Mendekati Natal dan Tahun Baru gini, kayaknya udah banyak orang yang rencanain mau healing or just make short trip vacation gitu ya. Apalagi kalo kamu masih punya jatah cuti yang belum kepake tahun ini, ya better dipake ajalah dari pada mubazir, wkwkwk. Apapun kegiatan yang kamu mau lakuin di akhir tahun ini, saran mimin tetep stay safe and healthy ya. Soalnya nih ternyata, kasus Covid-19 di Indonesia dan di beberapa negara lain tuh lagi cenderung naik, guys.
Kalo soal itu, kemarin banget nih, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi ada kasih statement soal kenaikan kasus Covid-19. Kata Ibu Siti, adanya subvarian baru Covid-19 jadi salah satu penyebab naiknya kasus Covid-19 akhir-akhir ini. Everybody meet: varian baru Covid-19 bernama Eris atau EG.5 dan EG.2 yang lagi happening di Indonesia.
Selain memperketat pemeriksaan masuk ke Indonesia, Kemenkes lagi bener-bener campaign soal vaksinasi dan tes Covid-19, guys. Yep kalo soal vaksin mah, kita tau yah kalo dari Kemenkes sendiri emang nganjurin buat tiap masyarakat Indonesia memenuhi dosis primer dan booster. Selain itu, penting juga tes Covid-19 buat orang-orang yang lagi batuk dan flu. Biar ya kalo kamu emang kena tuh virus, kamu nggak sembarangan nularin ke orang lain juga, guys.
BTW, emang stock vaksin masih ada?
Masih dong. Hal ini dikopnfirmasi juga sama Pak Maxi yang bilang pihaknya terus memastikan semua puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya masih
punya stock vaksin Covid-19.
In his words, Pak Maxi bilang, “Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten Kota agar memastikan semua Puskesmas dan Fasyankes lainnya yang berada di wilayah kerjanya tetap memberikan pelayanan Vaksinasi Covid-19, dan memastikan ketersediaan vaksin.”
So, ayo yang dosis vaksinnya belum lengkap, buruan lengkapin dulu.
Got it. Now, wrap it up please.
Well, nggak cuma Kemenkes doang nih yang lagi memantau kenaikan kasus Covid-19. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Sandiaga Uno juga baru-baru ini kasih
warning buat masyarakat Indonesia buat
healing di Indonesia dulu aja. Senin kemarin, Mas Sandi bilang gitu dan
mention juga soal kasus positif di Singapura yang emang lagi tinggi. So kata Mas Sandi sih, yha dari pada mahal-mahal ke Singapura, mending di Indonesia aja yang relatif aman, gitu.
When our government keeps doing the best….
For Rohingya’s refugees.
Guys, pernah nggak sih kamu lagi banyak masalah nih, eh terus udah ada masalah lain. Terus, kalau udah begitu, jalan keluarnya apa coba? Ya
call a friend alias minta bantuan dong. Yep, ini yang sekarang lagi dilakukan sama pemerintah Indonesia yang lagi menghadapi isu pengungsi Rohingya. Karena baru aja Senin kemarin nih, Menteri Luar Negeri
Retno Marsudi ketemuan sama komisionernya Dewan Tinggi PBB yang spesifik ngurusin pengungsi,
which is United Nations High Commisioner for Refugees aka UNHCR, buat cari jalan keluar terhadap krisis ini.
I need some background.
You got it. Jadi
as we all know pengungsi Rohingya yang terus berdatangan ke Indonesia tuh kan udah jadi masalah ya, guys di sini. Secara, kapal-kapal mereka terus mendarat di Aceh, warganya ada yang turun, terus susah disuruh cabs lagi. Padahal, masyarakat Aceh-nya sendiri udah ogah banget menerima mereka. Iya, pengungsi Rohingya ini dinilai sering bikin ulah di Aceh sana,
guys. You name it, se-simple kayak mematuhi norma dan adat Aceh aja mereka dinilai nggak bisa. Belum lagi tindak kriminal lain mulai dari pemerkosaan, pencurian, sampai yang paling parah…
Perdagangan orang.
WHATTT?? Seriusan??
