Good morning
The news has been crazy, everyone. From Pilkada to the latest India's election, we got you all covered. On top of that, we want to remind you again to get more people informed by subscribing to our newsletter here. Go ahead!
When everyone is talking about: Kaesang Pangarep…
Let’s talk.
Apa rasanya punya bapak presiden, abang wapres terpilih, abang ipar wali kota, plus PAMAN di MK? Apa nggak tergiur mau punya jabatan juga? Well, coba tanya Kaesang Pangarep deh, guys. Soalnya nih, Mas Kaesang disebut-sebut bakal maju di Pilgub Jakarta November mendatang. Masalahnya adalah, yang tadinya aturannya Mas Kaesang nggak bisa maju, sekarang jadi bisa. So now, all eyes are on: Komisi Pemilihan Umum.
Hold on, I need some background.
You got it. Jadi guys, semua pembahasan soal Kaesang ini bermula sejak publik mulai rame ngomongin soal Pilkada Serentak yang bakal digelar pada November mendatang. Of course, sebagai anak Presiden Joko Widodo yang punya abang udah sukses jadi wakil presiden terpilih, dan abang ipar yang sukses jadi wali kota Medan, bahkan masuk bursa Calon Gubernur Sumatra Utara, nama Kaesang nggak lepas dari perhatian dong. “Kaesang ikutan Pilkada nggak nih?” gitu lo.
Ikut kan?
The thing is, the brothers Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep ini case-nya kurang lebih sama, guys. Iya, waktu zaman Pilpres kemaren, usia Mas Gibran kan belum cukup 40 tahun sesuai yang ditentukan dalam UU Pemilu kan. But, we all know the ending, rite? Mahkamah Konstitusi yang pada saat itu diketuai pamannya Gibran, Anwar Usman, kemudian mengubah syarat usia capres-cawapres. Nah sekarang, menjelang Pilkada, kejadian lagi ubah mengubah aturan ini, guys.
Gimana gimana?
Iya, Kamis minggu lalu, Mahkamah Agung mengabulkan permohonan terkait batas usia calon kepala daerah. Yep, in a nutshell, dalam putusannya kemaren, MA memerintahkan KPU untuk mengubah peraturannya dari: Berusia minimal 30 tahun untuk Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur terhitung sejak PENETAPAN PASANGAN CALON, menjadi: Berusia minimal 30 tahun untuk Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur terhitung sejak PELANTIKAN PASANGAN CALON TERPILIH. Mas Kaesang, yang notabene baru bakal berusia 30 tahun 25 Desember mendatang ofc diuntungkan dengan putusan ini, gengs. Bisa jadi calon gubernur/calon wakil gubernur dia.
Asikk lancar jaya membangun dinas…. *sebagian teks hilang*
Dinasssss pertanian maksudnya kann? iya kannn? Eh tapi, kalo yang kamu maksud adalah dinasti kekuasaan, ternyata Itu juga yang ada di pikiran pengamat politik UIN Jakarta, Zaki Mubarak. Dalam statement-nya pada Rabu kemarin Pak Zaki udah nggak kaget kok kalo putra bungsu Presiden Jokowi bakal santer ada di bursa Pilkada Jakarta. Kata Pak Zaki sih, ini udah jadi bagian dari desain bapaknya (which is Presiden Jokowi) buat membangun politik dinasti. In his words, Pak Zaki bilang, “Muncul dan beredarnya nama Kaesang bagian dari desain Pak Jokowi membangun politik dinasti.”
Ketara banget jujur…..
We know, we know. Secara, dengan adanya putusan ini, banyak pihak menilai ini tuh sama aja kayak kasih karpet merah ke Kaesang ikutan Pilkada, sama kayak case Gibran kemaren eheheh. Nah, menjawab hal ini, Komisioner KPU August Mellaz bilang mereka arahnya nggak ke situ. In his words, Pak August bilang, “KPU secara prinsip tentu berpegang teguh pada aturan dan kemudian kalau ada semacam tudingan bahwa putusan ini punya pretensi kepada seseorang, percayalah KPU tidak akan masuk wilayah ke sana.”
HMMMM….
Lebih jauh, Pak August sendiri menyebut pihaknya menghormati kewenangan setiap lembaga yang ada di Indonesia, termasuk Mahkamah Agung. That being said, terkait dengan putusan MA tadi, Pak August bilang saat ini pihaknya masih melakukan proses harmonisasi, guys. Biar peraturan KPU dan Putusan MA juga bisa sinkron.
