Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan
When drama keluarga kerajaan you’ve seen in drakor….
Happening in Surakarta.
Yep, emang nggak abisnya drama di negeri +62 ini. Nggak cuman di kalangan pejabat publik, tapi juga di lingkungan kerajaan. Well, sejak beberapa hari kemarin nih, keluarga Kasunanan Surakarta lagi heboh menolak penetapan Putra Mahkota yang belum lama ini naik tahta, guys. So yes, kayak yang sering kamu liat di drakor Sageuk kesukaan kamu, drama perebutan tahta juga terjadi di real life.
Wait, I need some background.
You got it. In case you need some refresher, kamu pasti tahu kan meskipun negara kita adalah negara dengan sistem presidensial, cuman terdapat daerah yang punya otonomi khusus alias otonomi istimewa kan. Terus diperkuat lagi dengan UU Nomor 1 Tahun 1945 yang dengan tegas menyebut dua daerah istimewa di Indonesia adalah Yogyakarta dan Surakarta.
Terus terus?
Nah Jogja sampai sekarang masih berjaya tuh sebagai daerah istimewa dengan Sultan Hamengku Buwono X sebagai pimpinan mereka saat ini. Beda nasibnya sama Surakarta di mana berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah, Surakarta masuk ke dalam wilayah administratif Jawa Tengah and that being said, Kasunanan Surakarta kehilangan haknya sebagai daerah istimewa dan nggak dilibatkan lagi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Meskipun begitu, Kasunanan Surakarta Hadiningrat masih beroperasi sampai sekarang, masih ada rajanya, masih ada abdi dalemnya, sebagai bagian dari pelestarian budaya nasional.
I see….
Raja untuk keraton di Kasunanan Surakarta Hadiningrat sendiri sekarang adalah Sri Susuhunan Pakubuwana XIII yang udah bertahta sejak 2004 lalu. Kayak sistem kerajaan pada umumnya (Yang sering kamu liat di drakor-drakor Sageuk, lol), ada persiapan untuk regenerasi dan suksesi di mana dipilihlah putra mahkota yang dipersiapkan bakal jadi Raja Surakarta berikutnya. In that sense, setelah belasan tahun Keraton Surakarta mengalami gejolak perebutan tahta kekuasaan, sejak Februari lalu, dipilihlah GRM Suryo Aryo Mustiko atau KGPH Purboyo, putra tunggal Raja dengan Permaisurinya saat ini, GKR Pakubuwana, untuk menduduki tahta Putra Mahkota itu. Nah penetapan Putra Mahkota ini yang sekarang diperdebatkan dan menjadi konflik tersendiri bagi keluarga keraton, guys.
Emang kenapa?
Yha ada yang menolak Gusti Purbo jadi putra mahkota. Adapun penolakan itu dipimpin oleh Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta yang diwakili oleh GKR Koes Moertiyah aka Gusti Moeng, putri dari Pakubuwana XII. Menurut Gusti Moeng, Raja Pakubuwana XIII tuh udah keliru menetapkan KGPH Purboyo sebagai putra mahkota. Secara, Gusti Purbo ini sendiri emang bukan anak laki-laki tertua raja. Yep, sebelum beliau, ada lagi anak laki-laki lain yang dianggap sebagai anak laki-laki tertua raja dan bakalan lebih tepat kalau dia yang jadi Putra Mahkota, guys.
Oh boy. Beneran kayak drakor…
We know, rite. Nggak cuman soal urutan lahir, lebih jauh, menurut Lembaga Dewan Adat, penetapan putra mahkota ini emang nggak sesuai adat, guys. Yep, semua ini nggak terlepas dari penetapan Sang Permaisuri, ibu dari Gusti Purbo yaitu Asih Winarni aka GKR Pakubuwana yang pernikahannya dengan Raja udah menyalahi adat in the first place. Yep, sesuai ketentuan adat keraton, seorang permaisuri harus dinikahi dalam keadaan masih perawan, dinikahkan secara bhayangkari aka di Pendapa Sasana Sewaka, dan yang menikahkan adalah bapaknya. Nah sementara di case-nya GKR Pakubuwana tuh nggak gitu, guys. Makanya karena dari ibunya udah nggak sesuai aturan, maka anaknya juga nggak berhak jadi putra mahkota, ditambah the fact that ada lagi anak tertua raja yang lebih tepat mengisi tahta itu.
Tell me who that is?
So everybody, meet: GRM Suryo Suharto aka KGPH Mangkubumi, anak raja dari pernikahan sebelumnya. So dari sini, all eyes are on keraton, guys. Ada dua kubu gitu, antara kubu keraton VS kubu Lembaga Dewan Adat yang pengennya KGPH Mangkubumi aja yang naik tahta sebagai putra mahkota. In her words, Gusti Moeng bilangnya, “Penetapan putra mahkota bisa dibatalkan demi hukum. Hukum adat, hukum nasional, dan KGPH Mangkubumi emang udah terpilih oleh para abdi dalem dan sentono dalem.”
