Who needs a sugar daddy when you have a daddy like....
Syahrul Yasin Limpo.
Lebih sugar daddy daripada sugar daddy itu sendiri sih ini, guys. Yep, we’re talking about Syahrul Yasin Limpo, mantan Menteri Pertanian yang sekarang udah jadi terdakwa dugaan korupsi. Dalam sidang lanjutan kasusnya kemaren, akhirnya terungkap dari anak sampai cucunya SYL tuh rame-rame menerima uang langsung dari orang-orang di Kementerian Pertanian buat belanja ke mall… keperluan cucu… sampai umrah.
Sorry gimana?
Yep, you heard it right. Emang ada gila-gilanya ini mantan pejabat satu, guys. To give you some refresher, sejak Oktober tahun lalu, mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo ini kan ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi aka KPK atas dugaan gratifikasi dan pemerasan di lingkungan Kementerian Pertanian. Kasusnya pun terus bergulir sampai saat ini di mana sekarang udah masuk ke rangkaian sidang.
Okay....
Nah kemaren nih, sidang kasusnya SYL ini beragendakan mendengarkan keterangan saksi yang dihadirkan JPU, guys. Saksinya sendiri adalah para anak buahnya SYL para pejabat di Kementerian Pertanian. Berbagai Direktur Jenderal dan Kabag sampai sekretaris udah dihadirkan, mulai dari Kabag Umum Ditjen Perkebunan, Sukim Supandi, dan Dirjen Sarana dan Prasarana Kementan, Ali Jamil Harahap.Terus besokannya ada lagi Dirtjen Tanaman Pangan, Suwandi, terus Prihasto Setyanto, Dirjen Hortikultura, sampai Bambang Pamuji. Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan juga dihadirkan. Mereka semua dinilai penting dimintai keterangannya karena berdasarkan dakwaan Jaksa, SYL memeras anak buahnya di kementerian untuk kepentingan pribadi, guys. Ga main-main, malakin duitnya bahkan sampai Rp44,5 M!
OMG gimme all the details….
Dari kesaksian orang-orang ini, ya emang bener anak-anaknya SYL tuh beberapa kali nge-contact mereka lewat mantan ajudan bokapnya, atas nama Panji Hartanto buat berbagai kebutuhan pribadi. Kita bahas satu-satu yah… Yang jadi highlight di sini tuh anak laki-lakinya SYL, Kemal Redindo yang disebut pernah minta duit buat apa tebak coba? Yep, beli aksesoris mobil :))).
Shezzz….
Hal ini legit disampaikan Kabag Umum Ditjen Perkebunan Kementan, Sukim Supandi di mana dalam kesaksiannya Senin kemaren, Pak Sukim cerita Dindo tuh nge-WA dia, disuruh nyiapin kuitansi dengan total senilai Rp111 juta buat aksesoris mobil. Yang lebih gilanya lagi, Sukim cerita duit Rp111 juta itu terkumpul dari hasil patungan para pegawai eselon I di Kementan, gengs. :))). Dari situ, apakah ada permintaan lain? Ofc ada.
Ada lagi???
Ada dong. Masih dari kesaksiannya Pak Sukim, si Dindo-Dindo ini tuh disebut pernah minta dibayarin buat renovasi kamarnya, guys. Nggak dijelasin sih kamar yang mana, tapi sih kayaknya buat yang di Jakarta, kata Pak Sukim gitu. Adapun duit yang diminta tuh senilai Rp200 juta. Banyak kan duit segitu. Sempat minta ke kantor tuh awalnya Pak Sukim, guys. Cuma dari kantor lagi nggak ada katanya. Terus tahu nggak gimana ending-nya? Yak, Pak Sukim bayarin itu Rp200 juta pake duit pribadinya sendiri. Padahal duitnya juga lagi pas-pasan waktu itu. Nggak nyaman juga posisinya kalau nggak dikasih cenah. Jadi kayak, “Oh yaudah minjem nih,” gitu kan mikirnya. Tapi sampai sekarang juga belum diganti. Pak Sukim ngaku bingung sendiri harus nagih ke siapa.