Kalau dari KPU udah fix, Kaesang fix maju ga nih?
Buat menjawab ini, better kita tanyain langsung ke Mas Kaesang nggak sih? Soalnya Selasa kemarin nih, Mas Kaesang masih belum mau jawab dirinya bakal maju atau nggak di Pilkada Jakarta besok. Katanya, kita masih disuruh nunggu kejutan dari PSI sampe bulan Agustus besok. Jadi yah masih abu-abu juga nih kayaknya Mas Kaesang buat maju di Pilkada Jakarta.
Bapaknya pasti ngomong something, rite?
Iya lagi. Jadi menanggapi rame-rame bursa Kaesang di Pilkada Jakarta, Presiden Jokowi lewat kesaksian Ketum PAN, Zulkifli Hasan sempet merespon, ‘waduh’ dan ‘jangan’ ke Pak Zulhas, guys. Hal ini di-spill langsung sama Pak Zulhas pada Senin kemarin ketika doi nanya soal chance Kaesang di Pilkada Jakarta ke Presiden Jokowi seusai rapat dengan beliau.
Ntar kayak kasus kakaknya lagi…
We don’t know until the day pendaftaran Pilkada Jakarta, guys. Cuma ya again, pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin masih menilai, Jokowi effect dan Prabowo effect penting banget buat menangin Kaesang misal jadi buat maju di Pilkada Jakarta. Soalnya kata Pak Ujang, Kaesang tuh belum punya kontribusi politik apa-apa di Jakarta. Maka dari itu, peran Pak Jokowi sebagai eks Gubernur Jakarta sekaligus Pak Prabowo sebagai Presiden terpilih jadi faktor yang penting banget buat Mas Kaesang maju.
I believe isu ini rame buat elit politik.
Rame. Banget. Soalnya begitu MA mengubah aturan usia yang memungkinkan Kaesang buat maju Pilgub, Jubir Badan Pemenangan Pilkada PDIP, Aryo Seno Bagaskoro amat menyayangkan keputusan tersebut jika praktik perubahan terus dilakukan buat kepentingan penguasa. Kata Pak Aryo sih, negara ini perlu aturan main yang disepakati bersama dan nggak diubah-ubah untuk kepentingan satu-dua orang. Lebih lanjut, Pak Aryo bilang, “Apabila budaya mengubah aturan terus menerus dilakukan di masa injury time, ini menjadi bentuk yang tidak baik.”
Jadi PDIP fix nolak Kaesang nih?
Surprisingly, nggak juga guys. Soalnya kemarin banget nih, Ketua DPP PDI Perjuangan, Said Abdullah menilai chance Kaesang di Pilgub Jakarta tuh juga menarik, guys. “Kaesang juga menarik, kata siapa bagi PDIP tidak menarik,” gitu kata Pak Said. Lebih lanjut, Pak Said juga made sure bahwa sekarang ini PDIP nggak menafikan siapapun serta lagi nggak dalam konteks untuk memusuhi siapa pun.
LAH???
Well, nggak cuma PDIP aja ternyata yang tertarik ngeliat Kaesang ada di bursa Pilgub Jakarta. Bebarapa parpol kayak Nasdem dan PKB tuh masih wait and see ngelihat dinamika bursa Pilgub di Jakarta ini, guys. Nasdem sendiri lewat Sekretaris Pemenangan Pemilu, Willy Aditya bilangnya nggak ada masalah dengan adanya nama Kaesang di bursa Pilgub Jakarta ini. Terus kalo PKB lewat Ketua Desk Pilkada, Abdul Halim Iskandar bilangnya siap menerima siapapun asal ya memenuhi syarat.
Hhmmm.. anything else I should know?
Well, ketertarikan PDIP sama Mas Kaesang tuh ternyata juga dirasain sama Gerindra, guys. Selasa kemarin, Wakil Ketum Gerindra, Habiburokhman bilang bahwa Kaesang tuh bukan cuma anak presiden aja, tapi juga anak muda yang smart, jadi ketua partai, serta udah ikut all out dukung Prabowo-Gibran di Pilpres kemarin. Lebih lanjut, Pak Habiburokhman bilang, “Pertimbangkan atau tidak kan kalau sudah diusulkan secara resmi. Tapi masuk akal menurut saya Kaesang itu kalau mau maju pilkada. Istilahnya kalau kita menjahit baju, bahannya bagus, potongannya juga bagus."
