bertanggung jawab di bidang penegakan hukum, ya salah satunya Menko Polhukam, Mahfud MD.
- Meanwhile, in Koalisi Perubahan’s side… Ada lagi drama tersendiri nih, guys. Ditolak hadir di UGM, misalnya. Yep, jadi minggu lalu tuh Pak Anies diundang jadi narasumber untuk satu diskusi yang digelar di UGM ya. The thing is, dari keterangan panitianya, pihak rektorat UGM tuh nggak appove kalau mereka ngundang Pak Anies, guys. Mereka bahkan ngeklaim acara mereka terancam dibatalkan rektorat kalau masih kekeuh ngundang Pak Anies.
- Rektorat UGM speak up. Mengkonfirmasi hal ini, Sekretaris UGM, Andi Sandi Antonius menyebut pihaknya sama sekali nggak pernah mengeluarkan statement menolak Pak Anies, gengs. Dari Bu Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, terus wakil-wakil rektor, sama sekali nggak ada yang menolak kehadiran Pak Anies. Rektorat bahkan welcome banget kalau Anies Baswedan mau datang, since dia juga alumni kebanggaan UGM kan. Tapi ya gitu, Pak Sandi sih bilangnya kalau ngundang tokoh politik, apalagi mendekati masa kampanye kayak sekarang ini, ya ada SOP-nya, which is UGM langsung yang harus ngundang. Jadi ya gitu deh…
- Pak Anies diundang ulama. Nggak jadi ke UGM, Sabtu lalu Anies Baswedan dan cawapresnya, Muhaimin Iskandar justru pergi menghadiri acaranya Ijtima Ulama, guys. Di Bogor tepatnya. Tanpa Ganjar-Mahfud dan tanpa Prabowo-Gibran. Ijtima Ulama emang sengaja cuma ngundang capres-cawapres dari Koalisi Perubahan itu. Yep, disampaikan oleh Steering Committee Ijtima Ulaama, Habib Muhammad namanya, pihaknya emang sengaja cuma ngundang couple AMIN karena dari ketiga capres-cawapres, cuma couple AMIN nih yang dinilai visi misinya punya kedekatan sama ulama.
- Kapten Tim Pemenangan AMIN. Nggak cuma dari ulama, couple AMIN juga turut didukung sama purnawirawan TNI. Purnawirawan TNI ini yang Selasa kemarin akhirnya diumumkan sebagai Kapten Tim Pemenangan AMIN. It’s none other than eks Kabasarnas Marsekal (Purn.) Muhammad Syaugi. Pak Syaugi ini yang bakal berhadapan sama Rosan Roeslani di kubunya Pak Prabowo, dan Arsyad Rasyid di kubunya Ganjar-Mahfud.