Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan
Hello
Rise, shine, and get ready to grind! But before we start the day, let’s catch up! with an update from… years ago. Yep, the comeback of Jessica Wongso’s case, mental health, and our opung yang lagi sakit. Hiks… cepet sembuh opung 🙁
When people keep talking about “Ice Cold”…..
Alias Kasusnya Jessica-Mirna.
Gimana? Kamu udah nonton dokumenter terbarunya Netflix yang rame banget itu belum? Udah nontonin juga podcast-podcast yang ngomongin kasus itu? Oh, udah puas ngeliat TikTok, X, IG isinya netizen ngomongin kasus itu semua? Well, bear with us because today, we will FINALLY talk about IT. Leggoooo…..
Kasus Kopi Sianida kan? Rame lagi ih kasusnya…
We know, rite. Jadi kalau kita biasanya nonton true-crime documentary di Netflix tuh isinya kasus-kasus di luar negeri kayak, Don’t F**k With Cats, Murdaugh Murders atau Tinder Swindlers, nah beberapa waktu lalu, Netflix baru aja ngerilis satu dokumenter yang isinya kasus kriminal di tanah air kita, gengs. Indonesia. Iya, it’s none other than kasus yang rame banget di 2016 lalu, which is pembunuhan Wayan Mirna Salihin yang kemudian memvonis Jessica Kumala Wongso dipenjara 20 tahun. Judul dokumenternya “ICE COLD: Murder, Coffee and Jessica Wongso”. Adapun setelah film ini rilis, opini publik most likely jadi terbelah nih. Ada yang mempertanyakan, “Is it really her who killed Mirna?” dan ada juga yang stick sama putusan hakim, “Yes, dari dulu emang yakin Jessica pelakunya. Cold-blooded murder.”
Wait w lupa-lupa inget deh kasusnya…
No worries. To freshen you up, di tahun 2016 lalu, rame banget sebuah berita soal seorang perempuan bernama Wayan Mirna Salihin yang tewas setelah minum Vietnamese Iced Coffee di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Iya, jadi waktu itu, Mirna udah janjian mau nongkrong reunian sama temen-temennya yang dulu kuliah di Australia. Ada Mirna, Hani, Vera, sama satu lagi namanya Jessica. Jessica ini disebut emang orang yang ngajakin temen-temennya ketemuan karena baru balik ke Jakarta setelah delapan tahun menetap di Aussie.
Okay terus?
Long story short akhirnya fix janjian lah mereka ngopi di Cafe Olivier, Grand Indonesia di jam 18.30 WIB. Jessica datang awal banget tuh, katanya buat menghindari skema 3 in 1 yang berlaku pada saat itu. Adapun dari pantauan di CCTV, Jessica masuk cafe jam setengah 4 sore, terus booking meja buat 4 orang non smoking, kemudian sama waiter diarahin ke meja nomor 54.
Terus…
Terus setelah nggak lama dateng, Jessica pergi lagi untuk nyariin kado buat ketiga temennya ini kan, dan akhirnya balik lagi ke Olivier di jam 16.14 WIB dengan bawa kantong belanjaan. Terus udah, pesen minuman, ada cocktail sama Vietnamese Iced Coffee buat Mirna, langsung close bill, dan Jessica duduk di situ nungguin temen-temennya datang sampai di jam 17.16 WIB, Hani sama Mirna pun sampai.
Oke mulai ke-remind nih. Lanjut….
We know rite. Kamu inget juga dong detik-detik di saat Mirna sama Hani datang, cipika cipiki sama Jessica, dan nggak lama Mirna mulai minum kopi yang dipesan tadi. Di sini titik krusialnya, guys. Waktu Mirna mulai minum tuh kopi, dia langsung bereaksi. Bilang kopi itu nggak enak, terus nyuruh Hani nyobain, nyuruh Jessica mintain air mineral, sambil ngibasin tangannya di depan mulut. Nggak berhenti di situ, tubuh Mirna kemudian lemas, muntah, sampai akhirnya nggak sadarkan diri. Kejadiannya cepet banget itu. Mirna lalu dibawa ke klinik, lanjut ke RS Abdi Waluyo, Menteng, bareng suaminya Arief Soemarko, dan akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
So sad…..