Now, to the drama of SYL trial.....
Part II.
Yep, bear with us karena kita masih bakal ngebahas lanjutan dari sidang dugaan kasus korupsi yang dilakukan mantan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo. Kemaren banget nih, anaknya SYL Indira Chunda Thita dan Bendahara Umum Partai NasDem, Ahmad Sahroni akhirnya dihadirkan sebagai saksi, guys. Drama deh, bahkan sampe nangis-nangis segala.
Whatt???
Iya. Gini gini, to give you some refresher, kasus dugaan pemerasan dan gratifikasinya Syahrul Yasin Limpo tuh kan sampai hari ini masih terus berlanjut ya. Udah berapa kali sidangnya digelar di PN Tipikor, Jakarta. Adapun dari persidangan sebelumnya yang menghadirkan pegawai-pegawai Kementerian Pertanian, akhirnya terungkap kalo anak-anaknya SYL tuh sering minta bayarin ini itu, reimburse sana sini, untuk kebutuhan pribadi. Anaknya ini, salah satunya adalah seorang politisi NasDem atas nama Indira Chunda Thita. (Read the full story here).
Okay….
Nah, sebagai bahan pertimbangan hakim dalam mengusut kasus ini, akhirnya kemaren banget nih, Bu Thita dihadirkan ke persidangan untuk dimintai keterangannya, guys. Yang harus kamu tahu di sini adalah, kehadiran Bu Thita di persidangan ini sekaligus juga nge-cross check keterangan yang disampaikan saksi-saksi sebelumnya, kalau dari versinya Bu Thita gimana.
Misal….
Misalnya di sidang 15 Mei lalu, Sesditjen Tanaman Pangan Kementan, Bambang Pamuji kan dihadirkan sebagai saksi ya, Nah waktu ditanya hakim terkait pembayaran stem cell senilai Rp200 juta, Pak Bambang bilang itu permintaan dari Bu Thita, guys. Selain itu, ada juga pembayaran sound system senilai Rp21 juta yang disebut dibeli oleh Bu Thita. Kemaren, keterangan Pak Bambang dikonfirmasi lagi ke Bu Thita iya apa enggak.
Dan gimana menurut Bu Thita?
Ya doi membantah, guys. Yep, jadi kemaren majelis hakim yang diketuai Rianto Adam Pontoh tuh nanya, “Kenal nggak sama Bambang Pamuji?” katanya nggak kenal. Terus ditanya lagi “Pernah nggak minta bayarin stem cell Rp200 juta?” dijawab juga enggak pernah. Nggak sampe di situ, Hakim Rianto terus mencecar Bu Thita gini, “Kalau stem cell sendiri, saudara pernah?” Jawabannya ya gitu, “Tidak pernah, Yang Mulia”.
HMMMM….
Mendengar kesaksian Bu Thita begitu, ofc yang di pikiran kita, “Lah jadi kesaksian Pak Bambang kemaren gimana? Ini siapa yang bohong sih?” gitu kan. Gitu juga yang disampaikan majelis hakim, guys. Karena kalau menurut Bu Thita itu nggak pernah terjadi, meaning namanya tercemar dong di sini. Makanya ditanya sama hakim, “ Mau melapor nggak?” Since Bu Thita sebenarnya juga ada hak untuk itu. Nah tapi di situ, Bu Thita-nya malah nangis masa.
Drama banget jujur....
We know rite. While doi nangis di situ, Hakim Rianto be like, “Ngapain pake acara nangis sik?” gitu kira-kira. Maksudnya Pak Hakim, ya nggak perlu lah pake nangis-nangis segala. Secara kan semuanya udah terjadi, udah dibuka ke publik semua. Udah diliput dari awal, dan faktanya emang kayak gitu. Jadi yaa.. ngapain???
Is that it?
Belum selesai, beb. Masih soal hakim yang terus mencecar Bu Thita, Hakim Rianto Adam Pontoh kemaren juga sempat nanya tuh, ketika udah settle begini, udah berkeluarga, udah berkarier, apakah masih masih minta duit ke orang tua? Dijawab tidak selalu tuh, guys. Bu Thita juga disebut masih suka dikasih hadiah sama bapaknya alias SYL. Yang terbaru, doi pernah dibeliin jaket senilai Rp46.3 juta.