Astaga….
Itu baru cerita satu anak dari satu saksi doang tuh. Anaknya SYL yang lain, yang minta-minta duit seenaknya ke pejabat Kementan lain, ya ada juga. Yep, now we’re moving on to kesaksiannya Bambang Pamuji. Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan. Dalam kesaksiannya kemaren, Pak Bambang cerita anaknya SYL Indira Chunda Thita tuh juga pernah minta duit ke dia senilai Rp21 juta buat beli sound system. Nggak sampai di situ, kalau weekend nih, Thita dan SYL sering banget shopping di mall, guys. Minimal banget tuh Rp10 juta per minggu, duitnya dari mana, ya malakin orang-orang di Kementan lah.
Padahal Pak SYL tajir karena mantan gubernur dan Mba Tita juga anggota DPR 😭
Emang nangis banget jujur. Lebih parahnya lagi, Mba Thita juga disebut pernah banget nge-contact Pak Bambang minta duit Rp20 juta buat keperluan anaknya, which is cucu SYL, Andi Tenri Radisyah. Nggak dijelasin sih buat apaan. Tapi intinya, duitnya orang-orang di Kementan tuh abis banget lah buat memenuhi ke-BM-an SYL dan keluarganya. Bahkan buat umrah, SYL juga disebut sempat minta dicairin Rp1 Miliar buat umrah! Umrah lo ya, ibadah. Pejabat di sana ya cuma bisa geleng-geleng kepala aja tuh, guys. Kayak, ni orang mau ibadah tapi duitnya hasil malak. Gimana sih konsepnya???
I mean, mereka se-nggak berdaya itu ya sampe nurut-nurut aja….
Ya gimana. Kalau dari ceritanya Pak Prihasto, SYL tuh ngancem gitu lo kalau ke-BM-annya nggak diturutin. Iya, pernah banget tuh mereka dikumpulin terus SYL-nya bilang begini: “Kalau saudara sudah tidak sejalan dengan saya, silakan mengundurkan diri,” katanya gitu. Belum lagi kalau anak-anaknya minta duit nih, terus nggak diturutin, pejabat-pejabat Kementan ini bakal diteror terus-terusan, guys.
F**k kata gua teh.
Iya beneran, guys. Jadi disampaikan oleh Ali Jamil Harahap, kalau udah diteror terus ybs nggak juga mengabulkan permintaannya SYL dan keluarganya nih, bakal ada konsekuensinya yaitu berupa "non-job" alias diberhentikan. Karena dianggap nggak loyal. Ini yang pernah dialami Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi. Dalam kesaksiannya kemaren, Pak Suwandi cerita dia telat ‘menyetorkan’ uang yang diminta SYL. Diteror kan tuh, terus kemudian dikasih peringatan begini, “Pak Dirjen, jika tidak memenuhi sudah tahu resikonya ya." Yep, Suwandi terancam di-nonjob-kan alias jabatannya terancam hilang, guys. In that sense, mereka terpaksa nurutin apapun yang diminta SYL deh, gengs. HMMM…..
Kesel ah. Anything else?
Jadi ya gitu intinya, guys. Selain SYL dan pejabat di Kementerian Pertanian lainnya, sejumlah nama kan juga terseret ya dalam kasus ini. Ada ajudannya SYL, Panji Harjanto, sopirnya berinisial HT, dan juga staf honorer berinisial UN. Yang harus kamu tahu adalah, mereka bertiga ini sejak beberapa bulan lalu udah mendapat perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban aka LPSK, guys. Jadi mereka dapat perlindungan fisik, rehabilitasi psikologis, dan pemenuhan hak prosedural selama menjalani pemeriksaan dalam kasus ini.