KGPH Mangkubumi sendiri ada tanggapan?
Hemmm okay…..
Ya ampun….
Okay.. Terus masalah keraton tadi gimana?
At least they talk nggak sih buat penyelesaiannya…
Okay. Anything else I should know?
KGPH Mangkubumi sendiri ada tanggapan?
Sampai berita ini diturunkan, belum ada keterangan langsung dari KGPH Mangkubumi, atau yang sekarang dialih namakan menjadi KGPH Hangabehi. Pengalihan nama ini dilakukan oleh Lembaga Dewan Adat yang menganggap putra tertua Raja nggak sepantasnya pakai nama Mangkubumi. Maka atas kesepakatan abdi dalem dan sentono, jadinya diganti deh tuh nama. Terkait apakah pengalihan nama ini juga ada hubungannya dengan suksesi raja ke depan, Gusti Moeng bilangnya gini: “Manusia bisa merencanakan tapi Allah yang menentukan.”
Hemmm okay…..
Balik lagi ke tahta putra mahkota, Jumat malam kemarin, sekitar 50 orang datang ke keraton dan bentrokan antar kedua kubu pun kejadian. Ada yang berusaha masuk, ada yang ngunciin dari dalem, gitu-gitu. Dari keterangan saksi, ada yang ditodong pakai pistol, ada yang dipukul pakai bambu, gitu-gitu. Dan sampai saat ini, pihak kepolisian masih mendalami kasus ini dan cari tahu apakah ada tindak pidana di sana.
Ya ampun….
Nah situasi makin runyam ketika pihak polisi yang mengamankan di sana diduga juga menodongkan pisau ke arah cucu Pakubuwana XIII, BRM Suryo Mulyo. Merespons hal ini, Polda Jawa Tengah pun konfirmasi bahwa hal itu nggak bener. Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Iqbal Alqudussy menyatakan nggak ada adegan penodongan pistol di tempat kejadian. Terus, Kapolresta Surakarta Kombes Iwan Saktiadi juga bilangnya aparat cuman ngelakuin tugas pengamanan sesuai permintaan aja. Pun kalaupun ada yang bawa pistol, pasti udah sesuai sama SOP, katanya gitu. Sebanyak empat orang anggota sekaran udah diperiksa sama Propam, gengs.
Okay.. Terus masalah keraton tadi gimana?
Pemerintah Kota Solo dan Polresta sih emang udah mengusahakan supaya ada mediasi antar kedua pihak atas konflik yang terjadi ini, guys. Cuman yha gitu, kubunya Pakubuwana XIII menilainya gini, “Ngapain ada mediasi segala ya. Wong pihak sebelah harusnya juga udah damai kok.” Yep, diketahui emang udah ada perjanjian perdamaian sejak tahun 2017 lalu dan sampai sekarang masih berlaku, termasuk Gusti Moeng sendiri tuh waktu itu tanda tangan, guys. Plus ada perwakilan pemerintah juga di situ. That being said, pihak keraton sih bilangnya kalau masih ada mediasi, wibawa dan derajat Raja Pakubuwana XIII tuh bisa turun, gengs. Jadi mending dibaca ulang isi perjanjian perdamaian itu.
At least they talk nggak sih buat penyelesaiannya…
Yep. Putra Mahkota KGPH Purboyo juga bilangnya gitu, guys. Dalam keterangannya, Gusti Purbo menyebut pihaknya siap melakukan musyawarah dengan Lembaga Dewan Adat. Karena dengan adanya musyawarah, ya diharapkan bisa ketemu lah solusinya untuk masalah ini. Masalah ini harusnya bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan kalau kata Gusti Purbo. Selaras dengan itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga bilangnya keluarga dan kerabat keraton tuh mending rembukan aja. “Wong ya mereka keluarga sendiri,” kata Pak Ganjar gitu. Menurut Pak Ganjar, musyawarah emang jalan terbaik untuk mengatasi konflik di lingkungan keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini.
Okay. Anything else I should know?
Fyi buat kamu yang lagi ada di Solo dan berencana mengunjungi keraton, hold your bucketlist karena dengan kejadian ini, Keraton Surakarta ditutup untuk wisatawan, guys. Hal ini of course disayangkan banget secara sekarang adalah musim liburan di mana Keraton Surakarta sendiri merupakan salah satu objek wisata andalan di Solo. Tapi yha mau gimana, pemerintah kota juga nggak bisa mengintervensi keluaarga kerajaan.