Wow….
Nggak cuma soal jaket, kemaren sempat dibahas juga soal perawatan ke dokter kecantikan. Nah di sini pertanyaan hakim rada intens nih, guys. Soalnya Bu Thita jawabnya, “Nggak tahu," atau “Nggak pernah” mulu. Iya, kayak misalnya ditanya “Kalau pergi perawatan ke dokter kecantikan, siapa yang bayar?” Dijawabnya “Saya tidak tahu, Yang Mulia." Tapi waktu ditanya “Biayanya berapa itu ke dokter kecantikan?” Bu Thita jawab “Yang bapak saya gunakan Rp30 juta."
Okay…
Rp30 juta ya. Keep that on mind. Itu waktu doi pergi berdua sama SYL. Terus hakim nanya lagi, kan pernah tuh Bu Thita, anaknya, Bibi, dan Pak SYL, pergi treatment bertiga. Hakim coba confirm, “Itu bayarnya Rp45 juta. Tahu nggak saudara?” dijawab tidak tahu. Well, in case you’re puzzled di bagian ini, angka Rp45 juta ini bisa keluar karena di awal Bu Thita bilang sekali treatment Rp30 juta. Meaning itu buat dia dan SYL. 1 orang Rp15 juta. Nah kalau ditambah satu orang lagi si Bibi, ya tinggal tambahin aja Rp15 juta lagi jadi Rp45 juta.
Tapi katanya buat bapaknya doang Rp30 juta?
Yhaa Bu Thita sih bilangnya dia emang nggak ikut treatment, nggak ada tindakan. Tapi kalau menurut hakim, ya emang dianya aja yang nggak mau jujur, guys. Makanya kemaren Bu Thita sempat diultimatum tuh sama hakim. Diultimatum kalau harus jujur since dia juga udah disumpah sebagai saksi, kan. Dan saksi lain juga udah speak up. Jadi yaa nggak ada gunanya juga nutup-nutupin apalah apalah. Jangan nyusahin diri sendiri deh kalau kata yang mulia hakim.
Iya nih. Jujur dong…
We’ll leave it to Bu Thita herself deh ya. Sekarang kita mau bahas kesaksiannya Bendahara Umum Partai NasDem, Ahamd Sahroni, yang kemaren juga dihadirkan di persidangan. Case-nya sama kayak Bu Thita, yaitu nge-cross check lagi keterangan dari saksi-saksi sebelumnya yang udah dihadirkan di persidangan. Yep, di persidangan yang lalu, Wakil Bendahara Umum Partai Nasdem, Joice Triatman kan sempat dihadirkan kan. Nah di kesempatan kemaren, statement Bu Joice banyak di-counter sama atasannya sendiri itu, guys.
Gimana contohnya?
Iya, di persidangan yang lalu, Bu Joice tuh sempat ngomongin soal sayap organisasinya NasDem, Garda Wanita Malahayati pimpinan Bu Thita. Di mana di Garnita ini, beberapa waktu lalu sempat ngadain berbagai kegiatan kayak bagi-bagiin sembako, telur, dan hewan kurban ke 34 provinsi di Indonesia. Dalam penuturannya, Bu Joice bilang kegiatan itu selalu dirangkum dan dilaporkan ke Surya Paloh selaku Ketua Umumnya NasDem, gengs.
Ada tapinya nggak nih?
Ada. Tapi, dari kesaksiannya Bang Roni. Bang Roni membantah semua yang dibilang Bu Joice tempo hari. Iya, karena Bang Roni bilang dia udah nanya langsung ke Pak SP dan Pak SP bilang, “Enggak ada." That being said, segala kegiatan Garnita itu, Partai NasDem nggak terlibat sama sekali. Bu Thita selaku ketua cuma koordinasinya sama orang-orang di Kementerian Pertanian aja, guys.
I heard NasDem sampe ngembaliin duit ke KPK ya?
You heard it right. Masih dari statement-nya Ahmad Sahroni, Bang Roni menyebut pihaknya udah mengembalikan dana sebesar Rp860 juta ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Dana Rp860 juta ini diketahui berasal dari Kementerian Pertanian yang dipake buat acara penyerahan berkas caleg ke KPU di Pemilu kemaren. Nah tahu itu duit nggak beres, maka sebagai bendahara umum, Bang Roni kemudian balikin duit itu ke kPK.
I see. Wrap it up pls!
