MK Kabulkan Sebagian Gugatan UU Cipta Kerja

Admin
UTC
48 kali dilihat
5 kali dibagikan

When MK strikes again....

With UU Cipta Kerja.

Guys, kamu masih inget UU Cipta Kerja? Iya, Undang-Undang yang problematic banget itu loh. Nah, UU ini kan emang merugikan kita sebagai para pekerja ya. In that sense, sejak beberapa waktu lalu, Partai Buruh dan sejumlah kelompok lainnya udah menggugat Undang-Undang ini ke Mahkamah Konstitusi. Dari situ, Kamis minggu lalu nih, 31 Oktober 2024 kemarin, MK akhirnya come up dengan hasil putusannya yang mengabulkan sebagian gugatannya. Apa aja hasil putusannya dan gimana respon pemerintah menyikapi hal ini? Keep reading!


Tell. Me. Everything. 

Sure. To freshen you up, sejak 2020 lalu, masyarakat seluruh Indonesia tuh udah heboh sama yang namanya Undang-Undang Cipta Kerja ya. Dalam perjalanannya, UU ini akhirnya diganti ke Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang aka Perppu Cipta Kerja kan. Sampai akhirnya tahun lalu disahkan lagi sebagai Undang-Undang, yaitu UU Nomor 6 Tahun 2023. Isinya most likely sama aja, dan sama-sama merugikan para pekerja.


Agak-agak lupa jujur….

It’s okay. Banyak deh yang dibahas dan merugikan para pekerja di UU Ciptaker tuh. Se-simple jadwal libur cuma ada sehari dalam seminggu misalnya. Terus upah minimum juga nggak jelas. Nggak jelas dalam artian: nggak ada jaminan para pekerja bisa hidup layak dari income-nya. Not to mention hubungan karyawan-si bos dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu aka PKWT tuh nggak dijelasin jangka waktunya berapa lama, jadi sangat bisa bos mem-PHK karyawannya sewaktu-waktu. Yang gitu-gitu lo.


Lanjut...

Nah, ngga bisa dibiarin terus-terusan kan hal ini? In that sense, Partai Buruh dan sejumlah kelompok lainnya akhirnya menggugat pasal-pasal ini ke Mahkamah Konstitusi deh. Biar diganti jadi lebih bener lah. Terus hasilnya, jeng jeng… Mahkamah Konstitusi mengabulkan sebagian gugatan, gengs! Iya, dalam putusannya Kamis (31/10/2024) lalu, MK menyebut ada sejumlah pasal yang emang inkonstitusional aka bertentangan sama UUD 1945, guys. Kita bahas satu-satu ya.


Walk me through dong. 

Sure. Pertama soal PKWT. Cungg siapa di sini yang statusnya masih PKWT alias belum kartap??!!! Nah, yang harus kamu tahu adalah, dari yang awalnya nggak diatur jangka waktunya berapa lama, sekarang sama MK diatur PKWT itu maksimal banget 5 tahun, guys. Itu udah termasuk kalo ada perpanjangan ya. Perjanjiannya pun HARUS ada hitam di atas putih. Alias secara tertulis kudu ada tuh perjanjian kerja itu. Di UU Ciptaker nggak harus soalnya ehehehe.


Speaking of perjanjian kerja….

Kamu harus tahu bahwa company tuh nggak bisa banget main PHK kamu seenaknya, guys. Iya, harus ada perundingan dulu dua belah pihak antara kamu sama kantor. Nah, in case perundingan itu mentok, nggak bisa juga itu kantor, “Udah lah, pokoknya kamu di-lay off. Titik." Gabisa. Di sini MK mengatur PHK baru bisa dilakukan kalau udah ada putusan inkrah dari lembaga yang berwenang (ada lagi tuh Undang-Undang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, but it’s a whole different story).


I see….

Terus, kalaupun kamu kena PHK nih (amit-amit), dalam putusannya MK makes sure company harus tetap kasih kamu pesangon at least nominal gaji kamu berapa lama disesuaikan dengan berapa lama kamu kerja. Terus, soal waktu libur nih, (looking at u, work-life balance seeker). Di UU Ciptaker, di situ kan cuma ngomongin waktu libur tuh satu hari doang untuk enam hari kerja ya. That’s it, kan. Nah, sama MK, waktu libur ini diatur bisa jadi dua hari dalam seminggu, guys. Bisa dah tuh kamu libur Sabtu-Minggu kan ehehehe.


Ehem tadi u ada nyebut-nyebut gaji tuh min….