Nah considering Mirna yang tadinya sehat-sehat aja lalu tewas setelah minum kopi, maka the big question is: “Ada apa di kopi itu?” Iya kan? Nah ini yang kemudian jadi perhatian pihak kepolisian yang langsung menangani peristiwa ini. Dari hasil penelusuran polisi, Ketua Puslabfor Polri pada saat itu, Brigjen Alex Mandalika menyebut terdapat racun berupa zat sianida di dalam kopinya Mirna. This means ada yang sengaja masukin, meaning ada unsur pidana di sini, gengs. Makanya, kasus ini diselidiki sama polisi dengan menetapkan salah satu temennya Mirna, Jessica Kumala Wongso, sebagai tersangka.
HMMM….
Sejak itulah kasus ini bergulir. Setelah sidang-sidang, datengin saksi ini itu, dll, maka keputusan hakim menyebutkan bahwa Jessica ditetapkan sebagai terdakwa, dijerat pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana, dan mulai menjalani persidangan sejak Juni 2016. Ada beberapa hal yang memberatkan Jessica. Kayak kenapa dia datang awal banget, terus IMB (inisiatif membawa bencana) banget mesenin kopi duluan, gerak-geriknya yang dinilai mencurigakan, hingga sikapnya yang dinilai nggak panik sama sekali waktu Mirna collapsed, di mana sampai pada satu kesimpulan: “Jessica yang membunuh Mirna dengan racun sianida.” Proses hukum pun terus berlanjut sejak saat itu.
So, how did it go?
Pelik, guys. Some of you mungkin ngikutin ya rangkaian sidangnya dulu, but in case you didn’t, persidangan yang berlangsung di PN Jakarta Pusat berlangsung sebanyak 32 kali. Yep, dengan majelis hakim yang dipimpin Hakim Kisworo, Binsar Gultom serta Partahi Tulus Hutapea sebagai anggotanya, sidang ini menghadirkan saksi dari berbagai macam background. Mulai dari saksi kunci kayak Hani dan Arief Soemarko, lalu pegawai Cafe Olivier, sampai sejumlah saksi ahli kayak ahli toksikologi forensik, ahli patologi forensik, psikolog, bahkan pakar ekspresi.
Wow okay…
Ya gitu. Both sides dari Jaksa Penuntut Umum dan kuasa hukum Jessica yang dipimpin Otto Hasibuan saling serang, saling menampilkan saksi ahli yang keterangannya bertentangan satu sama lain, dll. Bahkan background Mirna dan Jess pun diulik abis-abisan di persidangan ini, guys. Iya, dalam dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum menyebut Jess marah dan sakit hati karena Mirna nyuruh Jessica putus pada saat itu. Atas alasan itulah, jaksa menyebut Jessica merencanakan untuk menghilangkan nyawa Mirna karena sakit hatinya tadi, guys. Jaksa kemudian menuntut hakim menjatuhkan hukuman pidana mati atau penjara seumur hidup terhadap Jessica Kumala Wongso.
Terus vonisnya?
Nah setelah 31 kali persidangan, maka 27 Oktober 2016 lalu, digelarlah sidang di PN Jakarta Pusat yang beragendakan pembacaan putusan oleh majelis hakim. Dalam putusannya, hakim menyatakan Jessica Kumala Wongso secara sah dan meyakinkan terbukti melakukan pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna Salihin. Jessica diyakini mencampurkan zat sianida ke dalam kopi Vietnam yang doi pesankan untuk Mirna, dan menyebabkan Mirna meninggal dunia. Oleh karena itu, Jessica dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.
I heard banyak pro-kontra di kasus ini…
You heard it right. Itu juga yang dirasakan sama tim kuasa hukum Jessica, guys. Karena kalo menurut mereka, yang selama berbulan-bulan muncul di persidangan tuh cuma asumsi, tafsir, tanpa pernah bisa kasih bukti kalau Jessica emang terlibat. Misalnya, jenazah Mirna yang ngga diautopsi, tapi cuma diambil sample-nya aja. Terus kalaupun emang iya nih gara-gara sianida, dosis sianida yang ada di lambung Mirna tuh disebut nggak cukup banyak sampai akhirnya menyebabkan kematian. Dan kalaupun emang Jessica nih yang masukin itu racun, nggak ada buktinya juga dari CCTV atau keterangan saksi bahwa Jessica yang melakukannya. Bahkan, kuasa hukum Jessica juga menilai zat natrium sianida yang berbulan-bulan diomongin tuh nggak pernah bisa dijelaskan dan dibuktikan dari mana dapatinnya, gimana disimpannya, dan gimana bentuknya.
