Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan
When there are too many problems in this world….
Sampe lupa sama Rohingya,
:((((. Ngerti nggak sih? Kayak saking banyaknya masalah di dunia nih, mulai dari korupsi pejabat Wakanda, agresi Ukraina-Russia, konflik Palestina-Israel, Covid-19, penyakit, serta countless masalah kesehatan lainnya, kita tuh sampai lupa sama satu isu yang sampai sekarang juga masih terjadi. Bahkan makin parah. Iya, we’re talking about Konflik Rohingya, guys. Masalahnya. kalau konflik Rohingya makin parah, meaning masalah negara penampung para pengungsinya juga nggak kelar-kelar. Makanya, PBB bilang, “Don’t forget Rohingya.”
Background pls.
Sure. Jadi gini ceritanya, guys. Kamu tahu kelompok pengungsi Rohingya dong? To give you some background, Rohingya ini adalah kelompok muslim yang minoritas di mana udah hidup dalam berbagai lintas generasi di Myanmar. The thing is, mereka nggak diakui sama pemerintah Myanmar, guys. Stateless istilahnya. Nah sebagai stateless community, mereka jadi nggak bisa dapat basic needs dan protection dari negara. Makanya, mereka jadi kelompok yang rentan sama berbagai tindak kekerasan mulai dari kekerasan seksual, eksploitasi, diskriminasi, bahkan penyiksaan.
:((( go on…
Keadaannya terus begitu. Bahkan di tahun 1989, waktu Myanmar ganti nama dari Burma, pemerintah sana makin jadiin kelompok ini kayak samsak dan seenak jidat melakukan kekerasan. Dari situ, udah mulai tuh masyarakat Rohingya kabur ngungsi ke negara lain, salah satunya Bangladesh. Puncaknya, di tahun 2017, gelombang kekerasan gede-gedean terjadi di Rakhine, wilayah mayoritas penduduk Rohingya tinggal. Seluruh wilayah pokoknya dibakar, ribuan orang dibunuh, misah sama keluarga, dll.
Oh nooo…..
Makanya, atas kekacauan ini, jutaan masyarakat Rohingya akhirnya kabur meninggalkan Myanmar dan cari perlindungan di negara lain, salah satunya Bangladesh. Dari catatan PBB, Bangladesh jadi negara dengan jumlah penduduk Rohingya terbanyak, gengs. Hampir 1 juta orang tepatnya. Mereka tinggal di camp-camp di sana dengan keadaan…. penuh risiko.
Such as?
Such as, risiko kesehatan. Mulai dari penyakit menular, penyakit kronis, sampai masalah kesehatan mental. Hal ini of course jadi concern tersendiri buat World Health Organization aka WHO kan ya. Berbagai cara dilakukan deh sama WHO supaya gimana caranya pengungsi Rohingya tetap dapatin akses buat layanan kesehatan, as well as kesehatan rakyat Bangladesh juga diperhatiin.
Okay….
Nah selain di Bangladesh, para pengungsi Rohingya juga tersebar di beberapa negara ya, dan mereka tuh pergi pakai kapal, guys. Kapalnya nggak proper pula. That’s why disebutkan di tahun 2022 lalu jadi nightmare tersendiri buat Rohingya. Iya, sebanyak 400 pengungsi yang coba cari perlindungan di tempat lain, pergi pakai kapal, terus kapalnya tenggelam waktu melintas di Teluk Benggala dan Laut Andaman. :((((
Wait. Laut Andaman tuh bukannya deket Aceh sana ya?
Correct. Jadi mereka tuh emang mau coba pergi ke Malaysia, guys. Ini unrelated tapi satu waktu, di November 2022 lalu, ada satu kapal yang berlabuh di Desa Ladong, Aceh Besar. Dan, itu kapal menampung 57 pengungsi Rohingya yang udah sebulanan terombang-ambing di tengah laut :(((. Mereka bahkan ditemukan udah dalam keadaan lemah, dehidrasi, kelaparan, bahkan sakit. Menyikapi kejadian ini, yang sakit tadi langsung dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Dan the rest of them juga langsung dibawa ke Dinas Sosial Provinsi Aceh sebagai tempat penampungan sementaranya.
I see….
Ok udah diceritain sampai sini, kebayang kan urgent-nya isu Rohingya ini kayak apa? Tempat tinggal, masalah kesehatan, food crisis, basic needs, bahkan yang paling basic, KEHIDUPAN BERNEGARA. That being said, ini yang kemaren dibahas oleh UNHCR, Dewan PBB yang ngurusin pengungsi, guys. Yep, digelar di Bangkok, Thailand, PBB kemaren ngadain “High level meeting on Rohingya Refugees”. Dalam pidatonya, Kepala UNHCR Filippo Grandi bilangnya isu Rohingnya ini nggak boleh dilupain, guys.
Iya gabakal lupa lah….
Indonesia sendiri ada tanggapan?
That’s what I’m willing to hear. Anything else?
Iya gabakal lupa lah….
Selain itu, UNHCR juga bilangnya bantuan kemanusiaan juga terus dilanjutkan, as well as solusinya juga kudu terus dicari. Nah speaking of solusi, Menteri Luar Negeri Bangladesh AK Abdul Momen yang hadir kemaren bilangnya situasi di Rakhine, Myanmar harus dibenerin dulu. Dibikin kondusif, dengan bantuan organisasi internasional tentunya. Nah kalau udah, baru deh para pengungsi itu bisa dikirim balik ke Myanmar. That’s how to end the crisis sih kalau kata Pak Momen.
Indonesia sendiri ada tanggapan?
Ada dong. Di kesempatan berbeda beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyebut ada dua hal yang kudu dilakukan buat para pengungsi Rohingya. Pertama, nge-encourage adanya solusi politik. Menurut Bu Retno, isu Rohingya tuh adalah isu kemanusiaan, tapi muatannya politis banget. Makanya solusi yang dilakukan juga kudu dengan politik, guys. Selain itu, yang bisa dilakukan adalah dengan nge-support bantuan kemanusiaan. Kudu diperkuat tuh bantuan kemanusiaan dari dunia internasional. Jangan sampai nggak. Bu Retno sendiri menyebut ASEAN bakal terus committed membantu Rohingya dan ASEAN nggak akan pernah lupa sama Rohingya.
That’s what I’m willing to hear. Anything else?
FYI Myanmar tuh sekarang emang lagi full sama konflik, guys. Yep, selain isu Rohingya, sampai hari ini, Myanmar juga masih mengalami kudeta berkepanjangan yang udah terjadi sejak awal 2021 lalu. Rezim junta militer terus melakukan berbagai kekerasan, dan para oposisi mereka pun masih terus memberontak. Update-mya, dalam keterangannya Agustus kemaren, rezim junta militer diketahui membatalkan Pemilu dan ditunda sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Auk dah tu kapan HMMM….