Yoi. Hal ini juga yang jadi concern-nya Presiden Joko Widodo, guys. Dalam keterangannya beberapa waktu lalu, Pak Presiden menyebut bahwa ada dugaan tindak pidana perdagangan orang aka TPPO kuat terjadi di Aceh, dan melibatkan pengungsi Rohingya. Apa nggak ketar-ketir tuh warga?? That being said, Pak Jokowi langsung kasih instruksi bahwa pelaku TPPO ini harus segera ditindak tegas. In the meantime, Pak Jokowi juga kasih instruksi buat buruan deh tu tektokan sama UNHCR, Dewan PBB yang khusus nanganin pengungsi, supaya buruan kelar masalah pengungsi Rohingya di negeri Wakanda, eh, no more Wakanda ini guys.
HMMM rempong.
Ya iya, tapi perlu kamu tahu juga nih bahwa peran negara emang harus ada dalam penyelesaian krisis ini guys. Yep, sesuai yang tertuang dalam Peraturan Presiden
Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri, Indonesia tuh kudu turut andil menangani pengungsi. Mulai dari pengamanan, penampungan, pengawasan, sampai kerja sama. Nah pengamanan, penampungan, pengawasan, kan udah checked nih kita. kerja sama ini yang kemudian coba dijalankan Indonesia dengan UNHCR. Biar berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Jadi kita nggak repot sendirian gitu ehehehehe.
I see. Terus gimana prosesnya?
Adapun prosesnya udah berlangsung dari Senin kemaren. Menteri Luar Negeri RI, Bu Retno Marsudi, udah meeting sama Komisioner UNHCR, namanya Filippo Grandi. Dalam pertemuan yang digelar di Jenewa, Swiss, itu Bu Retno ceritain lah dari A-Z pengungsi Rohingya di Indonesia keadaannya kayak apa. Di situ baru deh Bu Retno bilang kalau Grandi ngerti banget masalahnya gimana. Lebih jauh, pihak UNHCR janji bakal berusaha semaksimal mungkin buat bantu masalah ini cepetan kelar, guys. Salah satunya, kasih bantuan buat para pengungsi Rohingya.
Bantuan mah kita juga ngasih. Tapi kan mereka masih kekeuh di sini….
Nah soal itu juga. Dalam pertemuan kemaren itu, Bu Retno juga nge-
bring up soal
The 1951 Refugee Convention.
To give you some context, The 1951 Refugee Convention ini adalah aturan yang ditetapkan PBB di mana negara yang meratifikasinya wajib menerima para pengungsi. Kasih program pelatihan, nyediain sekolah, akses kesehatan, sampe akhirnya bisa berintegrasi sama negara barunya, atau in some cases, kalo mau dibalikin ke negaranya juga ada prosedur-prosedur yang lebih teratur lah.
HMMMM……
Contohnya negara penerima tuh kayak Jerman yang banyak nerima pengungsi dari Timur Tengah, atau Amerika Serikat yang nerima pengungsi dari Amerika Latin. Nah, the problem is Indonesia tuh engga ikut ratifikasi, jadi kita bebas dari aturan-aturan tadi. That being said, dalam kesempatan kemaren Bu Retno ngomong “Pls negara-negara yang ikutan ratifikasi, do something dong. Ngapain kek, buka resettlement kek. Biar beban pengungsi tuh nggak geser ke negara lain kayak Indonesia gini” ceunah.
Nggak beban juga nggak sih sebenernya…. Eh, apa iya?
Well, kalau menurut perwakilan UNHCR, sejauh ini pengungsi Rohingya tuh
nggak jadi beban kok buat pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Daerah Aceh. Yep, disampaikan oleh Faisal Rahman, Protection Associate di UNHCR, penanganan pengungsi Rohingya di Aceh tuh nggak membebani keuangan Pemda, gengs. Segala kebutuhannya semua, disalurkan lewat berbagai program kerja sama yang udah dilakukan dengan masyarakat. Jadi ya gitu deh.
So, where are we going from here?
Ya nunggu apa tindakan UNHCR dan pemerintah terkait hal ini. In the meantime, Bang Faisal sendiri sih berharapnya semua stakeholder di sini tuh bisa duduk bareng gitu lo, “Apa nih yang bisa kita lakukan, guys?” Biar dari sisi kemanusiaan kita checked, terus at the same time juga bisa ikut mengurangi rasa kekhawatiran masyarakat lokal. On the other side, PJ Gubernur Aceh Achmad Marzuki menyebut pihaknya bakal tetap patuh ke Perpres Nomor 125 Tahun 2016 tadi, dengan tetap nge-provide lokasi penampungan buat para pengungsi. Jadi ya again, balik lagi keputusannya ada di Pemerintah Pusat, gengs. Aceh ngikut aja gitu.
