Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan
When you’ve been wondering, “What’s next?”
What’s next after Pandemi Covid-19.
Guys ngerasa nggak sih masa-masa pandemi COVID-19 sejak Maret 2020 tuh dark banget. Saking dark-nya masa-masa itu, semua stakeholders dari pemerintah, tenaga kesehatan, bahkan masyarakat kayak kita sering skip penyakit di dunia tuh bukan COVID-19 doang.
Maksudnya?
Iya, saking kita ke-distract sama COVID-19 selama beberapa waktu terakhir, kita tuh lupa ada layanan kesehatan yang juga penting banget buat diperhatiin. Yep, we’re talking about layanan kesehatan primer, guys. Secara Catatan Kementerian Kesehatan RI tahun lalu sebut selama pandemi lebih dari 75% posyandu nggak available, lebih dari 41% kunjungan rumah juga ke-stop, dan at least ada 10% pelayanan kesehatan keganggu, gengs.
Ya ampun…..
Ini yang jadi concern Center for Indonesia’s Strategic Development initiatives aka CISDI. Menurut CISDI nih, ada berbagai dampak yang kentara banget sejak Covid-19 took the spotlight dan layanan kesehatan primer keganggu. Salah satunya soal imunisasi dasar yang mandek dan end up bikin berbagai penyakit meningkat kasusnya, guys. Mulai dari Tuberkulosis, Campak, sampai Polio. Campak dan Polio bahkan udah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Terus gimana dong?
That being said, CISDI ngeliat tahun 2023 nih sebagai tahun yang tepat buat bikin kondisi kesehatan lebih baik gitu, gengs. Since pandemi COVID-19 dipandang nggak separah dulu, tahun ini dinilai saat tepat buat back on track dan benerin sistem kesehatan nasional kita, gengs. CISDI sih ngeliat kesehatan sebagai hak asasi manusia aka HAM, ya guys. Therefore, pemerintah diharapkan hadir dan fasilitasin akses kesehatan ke seluruh warganya tanpa terkecuali.
As they should….
Tapi yha gitu. Ngewujudin kesehatan sebagai HAM tuh nggak mudah gaes. It comes along with the challenges. Adapun challenges ini dilihat CISDI mencakup tiga hal. Mulai dari keamanan dan ketahanan kesehatan, potensi perlambatan ekonomi, serta tata kelola pemerintahan dan potensi perlambatan kebijakan kesehatan di tahun politik (Well, see you next year, Pemilu). Nah ketiga hal ini perlu diperhatiin tahun 2023 ini, gengs.Tapi gengs, CISDI bilang tantangan-tantangan itu bisa dilampaui kalo pemerintah siap ngebenahin tiga aspek krusial atau opportunities ini nih guys. Those three aspects adalah layanan kesehatan primer, kesehatan digital, dan tata kelola kesehatan global dan teknologi kesehatan.
Gimme all the details….
Pertama, soal layanan kesehatan primer harus dikuatin karena paling deket sama masyarakat. Kedua, kesehatan digital harus selaras sama upaya ningkatin kapasitas digitalisasi layanan kesehatan dan pemerataan akses, terutama di wilayah yang belum ber-privilege akses digital.
Ketiga, pemerintah Indonesia perlu promosiin kesehatan sebagai HAM di forum-forum global, supaya nggak terjadi ketimpangan akses vaksin, obat-obatan, dan teknologi kesehatan lainnya di forum-forum global.
Ketiga, pemerintah Indonesia perlu promosiin kesehatan sebagai HAM di forum-forum global, supaya nggak terjadi ketimpangan akses vaksin, obat-obatan, dan teknologi kesehatan lainnya di forum-forum global.
So, where are we going from here?
Nah dari tiga fokus prioritas yang harus dijalanin pemerintah, CISDI ngembangin berbagai rekomendasi buat diterapin di tahun 2023 ini. Mulai dari planning yang baik dan partisipatif sampe alokasi budget yang tepat dan implementasi yang bener. Terus, nggak cuman soal anggaran, kebijakan layanan kesehatannya juga kudu di-push. Sama human resources alias orang-orang yang kerja di bidang kesehatan kudu ditingkatin capacity-nya, gengs. Pokoknya nakes, pasien, keluarga pasien, kader kesehatan, dan berbagai lapisan masyarakat kudu satu suara satu arah biar sistem kesehatan nasional kita makin kuat.
Bakal kejadian begitu nggak yah?
Well, to answer that question, CISDI punya tiga skenario, gengs. Skenario pertama, The Sage: ‘Yoda’. Ini kalo semua penguatan sistem kesehatan tadi, plus reformasi dan transformasinya mencapai hasil yang ideal. Pokoknya dari awal udah fokus di akar-akar masalahnya. Skenario kedua, Smoke and Mirrors. Ini ketika penguatan sistem kesehatan dijalankan bertahap. Skenario ini lumayan tricky nih, gengs karena fokus penguatan sistem kesehatan dilihat masalah luarnya aja dan nggak nyasar ke kebutuhan masyarakat.
Ketiga?
Anything else I should know?
Ketiga?
Skenario ketiga, last but not least, ada Business as Usual, kalau ini ya keadaannya udah nggak ada perubahan, guys. Nggak belajar dari kejadian di masa lalu, bahkan terjadi kemunduran dan everyone is doing nothing. That being said, CISDI ngeliat skenario yang paling bener ya yang pertama. Perubahannya total, dalam, dan menyeluruh. Sejalan juga sama momentum perubahan di tahun 2023 ini. Yuk, kita wujudin bareng bareng!
Anything else I should know?
Fyi CISDI tuh dari 2019 emang udah rutin ngeluarin dokumen rekomendasi kebijakan kesehatan yang namanya Health Outlook. Ini kajian mereka terkait kesehatan di Indonesia. Tahun lalu mereka kaji secara detail dan kasih rekomendasi soal penanganan COVID-19.
The same also goes on this year. Yang dari tadi kamu baca ini adalah seumprit alias bagian kecil dari Health Outlook 2023: Saatnya berubah yang baru saja CISDI luncurkan lewat agenda Lokapala by CISDI pada Rabu, 22 Februari 2023 lalu.
The same also goes on this year. Yang dari tadi kamu baca ini adalah seumprit alias bagian kecil dari Health Outlook 2023: Saatnya berubah yang baru saja CISDI luncurkan lewat agenda Lokapala by CISDI pada Rabu, 22 Februari 2023 lalu.
Yuks, baca lebih lengkapnya di sini ya, guys.