Pemerintah Akan Mendatangkan Dokter Asing

Admin
UTC
13 kali dilihat
0 kali dibagikan

When you actually could meet doctors like Meredith Grey....

 

In Indonesia.

Yoi. Dokter asing kayak yang biasa cuma kamu tonton di Grey’s Anatomy atau drakor-drakor itu bentar lagi bisa kamu temui secara langsung di rumah sakit Indonesia, guys. Soalnya, bentar lagi pemerintah bakal mendatangkan dokter-dokter asing ke sini. Pro dan kontra pun bermunculan. Kayak, “Ngapain sih? Trust issue banget sama dokter asli Indonesia? Terus kita kuliah FK capek-capek mahal-mahal buat apa kalau ujung-ujungnya yang dipake dokter dari luar negeri?” More on those, scroll down.


Hold on, I need some background. 

You got it. Jadi kayak yang udah sering kita bahas, pemerintah tuh terus-terusan bilang bahwa Indonesia itu kekurangan dokter ya kan, Khususnya dokter spesialis. Nggak tanggung-tanggung, Menteri Budi Gunadi Sadikin bahkan sampe bawa-bawa data lo, guys. Disampaikan kemaren, Menkes BGS bilang ada sebanyak 285 rumah sakit umum daerah di Indonesia yang belum lengkap punya dokter spesialis dasarnya. For context, dokter spesialis dasar tuh ada tujuh ygy, meliputi: Dokter spesialis anak, spesialis penyakit dalam, spesialis anestesi, spesialis obgyn, spesialis radiologi, spesialis bedah, sama spesialis patologi klinik.


Okay terus? 

Sampe sini clear ya. Kita kekurangan jumlah dokter spesialis. Berarti apa dong yang harus dilakukan? Nambah jumlahnya kan? And here Pak BGS came with another hard truth. Menurut Pak BGS, butuh waktu sampai 10 tahun buat nutupin kurangnya jumlah dokter spesialis di Indonesia, gengs. Meanwhile, at the same time, masalah kesehatan masyarakat juga nggak kelar-kelar, justru makin kompleks. Nggak bisa banget dong nunggu sampe sepuluh tahun. Secara, ini tuh berkaitan dengan nyawa manusia, guys!


Iya sih….

Masih dari keterangan Pak Budi, saat ini di Indonesia tuh ada sebanyak 12 ribu bayi yang punya penyakit jantung bawaan. Hal in ofc harus segera ditangani dong. In that sense, bisa nggak tuh dokter spesialis kita yang jumlahnya nggak banyak itu menangani belasan ribu pasien? Cuma setengahnya paling kalau kata Pak BGS mah. Sisanya, beresiko meninggal dunia :(. Sekarang pertanyaannya, apakah kita harus nunggu 10 tahun dulu untuk menyelamatkan bayi-bayi nggak berdosa ini?


Terus gimana dong? 

Makanya, pemerintah Indonesia came with the master plan dengan… mendatangkan dokter asing ke Indonesia. Jadi datangnya dokter asing ke Indonesia tuh jadi semacam bala bantuan gitu lo. Supaya tenaga kesehatan di rumah sakit Indonesia bertambah, dan supaya tingkat kematian akibat penyakit jantung dan penyakit lainnya juga bisa menurun.


Sounds nice….

Tapi faktanya, nggak semua orang setuju dengan rencana pemerintah ini. Yep, banyak pihak menilai rencana ini nantinya bakal menimbulkan persaingan antara dokter asing VS dokter asli Indonesia. Salah satunya, kayak yang disampaikan Dekan FK Universitas Airlangga Surabaya, Prof. dr. Budi Santoso, Sp.OG(K). Dalam keterangannya kemaren, Prof. Budi Santoso bilang fakultas kedokteran di seluruh Indonesia tuh masih bisa banget mencetak dokter-dokter berkualitas, gengs. Kualitasnya pun nggak kalah dengan dokter asing In his words, Prof. Budi bahkan bilang, “Kita mampu menjadi dokter di tuan rumah sendiri."


I am reading...

Tapi again, Pak BGS menegaskan bukan itu poinnya, guys. Poinnya tuh bukan saing-saingan dokter mana yang lebih bagus. “Orang suka salah ambil angle bahasanya. Ini bukan soal saing-saingan, ini soal menyelamatkan nyawa,” katanya gitu. Lagi pula, dengan datangnya dokter asing ke Indonesia, hal ini tuh bisa jadi sarana supaya bisa transfer knowledge juga kan, sesama tenaga medis terkait penanganan pasien?


Mau tau plot twist-nya nggak? 

Plot twist-nya adalah, kemaren banget nih, setelah tegas menolak kedatangan dokter asing, Prof. Budi Santoso justru dicopot dari jabatannya sebagai Dekan, guys. Hal ini legit disampaikan Kepala Pusat Komunikasi dan Informasi Publik Unair, Martha Kurnia. Nggak dijelaskan sih apa alasan Prof. Budi dicopot, nggak dijelaskan juga apakah ini berkaitan sama statement Prof. Budi sebelumnya atau enggak. Yang jelas, Mbak Martha cuma bilang keputusan ini adalah kebijakan internal untuk menerapkan tata kelola yang lebih baik guna penguatan kelembagaan khususnya di lingkungan FK Unair.


HMMM….

Gitu deh, guys. Balik lagi soal dokter spesialis. Di kesempatan kemaren, Menkes BGS juga nge-spill rencana pemerintah satu lagi selain datangin dokter asing. Yep, kalau datangin dokter asing tuh kan untuk menjawab masalah kekurangan jumlah dokter ya. Sementara, masalah kita tuh bukan cuma itu. Masalah kita satu lagi adalah soal distribusi dokter spesialis yang nggak merata.


Terus solusinya apa?

 Adapun solusinya adalah ngirimin beberapa dokter spesialis ke Daerah Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan, guys. Jadi kayak penugasan khusus gitu kalau kata Pak Budi. Nggak tanggung-tanggung, Pak Budi menyebut bakal ada subsidi sebesar Rp30 juta per bulan buat mereka. Langsung dikirim ke rekening masing-masing tanpa intervensi dari mana-mana lagi. Harapannya sih, dokter-dokter spesialis ini pada mau ya ditempatkan di daerah terpencil. Supaya masyarakat di sana juga makin mudah mengakses layanan kesehatan langsung dari yang ahli.


I see. Anything else I need to know? 

Well, kalau ngomongin daerah terpencil mah, akses layanan kesehatan di sana masih jauh banget dari kata memadai, guysEven setelah mau 80 tahun Indonesia merdeka. Iya, boro-boro dokter spesialis, dokter umum aja nih, ada hampir 500 puskesmas di daerah yang nggak punya dokter umum. Dokter gigi juga, ada sepuluh ribuan puskesmas nggak punya dokter gigi. Makanya, ini yang terus di-push sama pemerintah, guys, yaitu soal pemerataan layanan kesehatan di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke, khususnya di daerah yang jauh dari jangkauan.


Ngomongin dokter gigi di daerah terpencil, siapa yang mau rewatch Hometown Cha Cha Cha sini ngumpul.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.