I see….
Menanggapi vonis ini, Jessica ga tinggal diam doang. Segala macam upaya hukum setelah vonis dilakukan, mulai dari banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang failed, di mana Jessica tetap dijatuhi hukuman 20 tahun penjara. Terus kasasi ke Mahkamah Agung, yang dipimpin oleh hakim agung Artidjo Alkostar (alm).
Kayak sering denger namanya…
Oh iya, beliau nih terkenal sebagai hakim dengan reputasi baik yang suka ngasih hukuman berat buat koruptor. Nah dalam kasus ini, Pak Artidjo tetap berkeyakinan emang Jessica yang ngebunuh Mirna. Dalam bukunya berjudul Artidjo Alkostar: Titian Keikhlasan, Ikhtiar untuk Keadilan, di situ hakim agung tersebut nge-state, “Setelah mengamati beberapa persidangan, saya sudah bisa menyimpulkan bahwa Jessica bersalah. Alasannya kopi beracun itu dipegang beberapa orang, pembuat, pengantar, Jessica, dan peminum. Dari empat orang itu, jika dianalisis, peminum tidak mungkin melakukan. Lalu pembuat dan pengantar tidak punya motif melakukan, tapi Jessica memiliki motif dan ada hubungan erat dengan peminum.”
Wow solid….
Nggak cukup di situ, Jessica dan tim nyoba upaya hukumnya yang terakhir. It’s one last try buat membuktikan sekali lagi bahwa Jessica nggak bersalah dan vonis hakim di PN itu nggak sepatutnya dia dapatkan. Yep, diajuinlah Peninjauan Kembali aka PK ke Mahkamah Agung. Hasilnya, ya kayak yang sama-sama kita tahu, Ditolak juga, guys. Jessica tetap dijatuhi hukuman 20 tahun penjara. Jadi, sampai detik ini, Jessica masih menjalani hari-harinya di Rutan Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Dari 2016 tuh berarti ya?
Yep. Sekarang baru tujuh tahun masa tahanannya, gengs. Tapi ya gitu, tujuh tahun berlalu, ketika Netflx kemudian come out with that very “ICE COLD,” banyak netizen yang kemudian mempertanyakan putusan hakim saat itu, guys. Bahkan Sistem Peradilan Pidana di Indonesia juga jadi highlight dalam dokumenternya. Disampaikan oleh salah satu narasumber di situ, executive director ICJR Erasmus Napitupulu bilangnya gini, “Bisa jadi Jessica dinyatakan bersalah karena mungkin harus ada yang disalahkan dari kematian seseorang.” Meanwhile, Wamenkumham Prof. Edward O.S. Hiariej langsung ngebalas, “Ya kuasa hukumnya juga nggak bisa ngeyakinin hakim kalau Jessica bukan pembunuhnya. Gitu aja intinya,” katanya gitu.
Ok. Any updates now?
Ada dong. Again, tujuh tahun berlalu, ICE Cold keluar dan opini publik most likely mulai berbalik mendukung Jessica, bahkan hashtag #JusticeforJessica juga viral kan. Bahkan postingan Pak Jokowi juga penuh sama orang-orang yang menuntut kasus ini dibuka lagi. In the meantime, disampaikan oleh Pak Otto Hasibuan, pihaknya sekarang lagi prepare buat ngajuin upaya hukum luar biasa Peninjauan Kembali, guys. Well, kalau mau PK lagi, meaning harus ada bukti baru dong. Nah tapi bukti baru ini belum mau di-spill sih sama Pak Otto, guys. Jadi ya just wait and see, deh.
Got it. Anything else?
Well well well, selain upaya hukum luar biasa berupa Peninjauan Kembali, sebenarnya ada lagi tuh satu upaya hukum yang bisa Jessica dan tim kuasa hukumnya lakukan, gengs, which is Grasi. In a nutshell, grasi ini adalah pengampunan dari Presiden di mana hasilnya aalah pengurangan, peringanan, perubahan, atau bahkan penghapusan hukuman untuk terpidana suatu kasus. Syaratnya, HARUS mengakui perbuatannya. Nah di case-nya Jessica, option grasi ini pernah ditawarin oleh Pak Otto, guys. Lebih dari sekali bahkan. Cuma ya itu tadi, Pak Otto bilang Jessica nggak mau mengakui perbuatan karena emang dia ngga merasa melakukan.
