First stop, let’s get you the recap from: BEM FISIP Unair’s case…..
Yang dibekukan dan diteror gara-gara Prabowo-Gibran.
Yoi. Kalau kata Bernadya mah, “Belum Ada Satu Bulan…," Belum ada satu bulan pemerintahan Prabowo-Gibran dimulai, huru-hara udah terjadi aja nih, guys. Huru-haranya bahkan melibatkan suara mahasiswa. Iya, selama beberapa waktu terakhir, netizen seluruh Indonesia rame banget ngomongin karangan bunga buat Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka dari BEM FISIP Universitas Airlangga. The thing is, gara-gara karangan bunga ini, BEM FISIP Unair sampe dibekukan. Mereka bahkan sampe diteror! Gila nggak tuh…
Tell. Me. Everything.
Sure. Jadi gini ceritanya, gengs. As we all know Pak Prabowo sama Mas Gibran kan baru dilantik ya sebagai Presiden dan Wapres. Banyak kan tuh ucapan-ucapan dari para warga. Kayak, “Selamat atas dilantiknya, selamat bertugas blablabla,” gitu lah. Termasuk dari para mahasiswa juga banyak. Salah satunya, BEM FISIP Universitas Airlangga, Surabaya. Ada tuh karangan bunga ucapan dari mereka, dipasang di Taman Barat FISIP UNAIR, 22 Oktober lalu. Namanya karangan bunga kan sah-sah aja ya? Nah, tapi yang dipermasalahkan di sini tuh… Wording di karangan bunga itu, guys.
Wording-nya gimana emang?
Bukan cuma “Selamat bertugas Prabowo-Gibran," guys. Nggak. Wording alias kata-kata di karangan bunganya BEM FISIP tuh agak laen, guys. Ngucapin selamat, tapi bawa-bawa pelanggar HAM, bawa-bawa IPK 2,3 (oops), bawa-bawa Fufufafa, bahkan sampe ngatain Jokowi segala.. Nah udah tuh, nggak berapa lama karangan bunga itu ke-notice sama pihak kampus, anggota BEM-nya dipanggil dekan, sampe akhirnya, Jumat (26/10/2024), ada email bahwa BEM FISIP Unair dibekukan.
HAH Dibekukan banget?
Kepengurusannya yang dibekukan, guys. Adapun dalam keterangannya kemaren banget nih, Senin (28/9/2024), Dekan BEM FISIP Unair, Prof. Bagong Suyanto menyebut: yang dipermasalahkan di sini tuh ya itu tadi, diksinya itu lo, guys. Pemilihan katanya. Yep, in his words, Prof. Bagyo bilangnya, “Fakultas tidak ingin mengembangkan kultur yang terbiasa menggunakan diksi-diksi kasar dalam kehidupan politik. Kami sepakat untuk memilih menggunakan diksi yang sesuai dengan kultur akademik,” katanya gitu.
T-tapi…..
Tapi masalahnya adalah, si anak-anak BEM ini nggak cuma dibekukan aja secara organisasi, tapi mereka juga diteror dan terintimidasi. Iya, Presiden BEM FISIP Unair, Tuffahati Bachtiar namanya, ngaku dapat teror dari sejumlah orang nggak dikenal. Bentuknya macem-macem, si tiba-tiba nelfon, DM Instagram, video call, spam chat, dsb. Narasinya ya sama, “Mengglorifikasi program Jokowi, mengancam, mendoakan yang tidak baik,” kata Tuffa.
HMMM….
We know, we know. Sekarang, mari kita lihat gimana stance pemerintah menyikapi rame-rame satirnya BEM FISIP Unair ini ygy. Let’s hear it from the one and only… Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI, Prof. Satryo Brodjonegoro. Menyikapi hal ini, Prof. Satryo ngeliatnya kampus tuh harus bisa kasih kebebasan buat setiap mahasiswanya, gengs. Kebebasan itu harus dijaga oleh setiap pimpinan kampus katanya. That being said, Prof. Satryo pun minta Rektor UNAIR buat batalin pembekuan kepengurusan BEM FISIP Terus udah, per kemaren banget nih, keputusan pembekuan itu akhirnya dicabut deh.
Talking about Rektor UNAIR….
Menanggapi segala kekisruhan ihni, Rektor Universitas Airlangga juga punya pandangannya sendiri nih, gengs. Yep, Rektor Unair, Prof. M. Nasih dalam keterangannya bilangnya ya sah-sah aja mahasiswa tuh mau nyampein pendapatnya, apapun itu, “Tapi jangan bawa-bawa nama kampus juga dong." Secara, kalau ada masalah begini, ya yang kena kan kampus juga, gitu lah kira-kira.
So, how did everyone react to this?
Ya macem-macem, guys. Ketua Komisi X DPR RI yang emang membidangi pendidikan, Hetifah Sjaifudian Kemaren banget nih (29/10/2024) bilangnya sih nggak perlu pake dibekukan segala itu BEM, guys. Cukup dikasih teguran aja. While at the same time, kritik yang disampaikan mahasiswa harusnya juga tetap ngeliat sikon komunikasinya gimana yang lebih proper. “Apalagi terhadap seorang pemimpin," gitu deh.
Got it. Anything else I should know?
Balik lagi ke the fact that ini tuh “belum ada satu bulan” ya sejak Prabowo-Gibran dilantik. In that sense, sosiolog sekaligus Aktivis ‘98, Robertus Rot, ngeliatnya kasusnya UNAIR ini tuh kayak 'Tryout' lah, tes awal buat ngeliat gimana demokrasi di pemerintahan baru ini. Kayak, kalau ngadepin kritik gimana, gitu-gitu. Makanya di sini Pak Robert shot out ke Mendiktisaintek Prof. Satryo yang langsung nyuruh Rektor UNAIR buat cabut pembekuannya.