Kritik & Protes Kampus di Indonesia Terhadap Jokowi

Admin
UTC
1 kali dilihat
0 kali dibagikan

When you feel Indonesian democracy is declining…

Professors, lecturers, and civitas academica also agree with it.
Bukan lagi mahasiswa yang demo turun ke jalan atau upload poster ke sosmed buat mengkritik pemerintah. Itu udah ada dari kemarin-kemarin. Sekarang yang lagi kejadian justru kritik dan protes dari para Guru Besar, dosen, dan segenap civitas academica kampus-kampus di Indonesia kepada Presiden Joko Widodo yang dinilai mengalami kemunduran dalam segi demokrasi.

Wew, give me the background pls.
You got it. Jadi kamu pasti inget dong sama drama-drama putusan Mahkamah Konstitusi aka MK yang at the end memuluskan jalan putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka buat mendaftarkan diri sebagai cawapres? Yah meskipun kemudian kita semua tahu kalo para hakim yang mengesahkan putusan ini melanggar etika, tapi ya tetep aja guys, putusan ini tuh udah mengikat dan foto Mas Gibran juga udah fix banget bakal ada di surat suara pilpres pada 14 Februari besok.

Ok terus-terus…
Dari masa pendaftaran capres-cawapres sampe sekarang udah tinggal hitungan jari menjelang hari pemilihan, kritik adanya Mas Gibran sebagai cawapres ini masih terus ada dan masif banget, guys. Apalagi Presiden Jokowi alias bapaknya Mas Gibran juga sempet kasih statement nih kalo berdasarkan konstitusi, Presiden dan jajarannya tuh boleh memihak. Statement ini bikin tambah geger dong apalagi hal ini disampaikan Presiden Jokowi disamping Menteri Pertahanan sekaligus capresnya Mas Gibran, Prabowo Subianto.
 
Geger gila sih kemarin.
We know rite. Nah beberapa kejadian ini yang kemudian memicu rentetan kritik dan protes dari civitas academica kampus-kampus di Indonesia. Mereka amat menyayangkan adanya kemunduran demokrasi yang terjadi pada era Presiden Jokowi. Hal ini pertama kali diungkapkan sama para Guru Besar dan akademisi Universitas Gadjah Mada pada hari Rabu kemarin yang menggaungkan Petisi Bulaksumur UGM. Dalam pembacaan petisi ini, Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Koentjoro ada bilang, “Alih-alih mengamalkan dharma bhakti almamaternya dengan menjunjung tinggi Pancasila dan berjuang mewujudkan nilai-nilai di dalamnya, tindakan Presiden Jokowi justru menunjukkan bentuk-bentuk penyimpangan pada prinsip-prinsip dan moral demokrasi, kerakyatan, dan keadilan sosial yang merupakan esensi dari nilai-nilai Pancasila.”
 
Langsung almamaternya sendiri loh yang kritik.
Bukan lagi ini mah. Terus kritik ini nggak cuma happening di UGM doang ternyata. Sehari setelahnya, giliran civitas academica Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta yang mengeluarkan pernyataan sikap bertajuk ‘Indonesia Darurat Kenegarawan.’ Di situ para akademisi UII secara garis besar nge-mention perkembangan politik nasional yang dianggap mempertontonkan penyalahgunaan kewenangan tanpa malu-malu. Dalam pernyataan sikap ini juga dibilang kalo demokrasi Indonesia makin tergerus dan mengalami kemunduran dengan diperparah pudarnya sikap kewarganegaraan Presiden Jokowi.

I heard
 UI juga bikin gini juga yah?
You heard it right. Jadi Jumat kemarin, para Guru Besar dan akademisi UI juga bikin pernyataan sikap nih yang bilang Indonesia kayak udah kehilangan kemudi setelah kecurangan dalam perebutan kuasa. Ketua Dewan Guru Besar UI, Harkristuti Harkrisnowo bersama civitas academica UI merasa prihatin banget sama hancurnya tatanan hukum dan demokrasi. In his words, Ibu Harkristuti juga ada bilang, “Negeri kami nampak kehilangan kemudi akibat kecurangan dalam perebutan kuasa, nihil etika, menggerus keluhuran budaya serta kesejatian bangsa.”

Abis UGM, UII, dan UI terus mana lagi?
Well, sebenernya masih ada banyak civitas academica kampus-kampus di Indonesia yang juga bikin aksi serupa begini. You can name it lah, mulai dari Universitas Hasanudin di Makassar, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Padjadjaran di Jawa Barat, dan Universitas Mulawarman di Kalimantan Timur. Semuanya sih pada kompak mengkritik Presiden Jokowi soal kemunduran demokrasi yang terjadi beberapa bulan ini.


Any statement form Presiden Jokowi?
Ofc ada dong. Kemarin banget nih, Presiden Jokowi ada jawab singkat soal banyaknya kampus-kampus yang mengkritik dirinya akhir-akhir ini. Pas itu sih, Presiden Jokowi cuma bilang kalo kritik para Guru Besar dan civitas academica dari kampus-kampus ini tuh termasuk hak demokrasi. Jadi ya kalo kata Presiden Jokowi, kritik-kritik ini perlu dihargai gitu, guys. Terus statement ini juga diamini Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana yang bilang kalo kritik yang dateng dari akademisi kampus diibaratin kayak vitamin yang bisa dipake buat memperbaiki kualitas demokrasi di Indonesia. Jadi ya masih wajar-wajar aja kalo kata Pak Ari mah.

Kalo pihak 02 sendiri ada ngomong apa nih?
Well, Wakil Ketua Tim Kampanye Prabowo-Gibran sekaligus Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia ada merespon nih soal ramenya gelombang kritik dari para Guru Besar kampus-kampus di Indonesia. Jadi Jumat kemarin, Bang Bahlil justru nggak merasa ada pelanggaran demokrasi yang pemerintah lakukan. Malahan Bang Bahlil ada bilang kalo sekarang ini lagi banyak pihak yang merasa posisi elektoralnya nggak terdongkrak terus pake beragam isu kayak pemakzulan, etika, sampe bersatunya dua paslon lainnya.

Hhmmm, anything else I should know?
FYI, gelombang kritik Presiden Jokowi oleh kampus-kampus di Indonesia nggak semuanya tuh mewakili institusi loh. Contohnya kayak Petisi Bulaksumur UGM nih yang kalo kata Sekretaris UGM, Andi Sandi sih negasin kalo petisi itu bukan atas nama institusi UGM. Soalnya kalo atas nama institusi UGM, bakal ada proses institusional yang harus dilewati. Meanwhile, petisi kemarin tercipta dari diskusi para dosen, tendik, dan mahasiswa.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.