Masyarakat Tolak Rencana Food Estate di Merauke

Admin
UTC
38 kali dilihat
0 kali dibagikan

When you can only go up and down on escalators last weekend…

Haji Isam be like, "You can’t sit with us." 

Iya guys, karena while kamu weekend kemarin cuma bisa up and down aja naik eskalator dari mal ke mal, Haji Isam dan perusahaannya Johnlin Group justru “belanja” ke China untuk beli 2.000 unit ekskavator. We repeat, 2.000 unit ekskavator.


HAH buat apaaa?

Buat menggerus bumi Papua. Serius guys, jadi kamu pasti familiar dengan program food estate aka Proyek Strategis Nasional (PSN). Pemerintah sih bilangnya ini untuk memastikan ketahanan pangan dan kita ngga ketergantungan impor dari luar. Adapun dalam prakteknya, pemerintah dateng ke lokasi yang they deemed fit, terus mereka bikin skema kerjasama dengan warga untuk menanami jenis pangan tertentu.


Terus…

Nah tapi faktanya, yang sejauh ini kita lihat (Looking at you, Humbang Hasundutan di Sumut, Kapuas di Kalteng) adalah penggunaan lahan milik masyarakat dengan sangat merugikan, bahkan semi-semi penyerobotan, terus lahan itu ditanami oleh tanaman yang kadang ga cocok juga dengan kondisi alam dan karena ga cocok, panennya gagal. Harga jual jadi rendah, warga tetap miskin dan alam makin rusak bahkan di Kalimantan Tengah, area hutan yang dibabat katanya buat bikin kebun singkong malah sekarang jadi lahan perkebunan kelapa sawitThat’s what it is.


Sad 

Nah, abis gagal di berbagai lokasi, bukannya tobat, pemerintah malah makin menggila, guys. Mereka mau bikin food estate yang sama, kali ini di Merauke, Papua. Dengan Bahasa “optimalisasi sawah”, bakal ada dua juta hektar hutan yang dibabat untuk kemudian beralih fungsi untuk ditanami berbagai rupa produksi pangan.


Engga, engga. Ga bisa dibiarin ini.

Iya guys, proyek food estate di Merauke ini emang dari awal udah sus banget, di mana baru berupa lahan aja, tentara udah hadir di sana untuk jaga-jaga. Padahal, area yang bakal dijadikan “sawah” adalah sah milik masyarakat adat, khususnya masyarakat adat Malind dan Yei yang emang udah turun temurun tinggal di Merauke. Karenanya dengan tegas, masyarakat adat di sana menolak si food estate gajelas ini.



☹ Apa katanya?

Well, Seorang mama di lokasi proyek bilang, "Mama menolak perusahaan. Karena di tanah dan hutan itu ada kita punya tempat tinggal dan tanaman, untuk itu perusahaan tidak boleh ambil.' Selain itu, ada juga pemimpin Marga Kwipalo Vincen Kwipalo, yang belain menempuh jarak 122 kilometer untuk hadir dalam pertemuan adat 'sasi mayan' yang diinisasi Forum Masyarakat Adat Kondo Digul. Di pertemuan itu, masyarakat Adat Papua tegas menolak perampasan atas tanah dan hutan adat mereka.


Ni negara jadi kayak penjajah w liat-liat.

Bukan lagi. As if protes masyarakat adat ga ngaruh, pemerintah justru melibatkan Johnlin Group, yang dipimpin oleh Haji Isam, seorang pengusaha tambang dll asal Batulicin, Kalimantan Selatan buat mengelola lahan pertanian food estate tadi. Ga tanggung-tanggung, doi bakal mendatangkan 2.000 ekskavator tadi untuk “mengolah” tanah di Merauke jadi food estate. Saking banyaknya tu ekskavator, pas perjanjian pembelian ini ke pabrik di China, dijelaskan bahwa ini adalah pembelian ekskavator dengan jumlah terbanyak sedunia. Asli sad banget.


Banget ☹ what can I do to help?

Well, salah satu yang bisa kita lakukan adalah bilangin Pak Prabowo biar hentikan aja program food estate ini. Karena menurut Walhi, selain merusak lingkungan, food estate juga menyebabkan penyerobotan atas tanah milik masyarakat adat yang tentunya melawan hukum. Lagian juga harusnya Pak Prabowo paham bahwa program ini gagal. Yep, doi sendiri kok yang mengembangkan proyek food estate di Kalimantan Tengah di periode lalu. Faktanya apa? Udah bertahun-tahun, masih aja ga ada hasilnya food estate tuh ☹


OK, HOW CAN I TALK TO PAK PRABOWO?

Tandatanganin aja petisi ini. Serius guys, ajak mama papa temen gebetan sahabat bos semuanya buat ttd, karena makin banyak yang ttd, semoga makin besar juga kemungkinan Pak Prabowo to actually listen. Sebarkan, jangan berhenti di kamu! 

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.