When you care soooo much about your mental health…
Let’s zoom in on: Climate crisis.
Karena ternyata, kondisi climate crisis yang terjadi saat ini punya pengaruh buruk terhadap kesehatan mental generasi muda.
Whoa, tell me everything.
Sure. Jadi as we all know, climate change tuh lagi bener-bener kejadian di seluruh dunia. Dampak nyatanya juga udah kita rasain langsung lewat cuaca ekstrem yang menimbulkan berbagai bencana macem banjir bandang, kekeringan, sampai krisis pangan. Nah ternyata, dampak climate change nggak cuma dari segi bencana alam aja nih. Pasalnya Rabu kemarin, American Psychological Association yang bekerja sama dengan organisasi advokasi iklim bernama ecoAmerica baru aja merilis sebuah laporan yang bilang kalau climate change bisa memicu dan memperburuk kesehatan mental anak-anak dan remaja.
How so?
Karena mostly, efeknya yang langsung kerasa sama kita-kita kan. Misalnya cuara yang lagi panas banget belakangan ini, atau rumah kamu yang biasanya ga banjir tapi sekarang jadi kebanjiran. Semua itu menyebabkan stres yang tentunya bisa ngaruh sama kondisi mental kamu. Lebih jauh, pada laporan ini juga ditemukan bahwa berbagai masalah iklim yang berkepanjangan tuh bisa banget ningkatin risiko kecemasan, depresi, gangguan bipolar, sampai gangguan kognitif lainnya. Hasil penelitian ini didapatkan setelah melakukan perangkuman pada serangkaian eksperimen yang berkaitan soal perubahan iklim, kesehatan mental, dan pengembangan generasi muda.
Valid nggak nih?
Tentu aja valid dong. Secara penulis utama laporan ini tuh juga merupakan profesor psikologi di College of Wooster bernama Sue Clayton. Belum lama ini, Clayton juga mengatakan kalau generasi muda cenderung nggak punya strategi penanggulangan kesehatan mental seperti yang kebanyakan orang dewasa miliki. Makanya tuh, anak-anak dan remaja dinilai lebih rentan mengalami mental illness terkait climate change dibanding mereka yang udah dewasa. Lebih jauh, Clayton juga menggambarkan stress yang mungkin orang tua alami karena climate change juga bisa banget mempengaruhi kesehatan mental anaknya.
Surprised, but (not) surprised.
True. Lebih jauh, dalam laporan ini juga disebutkan bahwa resiko mental illness pada anak ada kemungkinan dimulai sebelum anak tersebut lahir. Yep, dengan begitu banyaknya kejadian cuaca ekstrem, polusi udara, sampai tingginya suhu bisa banget menimbulkan kecemasan pada seorang ibu yang mengandung. Kalau udah gitu, potensi seorang anak mengalami berbagai macam masalah kesehatanseperti keterlambatan perkembangan sampai gangguan kejiwaan juga makin tinggi. Bahkan nih, berbagai masalah dalam perilaku ini disebut seringkali nggak bisa dirubah alias permanen, guys.
Dampak real-nya ke anak muda tuh apa sih?
Well, dijelasin juga dalam laporan ini bahwa banyak dari generasi muda tuh lebih ngerasa cemas soal masa depan, terlebih dengan adanya climate change. Clayton juga bilang kalau anak muda sekarang cenderung makin khawatir dampak climate change yang bisa aja mempengaruhi masa depannya. In his words, Clayton bilangnya, “How do you plan for the future when you don’t know what the future will look like?” Dari situlah, dampak climate change yang terjadi sekarang dinilai bisa mempengaruhi pengambilan keputusan sampai rendahnya pegendalian diri pada generasi muda.
So, is there any solution about it?
Fortunately ada, guys. Di dalam laporan tersebut, dijelaskan tuh berbagai cara untuk membatasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan mental remaja. Nah salah satu rekomendasinya lewat peran sekolah yang lebih aktif tuh mengajarkan kurikulum soal climate change. Selain itu, dampingan dan pemeriksaan rutin dari psikolog profesional juga akan sangat membantu tuh buat kesehatan mental remaja. Ofc segala bentuk dukungan ini juga perlu disambut baik oleh orang tua dan lingkungan sosialnya.
