Admin
UTC
2 kali dilihat
0 kali dibagikan
When Meranti is being the headline…
Yang lagi clash sama Kementerian Keuangan.
Yoi. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti yang terletak di Riau, lagi kecewa, campur kzl, campur marah, sama Kementerian Keuangan RI nih. Gara-garanya, yha masalah duit sih. Pak Bupati Meranti bahkan sampai ngancam mau angkat senjata dan bakalan gabung Malaysia, guys.
WHAT??? Gimana ceritanya?
Well, semuanya bermula dari Bupati Kepulauan Meranti, Muhammad Adil yang ngomong pemerintahannya tuh nggak dapat Dana Bagi Hasil (DBH) yang worth it dari pemerintah pusat aka dalam konteks ini Kementerian Keuangan. Pak Adil menilai itung-itungannya Kemenkeu tuh nggak pas, guys. Terus karena nggak pas, DBH yang harusnya mereka bisa terima lebih besar pun jadi malah nggak sesuai harapan.
Hold on. DBH tuh apa??
Program Dana Bagi Hasil aka DBH yang diurus sama Kementerian Keuangan. A little background about DBH, simple-nya program ini tuh memungkinkan pemerintah daerah dapat transferan dari pusat dan diitung berdasarkan persentase dalam APBN dan kinerja tertentu, guys. Transferannya terus masuk ke daerah penghasil, dengan tujuan supaya mengurangi ketimpangan fiskal antara pemerintah pusat dan daerah. Jadi kalau misalnya di daerah kamu penghasil emas nih, duitnya kan masuk ke negara yah. Nah tapi lewat program ini, daerah kamu bakalan dapat persenan gitu dari revenue emas tadi. Ini juga berlaku buat daerah non penghasil supaya pemerataan kesejahteraan wilayah bisa semakin ditingkatkan.
Got it. Lanjut…
DBH ini ada itung-itungan persenannya kan, sesuai yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pemerintah dan Daerah. Adapun buat Dana Bagi Hasil pajak dan Sumber Daya Alam Minyak Bumi tuh provinsi yang bersangkutan dapet 2%, kabupaten/kota penghasil sebesar 6.5%, kabupaten/kota yang berbatasan juga dapet 3%, dan kabupaten/kota lain yang ada di provinsi itu juga sebesar 3%. Persenan ini of course juga diliat dari berapa banyak yang udah mereka hasilkan, plus laku berapa itu hasil buminya, Merujuk keterangan Presiden Jokowi 1 Agustus lalu sih, tambang minyak dihargai US$ 100 per barel, gengs.
Hubungannya sama si Kepulauan Meranti tadi?
Kepulauan Meranti tuh diketahui udah dari tahun 70-an aktif banget tambang minyaknya, guys. Sampai saat ini mereka udah punya sebanyak 222 sumur minyak, bakalan ditambah sebanyak 13 sumur lagi, plus di tahun depan bakal nambah 19 lagi sumurnya. Dengan sumur sebanyak itu, mereka udah berhasil memproduksi minyak sebanyak 8.000 barel setiap harinya, guys. Tapi sayangnya, dengan produksi sebanyak itu, Kementerian Keuangan dinilai blunder terkait DBH tambang minyak ini. Yang harusnya dihargai US$ 100 dolar sesuai statement Presiden, malah disebut masih dihargai US$60 aja.
Terus gimana dong?
Yha dengan itung-itungan gini, maka pemasukan DBH mereka disebut nggak sesuai harapan dong. Jadi cuma naik Rp700 juta aja dari tahun lalu. Dari US$60 per barel itu, pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti dapatnya sekitar Rp114 miliar, guys. Ini yang dikesalkan banget oleh Pak Adil. Nah, yang bikin Pak Adil lebih kesel adalah, beliau udah bersurat sama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati, tapi dibalas sama Kemenkeu buat meeting online aja. Terus, pas Zoom Meeting, pihak Kemenkeu disebut nggak bisa memberikan keterangan yang jelas terkait hal ini. Makanya sampe keluar statement beliau, “Ini orang keuangan isinya ini iblis atau setan.” Katanya gitu.
Buset. Harus banget begitu bahasanya, pak?
