Now, let's speed you up on: the pros and cons of alat kontrasepsi....
Yang disiapin buat anak sekolah.
Yoi. Alat kontrasepsi khususnya kondom sekarang lagi rame banget diomongin netizen, guys. Soalnya, baru-baru ini ada aturan di mana pemerintah bakal nge-provide alat kontrasepsi… buat anak sekolah dan remaja. Panik dong semua warga. Kayak, “Apa-apaan bocil dikasih kondom? Ngajarin yang nggak bener ya?” Meanwhile, pemerintah be like… “Dengerin dulu dong penjelasan kita”. Keep reading if you dont wanna skip a bit, ok!
Hold on. I need some background.
Guys, kamu masih inget UU Kesehatan nggak? Itu loh, UU Nomor 17 Tahun 2023, di mana memuat berbagai aturan dari A-Z soal kesehatan. Kalau kamu inget, UU ini rame banget diomongin since menuai pro dan kontra dari banyak pihak. Nah, as if UU ini nggak bikin negara +62 cukup rame, baru-baru ini pemerintah kembali menerbitkan aturan turunan dari Undang-Undang itu. Respons masyarakat? Ya sama. Tetep rame.
Coba jelasin pelan-pelan…
Ok. Now let’s talk about: PP Nomor 28 Tahun 2024. Dalam PP yang udah resmi di-sign Presiden Jokowi 26 Juli lalu ini, ada banyak hal yang diatur pemerintah, guys. Mulai dari ketentuan soal rokok, terus soal regulasi izin praktiknya para tenaga kesehatan, sampai korban pemerkosaan yang udah dibolehin aborsi. Selain itu, ada satu aturan yang dari kemaren di-highlight banget sama masyarakat, guys. Yep, it’s none other than… soal reproduksi dedek-dedek usia sekolah dan remaja.
Okay. What about it?
Jadi, di Pasal 103 ayat (1), dijelaskan ada upaya yang dilakukan pemerintah buat menjaga kesehatan reproduksinya dedek-dedek belasan tahun itu. Upaya yang dimaksud di sini meliputi: komunikasi, edukasi, terus dilanjut ke deteksi dini penyakit. Pengobatan, konseling, sampai penyediaan alat kontrasepsi. Yep, you heard it right. We repeat deh: Alat kontrasepsi bakal disediakan untuk anak usia sekolah dan remaja.
HUH OK.
Dari sini, reaksi pun bermunculan lah kan dari masyarakat. Tak terkecuali, para wakil rakyat di Senayan sana. Menurut Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKS, Netty Prasetyani, aneh banget kalau anak remaja dikasih alat kontrasepsi, guys. Bu Netty bahkan jadi wondering sendiri, “Apakah pemerintah emang mau me-normalize sex before marriage?” gitu loh. Nggak sampe di situ, Masih dari pov PKS, Anggota Komisi X, Abdul Fikri Faqih juga keheranan. “Bukannya disosialisasikan risiko perliaku seks bebas. Tapi, ini malah disediakan alatnya. Nalarnya ke mana?” ceunah.
I believe pemerintah has a say…
Yep. Let’s hear it from: Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi. Dalam keterangannya kemaren, Bu Nadia menegaskan alat kontrasepsi ini nggak bakal dikasih buat semua remaja, gengs. Sasaran utamanya di sini tuh lebih ke para remaja yang udah nikah di usia 15 tahun gitu. Kan banyak tuh. Nah alat kontrasepsinya tuh buat mereka supaya mereka bisa menunda kehamilan. Tunggu sampai siap dulu secara usia, secara mental, dll, baru deh tuh silakan nggak usah dipake lagi caps-nya.
So, where are we going from here? Udah mulai jalan programnya? Soon sih ya, since itu PP juga udah di-sign sama Presiden Jokowi, meaning udah mulai berlaku aturannya. Terus dari sini, pemerintah daerah pun udah mulai bersiap deh, guys. Termasuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Considering penuhnya kontroversi kayak yang dijelasin di atas, Plt Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Budi Awaluddin, menyebut pihaknya bakal pelajari dulu PP tersebut, guys. Terus, juga koordinasi sama Dinas Kesehatan. In the mean time, Kemenkes juga make sure bakal ada Peraturan Menteri Kesehatan buat perintilan teknis terkait aturan di atas.
Got it. Anything else?
Anyways, balik lagi ke statement-nya Bu Nadia tadi, inget nggak dia bilang alat kontrasepsi ini ditujukan buat pasangan yang masih usia sekolah atau remaja tapi udah menikah? Nah kalau begini kejadiannya, maka akar masalahnya ada di mana coba? Yak, betul. Pernikahan dini, guys. Pernikahan dini tuh masih banget happening di Indonesia, even di tahun 2024 ini, Meskipun by data angka nikah dini di sini terus menurun, (6,92% di tahun 2023). Kalau bisa 0%, ya ayo 0%. Makanya pemerintah lewat Kementerian PPPA dan lembaga negara lain juga terus menggalakkan, “Plis jangan nikah dini."
Jangan ya dek, ya….