Got it. Anything else I should know?
Meski in general anak muda tuh sangat terdampak dengan perubahan iklim, tapi ternyata nggak semua anak muda dan remaja mengalaminya gengs. Dalam laporan ini ditunjukan bahwa masyarakat dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah cenderung lebih mungkin terdampak langsung cuaca ekstrem. Sedangkan buat mereka yang terlahir berkecukupan, tentu aja memiliki potensi yang lebih sedikit terdampak cuaca ekstrem karena privilege yang mereka punya.
When you have too much work until you get sick…
Opung Luhur can relate.
Buat kamu yang ngerasa overwork, punya banyak banget list to do, ngerjain ini itu nggak kelar-kelar sampai akhirnya ngerasain sakit, well mungkin Opung Luhut Binsar Pandjaitan can relate nih. Soalnya beberapa hari ini, menteri koordinator kemaritiman dan investasi (menko marves) kita ini dikabarkan lagi sakit nih, guys. Sakitnya Opung Luhut juga sampai membawanya melakukan pemeriksaan medis di Singapura. Kira-kira kondisinya Opung Luhut gimana ya?
Eh, ehh Opung sakit apaa?
Sabar-sabar. Sebelum sampai sana, kita perlu setuju dulu nih bahwa Opung Luhut ini salah satu menteri yang punya banyak banget penugasan lain dari Presiden Jokowi. Yah bisa dibilang kalau Opung Luhut ini salah satu orang kepercayaan Pak Jokowi, gitu. Soalnya selain jadi menko marves, Opung Luhut ini juga banyak banget ‘side job’ dari Presiden seperti Ketua Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk dalam Negeri, Ketua Dewan Pengarah Penyelamatan 15 Danau Prioritas Nasional, Ketua Komite Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dan masih banyak lagi.
Emang serba bisa sih Opung kita ini.
Betul betul betul. But sayangnya nih, Selasa kemarin, Opung Luhut tuh curhat gitu guys lewat Instagram Pribadinya. Beliau cerita kalau beberapa hari yang lalu, setelah ikut dalam sebuah kegiatan, Opung Luhut merasa kelelahan banget. Beliau bilang rasa cape yang dialaminya ini tuh beda banget dari biasanya. Nah melihat kondisi ini, istri Opung Luhut bernama Ibu Devi Simatupang tentu aja berinisiatif membawanya ke salah satu rumah sakit yang ada di Jakarta buat ngelakuin tindakan preventif yang lebih lanjut.
I’m reading.
Nah dengan kondisinya saat itu, Opung Luhut tentu aja nggak diizinkan tim dokter buat beraktivitas seperti biasa. Opung Luhut juga curhat tuh kalau buat ngecek kabar dan berita terkini aja nggak dibolehin sama istrinya. Padalah nih Opung Luhut bilang kalau ngecekin berita tuh udah jadi kebiasaannya sehari-hari. In her words, Ibu Devi bilang, “Istirahat dan dengarkan tubuhmu dahulu, Pa.” Kalau udah dibilangin gitu, siapa yang nggak mau nurut coba.
Emang Opung Luhut sakit apa sih?
Well, dalam keterangan tertulisnya di Instagram kemarin, Opung Luhut sih nggak bilang apa-apa tuh soal penyakit yang dideritanya. Opung Luhut cuma bilang kalau dirinya dapet tawaran dari senior minister, Teo Chee Hean dan menteri luar Singapura Dr. Vivian Balakrishnan buat menjalani pemulihan di Singapura. Dari situ, akhirnya Opung Luhut mau nih berangkat ke Singapura hari Selasa kemarin buat melakukan pemeriksaan medis serta evaluasi komprehensif soal kesehatannya.
But, he’s okay, rite?
Untungnya begitu, guys. Masih lewat postingannya di Instagram, Opung Luhut cerita kalau kondisinya sekarang udah membaik nih. Beliau amat bersyukur sekali kepada Tuhan YME atas apa yang udah terjadi padanya. Nggak lupa Opung Luhut juga ngucapin banyak terima kasih ke Pak Jokowi yang udah support banyak banget selama dia sakit. Kata Opung Luhut, Pak Jokowi udah ngasih tim dokter kepresidenan buat merawat dirinya. Nggak lupa Pak Luhut juga ngucapin terima kasih tuh ke seluruh masyarakat Indonesia yang udah mendorongnya buat kembali pulih.
