Catch Me Up!
UTC
28 kali dilihat
0 kali dibagikan

When we're so angry, really angry....

About Kenaikan PPN 12%

Kayak, diporotin aja terus kita sama para pemimpin di negara +62 ini ya. Udah harga apa-apa mahal, gaji segitu-gitu aja, cari kerja banyak banget batasannya, eeeeh kini pajak bakal naik. Yep, siap-siap, guys. Starting from 1 Januari 2025 mendatang, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan Pajak Pertambahan Nilai aka PPN bakal naik sampai 12%Meaning, harga barang-barang yang dikenakan PPN ini most likely juga bakal naik! More on those, scroll down…


Background pls. 

Emang enak sih morotin warga pake pajak tuh, makanya kamu-kamu yang udah di fase adulting, pasti udah ngga heran dengan begitu beragamnya pajak. Dari pajak penghasilan waktu terima gaji, sampai pajak pertambahan nilai waktu beli-beli barang, semua rakyat yang tanggung. Nilai pajaknya makin hari makin naik pula. Kayak, gede banget coy! Yep, we’re talking about Pajak Pertambahan Nilai aka PPN yang bakal naik 12% per 1 Januari 2025 mendatang.


Bentar, PPN tuh yang mana ya? 

Sesuai namanya, Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan setiap ada pertambahan nilai dari barang atau jasa yang kamu beli itu. Asalnya sendiri dari mana? Ya dari biaya proses produksi sampai distribusi. You name it, mulai dari modal, sampai biaya operasional kayak bayar telepon, listrik, dan pengeluaran lainnya. Adapun di aturan sebelumnya, PPN ini aja udah di angka 11%, guys. Sekarang mau naik lagi jadi 12%. Gila nggak tuh?


HMMM. Harus banget naik?

Iya, harus banget. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan bilang kenaikan PPN ini nggak bisa ditunda-tunda lagi, sehingga 1 Januari besok udah harus jalan. Kenaikan ini dinilai necessary considering pemerintah juga harus menjaga kesehatan APBN (biar kalau ada krisis kayak Covid kemaren contohnya, duit APBN ada dan bisa dipake). Dasar hukumnya? Dalam keterangannya Kamis lalu (14/11), Bu Ani menyebut kenaikan PPN sampai 12% ini juga merupakan amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan aka UU HPP.


Terus, semua harga-harga pada naik dong? 

Terutama buat barang dan jasa yang kena PPN ini, guys. Yep, yang harus dipahami di sini adalah, nggak semua barang atau jasa itu kena PPN ygy. Berdasarkan UU HPP, dijelasin lengkap tuh barang dan jasa yang kena dan nggak kena PPN tuh apa aja. Adapun yang nggak kena tuh mulai dari: makanan dan minuman di restoran atau hotel, terus uang atau emas batangan, dan juga bahan sembako. Meanwhile, yang kena PPN tuh ya barang-barang impor, terus yang diekspor, terus juga tanah, bangunan, makanan kemasan, sampai barang-barang lainnya. Kayak perabot rumah tangga, elektronik, pakaian, terus barang-barang fashion lainnya, sampai kendaraan juga kena PPN.


OMG baju, celana, skincare, mesin cuci, semuanya naik???

Yep, soalnya tuh gini loh. Menurut analis senior dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny Sasmita, companies tuh most likely nggak akan mau menanggung PPN yang terlalu besarguys. Makanya fast track-nya ya naikin harganya kan. Once harganya udah naik, masyarakat mau beli? Enggak kan? Masyarakat nggak mau beli, demand-nya pun akan terus menurun. Nah, kalau demand-nya udah terus turun nih, company seret nggak ada pemasukan. Ujung-ujungnya apa? Karyawannya di-PHK :((((.


Gini nih kalau negara cuma mentingin cuan, hiks….

Masih dari keterangan Pak Ronny. Menurut Pak Ronny, meskipun PPN ini naik, imbasnya buat penerimaan negara justru bakal menurun (plot twist nggak tuh?) Ya gara-gara company seret tadi, guys. In that sense, pengamat ekonomi dari Institute for Development and Finance, Eko Listiyanto ngeliatnya ya pertumbuhan ekonomi most likely bakal seret juga. Bisa-bisa di bawah 5% tahun depan. Kayak, ekonomi udah susah mau dibikin lebih susah gitu loh jatohnya.


Separah itu keadaannya? 

Kita coba dengar pendapat lain ya. Kalau menurut pengamat pajak dari Center for Indonesia Taxation Analysis Fajry Akbar, dengan kenaikan PPN ini, ya bisa aja kok pemerintah meningkatkan penerimaan negara. Penerimaan negara ini yang kemudian bakal balik lagi ke masyarakat, guys. Khususnya bagi masyarakat kelas bawah, either itu dari segi jaminan sosial atau fasilitas publik. Terus kalau soal harga barang-barang naik nih ya, Fajry ngeliatnya ya nggak juga. Waktu PPN 11% kemaren, kenaikan harga barang HANYA berpengaruh sebesar 0,4%, katanya. That being said, Fajry menilai pemerintah berhasil nih nge-manage harga barang-barang di tengah kenaikan pajak tadi.


Okay…. 

Tapi meskipun begitu, warga masih kayak… “Enggak! Apa-apaan sih?” gitu. Secara, kebijakan ini nggak cuma dinilai merugikan warga as  konsumen kan, kalau diliat dari pov pengusaha pun, juga sama aja. Rugi. Makanya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia aka Aprindo, Roy Nicholas Mandey menyebut kebijakan ini kudu ditunda dulu. Secara, beberapa bulan lalu juga baru deflasi kan. Daya beli masyarakat belum balik. Jadi ya tunggu dulu dua tahunan, tunggu warga udah pada mau beli-beli lagi lah, gituuu.


Pemerintah be lyke: “Lama banget nunggu 2 tahun”...

Ya kalau nggak mau nunggu, bisa banget pake cara lain kalau mau menambah penerimaan negara. Pengamat dari Economic and Law Studies, Nailul Huda ngeliat sebenarnya masih banyak banget pos-pos yang bisa dipake buat penerimaan negara, guys. Kayak dari sektor tambang misalnya, atau pajak karbon yang dari awal wacana mulu (nggak kelar-kelar since 2022). Kenapa harus banget naikin PPN? gitu lo. Mending batalin deh, batalin. Jadi beban buat masyarakat ntar, kata Nailul.


I believe the government has a say….

Well, balik lagi ke Menteri Sri Mulyani. Dalam keterangannya kemaren, kenaikan PPN ini bakal diterapkan dengan hati-hati ya. Soalnya juga udah lewat pembahasan dengan bapak ibu di DPR kan, makanya sampe ada UU HPP tadi (cieee nggak mau disalahin sendirian). Bu Ani bahkan menyebut ntar pihaknya bakal sosialisasi ke masyarakat. Jadi ada penjelasan yang baik, cenah.


Got it. Now wrap it up….

Fyi, dari tadi ngomongin PPN, kamu harus tahu bahwa hal ini juga terus disorot oleh sejumlah pihak. Nggak cuma pengamat, tapi juga pemerintah daerah. Iyalah, secara warganya langsung juga kena ini kan. Salah satunya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pj Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi menyebut, dia bakal bersurat ke Menteri Keuangan gimana caranya biar masyarakat Jakarta yang berpenghasilan rendah bisa bebas pajak. Termasuk PPN dan Pajak Penghasilan.


Kelas menengah apa kabar, pak??? 

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.