We know, we know. Let’s talk about: Gaji. So noweverybody meetUpah Minimum SektoralIn case you need more context, Upah Minimum Sektoral ini intinya: Pekerja di sektor-sektor tertentu tuh gajinya beda-beda, since karakteristik dan risiko setiap pekerjaan juga beda-beda kan. Upah Minimum Sektoral ini sebelumnya ada di UU Ketenagakerjaan tahun 2003 kemaren, guys, terus diilangin di Ciptaker era. Nah, sekarang Upah Minimum Sektoral ini come back deh,


Oh okay…

Jadi, MK di sini ngerti kalau setiap pekerjaan tuh resikonya beda-beda, guys. Yang risiko kerjanya tinggi, ya standar gajinya juga kudu tinggi. Makanya Upah Minimum Sektoral ini kudu diberlakukan lagi. In that sense, gaji kamu tuh jatohnya nggak cuma berpatok ke produktivitas aja, tapi juga golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan juga kompetensi. Selain itu, gaji yang company kasih tuh juga harus bisa nge-provide kehidupan yang layak bagi para pekerjanya, guys. Kayak, mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, sampai jaminan hari tua, semua kudu terpenuhi.


Still on perkara gaji….

Turns out, nggak cuma Upah Minimum Sektoral yang come back, gengs. Tapi juga Dewan Pengupahan. Yep, di UU Cipta Kerja, Dewan Pengupahan ini kan resmi dihapus ya. Nah sekarang sama MK dihidupkan kembali, guys. Adapun dewan pengupahan ini kerjanya adalah memastikan bahwa kebijakan gaji ntar nggak berpusat ke pemerintah pusat aja, tapi juga ada pertimbangan dari pemerintah daerah. Karena mereka yang paling ngerti daerahnya sendiri kan.


So, how did everyone react to this?

Well, Partai Buruh dan circle-nya of course ngerasa menang di sini, gengs. Dalam keterangannya kemarin, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia aka KSPSI, Andi Gani Nena Wea bilang ini suatu kemenangan bagi mereka. Apalagi di saat semua orang pada meragukan hakim MK nggak bakal berpihak ke mereka, DUARRR 70% gugatan mereka dikabulkan. That being said, Pak Gani bilangnya ya, “Kemenangan gugatan ini menjadi milik seluruh buruh dan rakyat Indonesia."


Naisss. Terus pemerintah gimana?

Now to the government side. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto legit menyebut pemerintah bakal ngikut putusan MK ini ygy. Termasuk soal putusan MK supaya ada UU Ketenagakerjaan yang dibuat terpisah dari UU Ciptaker, Pak Airlangga bilang bakal diikuti. Nah, UU Ketenagakerjaan ini juga udah disanggupi sama DPR, gengs.


Okay di DPR gimana? 

Nggak tanggung-tanggung, Wakil Ketua DPR RI, Adies Kadir bahkan menyebut pihaknya siap bikin UU baru itu dalam waktu 2 tahun. Tapi it’s a long way to go sih. Dalam keterangannya Jumat (1/11/2024) lalu, Pak Adies bilang sebelum fix bikin UU Ketenagakerjaan ini, DPR harus make sure dulu UU itu sesuai nggak sama visi misi Presiden Prabowo. Jadi ya harus ngobrol dulu tuh pemerintah sama DPR. Harus ada kajian akademis, harus nanya-nanya pandangan ahli, dsb.


Masih lama lah yha dua tahun….

We know rite. Sekarang bahas yang di depan mata dulu dah. Yep, balik lagi ngomongin soal gaji *uhuk*, menyikapi putusan MK soal UU Cipta Kerja ini, untuk sekarang sih pemerintah tuh masih ngejar buat penetapan Upah Minimum Provinsi Tahun 2025. Dikejar deadline nih pemerintah, 21 November mendatang udah harus dirilis soalnya. Pak Airlangga juga menyebut soal Upah Minimum Sektoral tadi juga bakal diinfoin ke para gubernur. Detailnya ntar pemerintah provinsi masing-masing yang ngurus ygy.


Got it. Anything else I should know?

Well, dari tadi ngomongin masalah perundang-undangan tenaga kerja ini, kamu harus tahu bahwa Mahkamah Konstitusi menilai dari jaman UU Ketenagakerjaan yang disahkan tahun 2003 lalu tuh udah dinyatakan inkonstitusional, gengs. Bertentangan sama UUD 1945. Hakim MK Enny Nurbaningsih bahkan menyebut UU Ketenagakerjaan itu udah diuji sebanyak 37 kali sebelum akhirnya muncul UU Cipta Kerja. Eh, sebagian UU Cipta Kerja juga inkonstitusional. Nggak ada perlindungan dan kepastian hukum, bahkan merugikan para pekerja dan pemberi kerja. Let’s see UU Ketenagakerjaan yang baru ntar bakal kayak apa yah. Terus kawal! 

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.