When you think there's a solution to every problem....
Try our government.
Yep. Pemerintah kita tuh emang paling gercep deh ya ngasih solusi buat setiap masalah rakyat. Pertanyaannya, solusi yang dikasih beneran menjawab permasalahan nggak? Kayak yang baru-baru ini dilakukan sejumlah pemerintah daerah yang melarang siswanya study tour ke luar kota imbas kecelakaan bus beberapa waktu lalu. More on those, scroll down…
Background pls.
You got it. Jadi guys, masih hangat di ingatan kita pada Sabtu lalu, terjadi kecelakaan bus maut di kawasan Ciater, Subang, Jawa Barat. Bus yang membawa siswa SMK Lingga Kencana Depok yang habis menggelar acara perpisahan di Bandung ini mengalami kecelakaan hingga menewaskan 11 orang. Adapun berdasarkan pengakuan si sopir, bus itu emang punya masalah di rem, hingga remnya blong dan menyebabkan kecelakaan di jalan turunan di daerah Ciater. Sadira, si supir, bahkan bilang begini, "Terus ngerem kan, pas persneling mau saya masukin itu, enggak bisa masuk. Enggak tahunya angin (Re: rem) benar-benar habis."
Geeeez :(
Nggak sampai di situ, setelah ditelusuri lebih lanjut oleh pihak kepolisian, bus Trans Putera Fajar yang membawa siswa-siswi SMK ini ternyata juga punya banyak masalah. Mulai dari nggak terdaftar di aplikasi Mitra Darat Kemenhub, izinnya udah kedaluwarsa sejak akhir tahun lalu, dll. Hal ini ofc mengundang berbagai respons dari banyak pihak, utamanya soal: Kok bisa bus ga layak jalan gini lolosss? Nah tapi kalo pemerintah daerah beda lagi nih pov dan solusinya.
Tell me.
Yaitu dengan… Melarang siswa-siswi melakukan study tour ke luar kota. Yep, remember siswa-siswi SMK Lingga Kencana ini kan pergi ke Bandung pake bus buat seremoni perpisahan ya, guys. Dan di waktu-waktu sekarang, emang tengah banyak sekolah yang menggelar perpisahan, bahkan sampe rame-rame ke luar kota. In that sense, pemerintah be like, “Udah deh, jangan lagi-lagi ke luar kota,” gituuu.
Really? Is that the solution?
Ya iya. Adapun sejauh ini, pemerintah daerah yang menetapkan larangan ini antara lain: Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, sampai di level kabupaten kayak Pemerintah Kabupaten Kuningan, Garut, dan Sumedang. That being said, pemda mintanya sekolah-sekolah di daerah mereka ya kalau mau healing atau study tour tuh ya yang deket-deket aja, di dalam kota.
Gimme all the details…
Sure. Kita jelasin di Pemprov Jawa Tengah nih ya. Disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah Uswatun Hasanah, meskipun study tour tuh udah jadi budaya, tapi sekolah tuh nggak pernah mewajibkan piknik. Toh juga nggak kasih dampak yang signifikan buat proses pembelejaran siswa, katanya gitu. Nggak cuma itu, Bu Uswatun juga bilang kegiatan study tour begini tuh dikhawatirkan bakal menimbulkan penyimpangan anggaran yang ujung-ujungnya jadi profit sekolah, nggak ngefek ke Pendapatan Asli Daerah. “So what’s the point?” gitu lah kira-kira.
….
Di Jakarta case-nya juga gitu. Plt Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Purwosusilo, kemaren udah menerbitkan surat edaran yang mengharuskan sekolah tuh kalo mau perpisahan ya di lingkungan sekolah aja, dengan fasilitas yang ada. Karena menurut Pak Purwosusilo, perpisahan di luar kota tuh memberatkan buat orang tua siswa, dan rawan terjadi kecelakaan. Jadi kayak, yaudah di sekolah aja gitu.
Makin .....
Dari Jakarta kita ke Jawa Barat ygy. Dalam statementnya di awal minggu kemarin, Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmuddin bilang bahwa doi ngga melarang study tour, tapi ya di Jawa Barat aja (?) Selain itu, beliau juga menekankan tiga hal kalau sekolah mau ngadain study tour, yaitu: kegiatan, keterbukaan, dan keselamatan. In that sense, Pemprov Jabar meminta sekolah kalo mau sudy tour pake bus gitu ya make sure bus yang mau dipake tuh ya layak jalan, jalurnya aman, yang gitu-gitu.
Got it. Anything else?
Dari tadi ngomongin study tour, now let’s move on to pemerintah pusat ya. Sampai berita ini ditulis, belum ada keterangan apapun sih dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terkait study tour ini. Meanwhile, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno justru bilang bahwa sebenernya masalahnya bukan di study tour, tapi di pemilihan kendaraan. Jadi harusnya ya uji kekayakan kendaraannya yang diperketat.
Jadi, kalian Tim Pak Sandi atau Tim Pak Bey dkk guys?