Anyway terus kerjaan Opung Luhut gimana dong?
Well soal itu, Opung Luhut sementara ini udah digantikan sementara nih. Karena kondisinya yang masih dalam tahap pemulihan, sementara ini Pak Jokowi menunjuk menteri BUMN Erick Thohir sebagai menko marves, guys. Nggak cuma menko marves aja nih, Pak Erick juga diberi tanggung jawab beberapa jabatan yang melekat di Opung Luhut juga. So, isitilahnya Pak Erick jadi menko marves ad interim, gitu. Menanggapi hal ini, kemarin banget nih, Pak Erick ngucapin terima kasih ke Pak Jokowi. Kata Pak Erick, meskipun amanahnya sangat berat, tapi beliau bakal berupaya sebaik-baiknya.
Okeeyy, anything else I should know?
FYI, Opung Luhut tuh baru aja ngerayain ulang tahunya yang ke-76 tahun di akhir bulan September kemarin. Setelah ngerayain ulang tahunnya, Opung Luhut juga sebenernya masih kerja normal seperti biasa. Opung Luhut masih ikut Pak Jokowi dalam meresmikan Kereta Cepat Whoosh di Stasiun Kereta Cepat Halim pada awal bulan ini. Pokoknya GWS ya Opung!
When you really really need to take care of your heart…
From stroke.
Karena di tahun 2050, angkanya diprediksi bakal meningkat drastis. Ini sedih banget sih jujur. Coba sekarang reflect deh. Udah berapa orang yang udah meninggal saat ini, dan kamu tahu mereka meninggal karena mengidap penyakit stroke? Banyak banget kan. WHO mencatat stroke memang jadi penyebab kematian tertinggi kedua di dunia, guys. Di 2020 aja, ada 6,6 juta orang yang meninggal gara-gara stroke di seluruh dunia. But rather than menurun, sebuah penelitian yang di-conduct World Stroke Organization menemukan bahwa di 2050 mendatang, angka kematian akibat stroke justru bakal meningkat sampai 9,7 juta. Makanya hal ini kudu jadi concern kita semua, guys.
In case you’re wondering, “Data dari mana neh???” Here, you got the answer. Jadi para peneliti itu udah melakukan penelitian dengan nge-interview sejumlah stroke experts di berbagai negara, mulai dari negara berpenghasilan tinggi, menengah, sampai rendah. Hasilnya, ada beberapa hambatan yang negara-negara ini temukan when it comes to penanganan stroke. Mulai dari tenaga kesehatannya yang terbatas misalnya, sampai ke kualitas penanganan kesehatan di negara itu. Yep, we’re talking about kualitas pengawasan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi stroke yang belum proper. Not to mention masyarakat yang belum aware sama bahaya stroke dan faktor risikonya, gengs. kayak diabetes, kolesterol tinggi, obesitas, pola makan amburadul, sampai keseringan nyebat alias ngerokok.
Makanya, dari sini, jelas dong apa yang harus dilakukan. Yak, jaga kesehatan, guys. Jaga pola makan, mulai makanan sehat, mulai olah raga, berhenti ngerokok, biar organ-organ di tubuh kayak lambung, paru-paru, hati, dan jantung tetap kejaga. Dan ending-nya, terhindar dari stroke.
Lari-lari kecil di GBK. Anyone?
“Saya tenggelamkan!”
Wkwkwkw gitu guys kata Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan yang juga warga Pangandaran Bu Susi Pudjiastuti pas ngedenger namanya disebut sebagai cawapres. Jadi kemarin tuh, salah satu bacapres Pak Prabowo Subianto dateng ke Pangandaran untuk bagi-bagi perahu ke nelayan. Nah acara itu kemudian didampingi juga sama Bu Susi. Eh pas lagi ketemu warga, ada yang nyeletuk Bu Susi sebagai cawapres, terus beliau jawab gitu…
We’re guilty as charged, bu…
Announcement
Thanks to Someone, Pauline, and Yasmine for buying us coffee today!
Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here…just click here. Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!
Catch Me Up! recommendations
Just in case you need some inspiration for your breakfast menu.