Jadi ya gitu intinya, guys. Emang rada puyeng ngikutin kasus korupsi yang satu ini, bukan? Tenang, perasaan kamu valid kok. Karena nggak cuma kita, Ketua Umumnya NasDem, Surya Paloh, juga disebut udah capek banget ngikutin segala pemberitaan dugaan korupsi kadernya ini. Hal ini legit disampaikan Bang Roni di persidangan kemaren. “Ketua umum sudah capek, Yang Mulia,". katanya.
Kami juga capek. Yang Mulia!!!
Now, newest updates on the biggest democracy in the world...
India.
Namanya politik dan demokrasi emang selalu penuh kejutan, ygy. Nggak cuma di Indonesia, drama politik di seluruh dunia juga selalu seru banget buat diikutin. Contohnya kayak Pemilu di India nih di mana setelah KPU-nya India menggelar pemilu maraton selama enam pekan, akhirnya mereka ngumumin hasil Pemilu yang beberapa di antaranya berada di luar dugaan. Mulai dari kekalahan petahana di wilayah basis suara mereka sampe suara aliansi partai oposisi yang justru meningkat pesat.
Interesting. Tell me everything.
You got it. Jadi udah dari 19 April kemarin, India udah mulai buat ngadain Pemilu buat milih para anggota Parlemen. FYI aja nih, Pemilu di India tuh jadi ajang demokrasi terbesar di dunia karena ada sekitar 970 juta pemilih. Kalo dibandingin sama Indonesia mah, jumlah ini bisa empat kali besar di mana Indonesia cuma punya 204 juta pemilih pada Februari kemarin. Jadi yah nggak heran sih kalo KPU-nya India sampe menyelenggarakan Pemilu selama enam pekan.
Wew, lama banget.
Yha tau sendirilah, sekarang tuh India jadi negara dengan penduduk terbesar di dunia. Terus kamu perlu tau dulu nih kalo sistem Pemilu di India tuh nggak sama persis kayak di Indonesia. Meskipun Pemilu kemarin digelar buat memilih para anggota parlemen, tapi Pemilu ini tuh bakal berpengaruh sama siapa yang bakal jadi Perdana Menteri India selanjutnya. Soalnya kalo di India tuh, penunjukan Perdana Menteri bakal dilakuin sama para anggota parlemen yang dipilih langsung sama masyarakat India pada Pemilu kemarin.
Impact-nya gede juga...
Memang. Nah terus belum lama ini, KPU-nya India udah fixed dan ngumumin hasil Pemilu di India, guys. Jeng-jeng-jeng, Bharatiya Janata Party aka BJP aka partai incumbent yang dipimpin sama Perdana Menteri India, Narendra Modi berhasil kembali dapet jatah parlemen paling banyak dengan 240 kursi. Meskipun paling banyak, jumlah ini mengalami penurunan drastis di mana pada 2019 lalu tuh BJP punya 303 kursi di Parlemen India. Terus juga syarat buat membentuk pemerintahan di India tuh minimal punya 272 kursi di parlemen. Jadi yah meskipun BJP dapetin kursi paling banyak di parlemen, jumlahnya masih kurang tuh dari syarat minimal pembentukan pemerintahan di India.
Terus gimana dong?
Tenang, jalan keluarnya nggak sampe harus mengubah konstitusi kok *uhuk. Soalnya dari sebelum Pemilu lalu tuh BJP udah ngejalin koalisi sama beberapa partai politik di India. Mereka membentuk koalisi partai politik dengan nama National Democratic Alliance aka NDA dan berhasil dapet dapet suara di parlemen sebanyak 293 kursi. Dengan jumlah ini ofc Modi dan koalisinya secara konstitusi udah berhak buat membentuk kembali pemerintahan di India sekaligus menjadikan Modi sebagai Perdana Menteri India untuk masa jabatannya yang ketiga.
Emang lawannya Modi kemarin siapa sih?
Everybody meet: Indian National Developmental Inclusive Alliance aka INDIA yang memposisikan diri sebagai koalisi partai oposisi pemerintah. Nah meskipun jumlah suara koalisi ini masih kalah sama suara yang didapetin Modi CS, tapi koalisi INDIA tuh surprisingly berhasil mengejutkan semua pihak dengan dapetin 232 suara. Jumlah ini ofc menggerus banyak banget suara NDA yang sampe harus berkoalisi dulu buat bisa membentuk pemerintahan.
