Here’s your full recap on: the recent Singapore Airlines turbulence incident…
Yang menewaskan satu penumpang dan melukai ratusan lainnya.
Guys, udah pada tahu kan ya soal turbulensi parah pesawat maskapai Singapore Airlines rute London - Singapura. Iyesss, beberapa foto dan video aftermath kejadian ini udah viral banget di sosmed dalam beberapa hari terakhir. Bayangin aja, turbulensi parah plus mendadak yang terjadi pada penerbangan SQ321 bikin para penumpang bolak-balik terlempar ke atas kabin bareng sama barang-barang yang ada di dalam pesawat.
Geez, tell me everything.
Sure. Jadi, everything started ketika pesawat Boeing 777 milik maskapai Singapore Airlines berangkat dari London, Inggris pada hari Senin lalu. Pesawat bertujuan ke Singapura ini membawa 211 penumpang dan dijadwalkan bakal sampai ke Bandara Changi keesokan harinya. Awalnya semuanya fine-fine aja nih sampe ketika pesawat berada di sekitar wilayah udara Thailand, pesawat ini dilaporkan mengalami turbulensi parah.
Separah apa emang?
Pernah kebayang nggak tiba-tiba aja ada pesawat komersil yang turun 1.800 meter dalam waktu cuma tiga menit? Nah itu dia yang terjadi pada pesawat Singapore Airlines penerbangan SQ321 kemarin, guys. Dari laporan yang didapat, ada beberapa kali deh tuh pesawat ini naik turun akibat turbulensi parah dan akhirnya memutuskan buat mendarat darurat di bandara Suvarnabhumi Bangkok, Thailand.
OMG :(
FYI, pesawat ini tuh berangkat dari London sekitar pukul 10.38 British Summer Time (BST) dan mengalami turbulensi parah sekitar pukul 08.00 BST alias waktu penumpang masih pada breakfast, guys. So kebayang dong tuh gimana chaos-nya para penumpang dan crew pesawat ketika tiba-tiba aja pesawat turun tajam dan bikin mereka bolak-balik terlempar ke atas kabin bareng sama segala piring, gelas, sampe air panas.
OMG.
Nah setelah kejadian ini, at least ada sekitar 104 penumpang pesawat Singapore Airlines yang dilaporkan terluka dengan 55 orang di antaranya perlu mendapatkan perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Samitivej Srinakarin Hospital di Bangkok yang menerima paling banyak korban turbulensi pesawat bilang kalo para korban menderita masalah pada tulang belakang, cedera tengkorak otak, hingga cedera bagian otot dan jaringan lunak lainnya. Selain itu, insiden ini juga sampe menewaskan satu penumpang asal Inggris berumur 73 tahun.
Noooo :(
Selain korban tewas, ada juga ratusan penumpang yang terluka akibat dari insiden ini. Kalo merujuk dari perjanjian internasional Konvensi Montreal tahun 1999, disebutkan juga bahwa para penumpang yang menderita cedera selama penerbangan tuh berhak memperoleh biaya tanggungan pemulihan sampe USD170 ribu. Salah satu penumpang naas pesawat maskapai Singapore Airlines yang nggak mau disebutkan namanya juga udah bilang kalo pihaknya udah menerima USD740 dari pihak maskapai sebagai permintaan maaf.
Anyone said something about seat belt?
Itu dia, guys. Beberapa asumsi bilang kalo para korban yang bolak-balik terlempar sampe ke atas kabin tuh pada nggak pake seat belt. Soalnya kalo misal mereka pada pake seat belt nih, ofc badan mereka bakal tetep ketahan berada di kursi dan risiko buat terlempar juga bakal berkurang. Nah sampe sekarang ini, dari maskapai dan pihak berwenang di Singapura masih terus menyelidiki penyebab insiden sekaligus perkara seat belt yang mungkin nggak digunakan dengan baik sama para penumpang.
Tapi kan mereka juga pada breakfast yha?
Iyesss. Makanya nggak lama dari insiden ini, pihak maskapai Singapore Airlines akhirnya ngelakuin revisi SOP yang bakal memperketat aturan penggunaan seat belt. Dalam aturan terbarunya, pihak maskapai nggak akan nge-serve makanan dan minuman ketika lampu tanda pada seat belt nyala. Selain itu, ketika lampu seat belt menyala, para anggota kru pesawat juga bakal balik ke tempat duduk mereka sendiri buat ikut pake seat belt.
Got it. Anything else I should know?
FYI, turbulensi parah kayak yang dialami pesawat maskapai Singapore Airlines ini tuh jarang banget terjadi. Dari data penerbangan di US, cuma ada sekitar 163 kasus cedera yang terjadi pada perjalanan udara pada rentang tahun 2009 sampe 2022. Terus dari studi yang dilakukan sama para peneliti di University of Chicago, disebutin bahwa pemanasan global yang sekarang tengah terjadi tuh bisa mempengaruhi kecepatan angin dan dimungkinkan berpengaruh pada turbulensi yang terjadi di pesawat. Cuma buat mastiin hal ini bener terjadi pada penerbangan SQ321 atau nggak, kita yha masih perlu nunggu statement dari pihak berwenang.