Admin
UTC
2 kali dilihat
0 kali dibagikan
Who’s just sending another warning?
Sumber foto: CNN.com
The UN aka PBB.
Warning on what?
On generational catastrophe (we thought that the translation is way too rough to be read this early in the morning so we’ll just put it as it is).
I know what catastrophe means.
OK. Nah, menurut Sekjen PBB Antonio Guterres, ancaman generational catastrophe ini tengah dihadapi hampir semua negara di seluruh dunia karena sekolah-sekolah yang tutup selama pandemi.
And??
And, menurut catatan PBB, sampe pertengahan Juli kemarin, ada 160 negara yang menutup sekolahnya. Hal ini berpengaruh terhadap lebih dari satu milyar pelajar di seluruh dunia, di mana setidaknya ada 40 juta anak yang jadinya nggak bisa mengikuti pendidikan pre-school. Padahal, menurut Guterres, pendidikan pre-school ini sangat sangat penting bagi perkembangan intelektual anak.
Oh no…
Yep, lebih jauh Guterres menjelaskan bahwa pas nggak ada pandemi aja, kita udah menghadapi krisis pendidikan. Nah sekarang ditambah lagi ada pandemi, kita juga jadi menghadapi generational catasthrophe yang menyebabkan terbuang sia-sianya potensi para pelajar, mundurnya progress pendidikan yang udah tercapai, sampe makin lebarnya jurang kesenjangan sosial.
🙁
Guterres juga bilang bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan anak-anak makin rentan atas resiko malnutrisi, pernikahan anak, hingga kesenjangan gender.
Terus gimana?
Yha jadinya kemarin, PBB baru aja meluncurkan kampanye “Save our Future” yang fokus ke empat hal, yaitu mengajak agar sekolah-sekolah untuk dibuka kembali, memprioritaskan pendidikan ketika mengambil keputusan, menargetkan para pelajar yang susah dijangkau, dan fokus ke kreativitas dan inovasi dalam metode mengajar.
Go on…
PBB juga menyebut bahwa kalau transmisi lokal Covid-19 udah bisa dikontrol, upaya agar sekolah bisa dibuka kembali harus menjadi prioritas utama. Selain itu, diperlukan juga adanya konsultasi dengan orang tua murid, pengasuh, guru dan anak sebelum kebijakan diambil.
Catch Me Up! on school reopening.
Well, it has been a heating up debate everywhere. Di Amerika Serikat, guru-guru banyak yang demo karena pemerintah belum punya aturan yang jelas soal gimana kalo ada pelajar yang positif Covid-19, secara sekarang anak-anak di sana udah back to school. Meanwhile, di Indonesia, kebijakan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) juga memunculkan perdebatan mengingat keterbatasan akses internet dan biaya pulsa yang belum tentu semua keluarga bisa afford. Selain itu, banyak juga terjadi perbedaan pendapat di level pemerintah terkait pembukaan sekolah yang ada di zona hijau.