Whoaaaa...
Nah terus guys, kalo misal di Indonesia ada Jabar-Jateng-Jatim yang jadi kunci kemenangan parpol di Pemilu, India punya negara bagian bernama Uttar Pradesh yang ditinggali sama lebih dari 240 juta penduduk. Nah di negara bagian itu, koalisi INDIA surprisingly bisa dapet 43 kursi parlemen dan ngalahin perolehan kursi BJP yang cuma dapet 33 kursi doang. Terus kamu juga perlu shock begitu tau BJP juga kalah di wilayah Faizabad di mana pada Januari kemarin, Modi baru aja meresmikan Kuil Ram yang begitu mewah di atas reruntuhan Masjid Babri. So, bisa dibilang koalisi ini udah berhasil buat merangkul para usual voter, komunitas muslim, serta kelompok-kelompok marjinal lain di India.
Anyone said anything about that?
Ofc ada dong. Jadi begitu tau hasil resmi Pemilu, Perdana Menteri Modi pada Selasa kemarin langsung bikin pidato kemenangan di depan para pendukung dan koalisi partai politiknya. Meskipun jumlah kursi parlemen yang mereka dapet nggak sesuai target dan turun drastis dibanding Pemilu 2019 lalu, tapi Modi tetep bangga tuh masih bisa memimpin India untuk ketiga kalinya. In his words, Modi bilang, “Today’s victory is the victory of the world’s largest democracy.”
Got it. Anything else I should know?
Well, tergerusnya suara BJP pimpinan Modi di beberapa wilayah di India bisa jadi gara-gara masyarakat India yang nggak begitu puas sama kondisi ekonomi India selama Modi menjabat. Soalnya dari data valid yang dihimpun di India, pada era kepemimpinan Modi tuh jumlah jutawan makin bertambah banyak, meanwhile para fresh graduate dan orang-orang muda di India pada susah cari kerja. Hal ini ofc menambah banyak para pengangguran di negara dengan jumlah penduduk paling banyak di dunia.
Itu mah di kita juga ga sie....
When surgical castration option has been approved…
By Louisiana lawmakers.
We got some good news from negara bagian Louisiana, US di mana anggota parlemen di sana baru aja menyetujui hukuman pengebirian bedah buat siapa aja yang terbukti ngelakuin kejahatan seks terhadap anak-anak. Iyesss, jadi Senin kemarin, anggota parlemen di Lousiana udah sepakat buat mengesahkan RUU yang ngasih hakim opsi untuk menghukum para penjahat pedofilia untuk dapet hukuman pengebirian bedah. Sekarang tinggal nunggu waktu aja buat Gubernur Louisiana buat mengesahkan RUU ini menjadi peraturan yang bisa dilakukan di negara bagian tersebut.
Langkah ini ofc jadi yang paling berani diambil anggota parlemen US ketika Louisiana bakal jadi negara bagian US pertama yang akan segera menghukum para penjahat pedofilia dengan hukuman pengebirian bedah. Kebanyakan negara bagian US macem California, Florida, dan Texas udah netapin hukuman kebiri kimia buat para pelaku pedofilia terhadap anak-anak. Buat yang nggak tau, hukuman kebiri kimia tuh punya jangka waktu tertentu yang bisa by request, guys. Bisa cuma untuk beberapa bulan atau bahkan tahunan ajah. Nah kalo kebiri bedah tuh bakal bersifat permanen. Nah mengingat ada lebih dari 2.200 kasus kejahatan seks terhadap anak-anak di Louisiana, maka anggota parlemen di sana menilai aturan ini perlu diterapkan biar ngasih efek jera buat para pelaku.
"Untuk dikomentari sudah membuat mual,"
Gitu guys kata Mantan Menko Polhukam Mahfud MD pas ditanya soal tanggapannya atas putusan Mahkamah Agung (MA) yang mengubah aturan soal batas usia kepala daerah untuk Pilkada mendatang. Menurut Prof Mahfud selain bikin mual, perubahan aturan itu juga cacat etik, cacat moral, dan cacat hukum. Jadi kalo kayak gitu sebenernya bisa juga untuk ngga usah dilaksanakan.
Same feeling, Pak. Same feeling...
Announcement
Thanks to Readers and someone for buying us coffee today :)
Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here...just click here. Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!
Catch Me Up! recommendations
Repeat after us: You need to take better care of your mental health.