Pak Adil ngerasanya negara tuh cuman menghisap minyak yang ada di wilayahnya aja gitu, guys. Lebih jauh, Bupati Kepulauan Meranti ini juga menyebut daerah yang dipimpinnya tuh emang daerah miskin. Daerah ekstrem. Makanya it’s safe to say mereka cukup bergantung sama DBH ini. Nah the fact that Meranti ini adalah daerah penghasil minyak yang aliran duitnya masuk ke negara juga jadi pertanyaan buat Pak Adil. Duitnya di bawa kemana, terus pemerataan kayak apa dan ke mana yang disebut dalam program DBH ini juga mereka nggak tahu ceunah. Padahal, daerah Kepulauan Meranti tuh harusnya jadi prioritas, kata Pak Adil. Sekarang tambang minyak udah banyak kenapa DBH nya masih itungan dikit. Makanya, dari sini Pak Adil ngancam mau gabung sama Malaysia dan menggerakkan masyarakat Meranti angkat senjata, guys.
WHAT???
Bisa disanksi ya?
I beleive Kementerian Keuangan has a say….
I see. Anything else I should know?
WHAT???
Iya, In his words, Pak Adil bilangnya begini: “Maksud saya, kalau bapak tak mau ngurus kami. Pusat tak mau mengurus Meranti kasihkan kami ke negeri sebelah.” Negeri sebelah yang dimaksud yha, none other than Malaysia. Nggak cuman itu, Pak Adil bahkan bilang lagi, “Apa perlu Meranti angkat senjata? Kan nggak mungkin.“ Nah pernyataan ini langsung mengundang respon dari berbagai pihak dong. Kementerian Dalam Negeri sendiri saat ini lagi bahas masalah ini secara internal terkait sikap apa yang bakal Kemendagri ambil dari statement-nya Pak Bupati ini. Apakah dipanggil ke Jakarta menghadap Mendagri Tito Karnavian buat klarifikasi, atau bahkan ada sanksi yang dijatuhkan, masih dibahas di internal mereka, guys.
Bisa disanksi ya?
Yha bisa aja sebenarnya, karena kalau kata Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, ancaman Pak Adil mau gabung ke Malaysia tuh udah menjurus ke makar, guys. Apalagi ditambah dengan statement-nya yang menyebut Kementerian Keuangan isinya setan dan iblis tadi. Menurut Bang Sahroni, Pak Adil harus bisa mempertanggungjawabkan ucapannya yang menghina kementerian dan ancaman gabung ke negara tetangga itu udah keterlaluan dan provokatif banget. Bang Roni juga bilang harusnya tuh bisa banget diomongin secara lebih sistematis dan beradab. Toh Kemenkeu sama Kementerian ESDM juga siap kalau mau transparansi data, nggak boleh menduga-duga kayak gitu.
I beleive Kementerian Keuangan has a say….
Ada dong. Yustinus, staf khusus Kementerian Keuangan membantah segala statement Pak Adil tadi, guys. terutama di data DBH tadi. Menurut Pak Yustinus, Kementerian Keuangan udah pake acuan DBH dari Kementerian ESDM US$100 per barel, bukan US$60 kayak yang dituduhkan Pak Adil. Pak Yustinus malah mempertanyakan datanya Pak Adil tuh dari mana. Kalau mau crosscheck lagi silakan dengan data di Kementerian ESDM, katanya gitu. Makanya, “Yuk ketemu yuk pak. Duduk bareng dulu kita.” Terkait hinaan setan iblis tadi, Pak Yustinus pun menyayangkan hal itu, gengs. “Sakit banget nih hati dibilang setan iblis.” Apa yang dilakukan Kemenkeu selama ini tuh justru supaya dukungan buat daerah tuh semakin kuat, guys. Nggak terkecuali buat Kabupaten Kepulauan Meranti. Yang penting koordinasi dan kerja sama aja yang lebih erat antara pemerintah pusat sama daerah.
I see. Anything else I should know?
Btw dari tadi ngomongin minyak, ngomongin Meranti yang ada di Riau, kamu harus tahu nih, guys. Dari total 890 sumur minyak nasional, sebanyak 540 sumur aau 60 persennya tuh emang adanya di Riau. Makanya minyak gas ini emang jadi andalan sumber pendapatan daerah dan motornya aka penggerak ekonomi daerah. Cuman yha gitu, the work is still there. Karena seiring dengan ekonomi daerah yang terus bergerak, kesejahteraan masyarakatnya pun masih jadi PR. Yha kayak di Kepulauan Meranti ini salah satunya.