Pemanis Buatan Berpotensi Menimbulkan Kanker

Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan

When your favorite sweetener should be only your crush’s smile…

Karena kalo “literally” sweetener-nya, itu bahaya guys. 
Calling all of you sweet tooth yang cinta banget sama makanan dan minuman manis, hati-hati deh, guys. Emang ya selama ini kita ngga bosen-bosennya ngingetin efek dari kebanyakan makan manis, kayak kenaikan berat badan, sampe diabetes. Tapi ada penemuan baru nih yang juga mengkhawatirkan soal pemanis
 
Which is…
Well, aspartam, atau pemanis buatan yang banyaaak banget digunakan dalam produksi makanan dan minuman kemasan manis ternyata ada kemungkinan berpotensi menimbulkan kanker atau karsinogenic. Hal ini berdasarkan penelitian dari komite semi independennya World Health Organization (WHO) yang bernama International Agency for Research on Cancer aka IARC. Jadi dalam hasil penelitiannya yang dirilis Kamis lalu, IARC mengumumkan adanya indikasi penyakit kanker di dalam aspartam. Padahal ya aspartam sendiri sering banget jadi pengganti gula di beberapa produk makanan dan minuman bebas gula.

Bentar, emang aspartam apaan?
Jadi tuh, aspartam merupakan salah satu senyawa buatan pengganti gula yang paling umum digunakan di dunia. Paling nggak ada sekitar 6.000 produk terdaftar yang termasuk ke dalam produk bebas gula (macem diet coke) dan obat-obatan di seluruh dunia yang pake aspartam sebagai pemanis buatan. Selain karena rasanya yang lebih manis, aspartam juga punya kalori yang lebih sedikit dibanding gula.

So, most of less-sugar products
 tuh pake aspartam ya?
Betul banget. Tapi nih tapi, baru-baru ini IARC mengklasifikasikan aspartam sebagai “possibly carcinogenic to humans” atau memungkinkan munculnya zat kanker pada manusia. Kesimpulan ini mereka hasilkan setelah melakukan uji coba terbatas senyawa aspartam pada manusia dan hewan. Hasilnya, ditemukan adanya indikasi ancaman aspartam yang dapat memicu kanker hati.

WHAT?
 Kok bisa baru ketahuan sekarang sih?
Well, sebenernya bukan kali ini aja nih aspartam bikin galau peneliti dan konsumen. Udah sejak pertama kali diizinkan penggunaanya pada olahan makanan dan minuman di tahun 1974, senyawa ini sempet ditangguhkan karena disinyalir bisa memicu tumor otak pada tikus. Baru kemudian pada tahun 1981, Food and Drug Administration aka FDA Amerika Serikat mengizinkan kembali aspartam ada di makanan setelah dilakukan berbagai penyesuaian.

Oke…
Nah meski udah dibolehkan sejak tahun 1981, WHO juga udah ngasih batas maksimal konsumsi aspartam. WHO bilangnya, setiap hari seseorang cuma boleh mengkonsumsi 40 miligram aspartam per kilogram berat badannya. Batas aman ini yang juga dikonfirmasi WHO masih berlaku setelah adanya indikasi aspartam memicu sel kanker. Kalo diitung-itung nih, seorang yang punya berat 83 kilogram dapat meminum 33 kaleng diet coke dalam sehari dan masih dalam batas aman. Tapi ya ngapain minum diet coke segitu banyak, yang ada malah kembung doang xixixi.

Serius gapapa?
Well, kata WHO sih gitu. Selain WHO, Food and Drug Administration aka BPOM-nya Amerika Serikat juga menilai aspartam ini aman-aman aja. FDA nggak setuju sama temuan terbaru IARC yang menilai aspartam bisa memicu sel kanker pada manusia. Lewat situs resminya yang diunggah Jumat kemarin, FDA menilai masih banyak kekurangan yang signifikan pada uji coba yang dilakukan IARC. Malahan FDA juga bilang bahwa mereka nggak nemuin apa-apa ketika seseorang mengonsumsi aspartam lebih dari batas aman (tapi, ya gausah juga wkwkwk).


Ok, kalo di Indonesia regulasinya gimana?
Good question. Sampe sekarang, Badan Pengawas Obat dan Makanan aka BPOM juga masih memperbolehkan makanan atau minuman yang mengandung aspartam. Hal ini didasari oleh peraturan BPOM Nomor 11 tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan yang menyertakan aspartam di dalamnya. Sedangkan untuk batas maksimum konsumsi aspartam masih sama dengan ketentuan WHO.

Anything else I should know?
Meskipun kesimpulannya terdengar masih nggak masalah mengkonsumsi aspartam dalam jumlah yang wajar, akan tapi menurut direktur Department of Nutrition and Food Safety WHO dr Francesco Branca, kalo bisa sih kita tetap menjadikan air mineral sebagai pilihan utama produk minuman. Hal ini karena emang pada dasarnya konsumsi makanan dan minuman manis emang perlu dibatasi, baik itu dari gula asli atau buatan.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.