Keracunan Makan Bergizi Gratis

Admin
UTC
6 kali dilihat
0 kali dibagikan

Now, on all the cases of keracunanMakan Bergizi Gratis...

How come it keeps happening?
Salah satu program unggulan pemerintah Prabowo-Gibran yaitu Makan Bergizi Gratis (MBG) terus disoroti banyak pihak. Kali ini, yang menjadi perhatian warga adalah berbagai laporan soal keracunan siswa. Yep, sejak pertama diberlakukan di minggu pertama Januari 2025, hingga saat ini bermunculan berbagai berita soal kasus keracunan MBG. Yang terbaru dan disoroti adalah keracunan MBG di Cianjur, Jawa Barat.

Tell me about it.
Yep, kasus siswa keracunan MBG di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat bertambah secara drastis. Awalnya tercatat 79 siswa mengalami keracunan, namun jumlah ini naik hingga dua kali lipatnya menjadi 165 siswa pada Sabtu (26/4). Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jabar, Rochady Hendra, pihaknya udah memeriksa 971 siswa dari 2 sekolah yaitu SMP PGRI 1 Cianjur dan MAN 1 Cianjur. Dari total siswa itu, 165 siswa mengalami gejala keracunan dan harus dirawat di beberapa fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik. Sedangkan beberapa siswa yang mengalami gejala keracunan ringan dirawat di rumah masing-masing.

Kok bisa keracunan?
Well, jadi 165 korban keracunan MBG ini mengonsumsi paket makanan MBG pada Senin (21/4) berupa nasi, mi goreng, ayam suwir, tempe mendoan, dan buah semangka. Selang beberapa jam setelah mengonsumsi paket makanan itu, para korban mengalami beberapa gejala keracunan seperti muntah, pusing, juga diare. Untuk penyelidikan lebih lanjut, Dinkes Cianjur sudah mengambil sampel makanan dari dapur pelaksana MBG untuk diperiksa di Laboratorium Kesehatan Daerah Jabar di Bandung. Hasil pemeriksaan laborat sampel makanan MBG yang bermasalah itu bakal diumumkan dalam waktu dekat.

Terus, apa respons BGN?
Klaimnya program tetep berjalan baik aja. Dalam keterangannya pada Jumat (25/4), Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyebutkan kalau secara umum MBG berjalan baik karena kasus keracunannya masih terhitung 0,5%. Selain itu, BGN juga udah menyiapkan beberapa langkah buat mengatasi persoalan keracunan MBG ini, salah satunya adalah penerapan standard operating procedure (SOP). Di kesempatan yang sama, Dadan menyampaikan kalau masalah air juga peralatan MBG sejauh ini nggak ada kendala.

Tapi, kasus keracunan ada terus???
Iya, gaes, nggak cuma terjadi di kabupaten Cianjur, tapi juga di Bombana, Sulawesi Tenggara sama Batang, Jawa Tengah. Kasus keracunan yang terjadi di Cianjur ini ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Makanya, Dadan mengungkapkan bahwa BGN ingin supaya ke depannya jumlah kasus keracunan bisa ditekan sampai nol. 

Ya gimana caranyaaa?

Untuk bisa mencapai goal itu, BGN kasih pelatihan ke 10.000 relawan di Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) biar kualitas penanganan sama penyajian MBG bisa lebih baik. Menurut keterangan Direktur Penyediaan dan Penyaluran Wilayah II BGN, Sony Sanjaya, pelatihan ini serentak dilakukan di area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, juga sejumlah daerah di Jawa Barat. Per April 2025, ada total 10.300 orang relawan SPPG yang ikut pelatihan.

Terus, gimana respons berbagai pihak soal kasus berulang ini?
Well, anggota komisi IX DPR, Irma Suryani Chaniago kemudian mendorong BGN untuk melakukan investigasi menyeluruh. Menurut Irma, pendistribusian menu MBG juga jadi bagian penting untuk menjamin kualitas makanan tetap layak dan baik untuk dikonsumsi anak-anak di sekolah. Meanwhile, ahli gizi, Tan Shot Yen, menilai situasi keracunan ini sangat mungkin terjadi kalau prinsip dasar pengolahan makanan massal nggak dilakukan secara ketat. Menurut Tan ada enam titik krusial dalam rantai penyediaan makanan yang perlu dapat pengawasan ketat supaya enggak memicu risiko keracunan.

Apa aja tuh titik krusialnya?
Oke, yang paling pertama pemilihan bahan pangan yang segar. Kedua, penyimpanan bahan makanan yang tepat sesuai ketentuan untuk mencegah kontaminasi bakteri. Yang ketiga proses pemasakan yang menggunakan bumbu yang baik dan enggak kedaluwarsa. Selanjutnya, yang keempat adalah metode pengemasan yang tepat agar nggak memicu reaksi kimia berbahaya. Lalu, yang kelima adalah proses distribusi dengan memperhatikan suhu yang tepat hingga yang keenam sampai ke proses penyajian di sekolah-sekolah yang nggak boleh lepas dari pengawasan.

Are there any comments from another expert?
Yep, dalam keterangannya, pakar komunikasi UGM, Nyarwi Ahmad, menyayangkan pernyataan Dadan soal kasus keracunan MBG yang masih terlalu kecil. Padahal poinnya bukan di persentase tapi kasus yang terjadi di berbagai daerah. Nyarwi melihat bahwa penggunaan data kuantitatif itu nggak salah, namun cara penyampaian pesan harus diperhatikan supaya nggak menimbulkan kesan nirempati ke publik. Lebih jauh, Nyarwi berpendapat bahwa enggak ada salahnya untuk meminta maaf atau berulangnya kasus dan tetap berbenah ke depannya. Sekali lagi, pakar menyoroti jajaran pemerintahan Prabowo perlu membenahi cara komunikasi publiknya supaya enggak memicu kontroversi di tengah masyarakat.

I see. Anything else?
Yes, MBG nggak hanya kesandung soal kasus-kasus keracunan aja. Pada Selasa (15/4), Ira Mesra, pemilik dapur MBG di Kalibata Jakarta Selatan yang beroperasi sejak Februari 2025 melaporkan yayasan Media Berkat Nusantara (MBN) karena belum menerima pembayaran sepeser pun. Kerugian yang dialami Ira sejak dapurnya beroperasi tanpa dibayar mencapai Rp975.375.000. On the other hand, Yayasan MBN membantah isu soal penyelewengan anggaran program MBG di dapur umum milik Ira Mesra itu. Dalam konferensi pers pada Jumat (25/4), kuasa hukum Yayasan MBN, Timoty Ezra Simanjuntak, menyatakan kalau anggaran makan bergizi gratis dari BGN sudah masuk ke rekening yayasan dan alasan yayasan belum mentransfer dana MBG ke Ira karena ada perbedaan penghitungan anggaran.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.