Got it. Anything else?
FYI dari beberapa waktu lalu pemerintah kita kan udah clear and square ya bahwa kita tetap bakal mengedepankan kepentingan masyarakat lokal, abis itu baru ngurusin pengungsi. Kepentingan masyarakat lokal ini yang kemudian kudu jadi concern kita bersama kan, khususnya di Aceh since penampungannya paling banyak di sana. Nah tapi, kalau menurut Menko Polhukam, Mahfud MD, nggak cuma Aceh yang bakal jadi lokasi penampungan di sini, gengs. Tapi juga
Riau dan Sumatera Utara. Iya, dalam keterangannya Senin kemaren, Pak Mahfud menyebut bakalan ada Musyawarah Pimpinan Daerah buat 3 daerah itu, yang hasilnya bakal menetapkan di mana nih lokasi penampungan sementara buat para pengungsi Rohingya. Either itu tetap di Aceh, Riau, atau Sumatera Utara. Jadi yaa.. Let’s see deh.
Now, some update on Gaza, zooming on: Healthcare.
That’s more and more collapsing..
Beraaaaat banget guys hidup di Gaza saat ini. Emang bener kali ya kata Pak Prabowo, bersyukur Indonesia tetep aman (yatapi yatapiiii). Anyway guys, kamu pasti udah tahu bahwa genosida membabibuta yang dilakukan Israel udah bikin kondisi di Gaza rungkad, dan layanan healthcare di sana ancur-ancuran.
Yep, go on…
Nah,
collapse-nya segala sistem kesehatan di Gaza saat ini tuh bener-bener parah,
guys. Hal ini diceritakan langsung sama perwakilan WHO yang sekarang berada di Gaza bernama
Richard Peeperkorn. Kata Richard, segala bantuan kemanusiaan yang dikirim ke Gaza tuh udah bener-bener nggak mencukupi kebutuhan lagi.
“The humanitarian support system is on the verge of falling apart,” gitu kata Peeperkorn.
Tell me more!
OK. Jadi Peeperkorn yang udah dua pekan ini ada di Gaza melaporkan bahwa tinggal tersisa sebelas dari 36 rumah sakit yang masih beroperasi di Gaza. Sebelas rumah sakit ini rata-rata ada di wilayah Gaza selatan dengan perbandingan sepuluh rumah sakit di wilayah Selatan dan satu rumah sakit di wilayah utara. Selain kesebelas rumah sakit ini, udah nggak ada lagi fasilitas kesehatan yang masih berfungsi di Gaza.
Over pasien dong jadinya.
Banget, guys. Dari data yang dihimpun Kementerian Kesehatan Gaza aja, udah hampir 50 ribu orang luka-luka imbas bombardir tentara Israel di wilayah Gaza. Ini belum ditambah sama banyaknya penyakit lain yang menyerang kamp-kamp pengungsian masyarakat Palestina. WHO sendiri menyebutkan ada sekitar 165 ribu infeksi pernafasan serta lebih dari 50 ribu kasus diare yang diderita balita-balita di sana.
OMG:((
Kalo kamu mikir kondisi ini udah parah banget,
wait until you hear about adanya berbagai penyakit epidemi yang juga menyerang masyarakat Palestina di penampungan. Yep, selain banyaknya temuan infeksi pernafasan dan diare, masyarakat Gaza yang sekarang tinggal di kamp-kamp pengungsian juga lagi diserang berbagai penyakit macem campak, meningitis, cacar air, sampe virus hepatitis akut. Selain beragam penyakit ini,
Kementerian Kesehatan Gaza juga melaporkan lebih 17.000 kasus kutu dan telur kutu, 35.000 kasus ruam kulit dan lebih dari 1.900 kasus keracunan makanan.
This is reallllly sad :*
Memang, guys. Semuanya gara-gara ulah Israel yang udah memblokade akses keluar masuk Gaza dari tanggal 9 Oktober lalu. Jadi masyarakat di Gaza juga udah terjebak banget tuh sama berbagai bombardir Israel dan banyaknya serangan penyakit karena sanitasi yang cenderung nggak terjaga. Data dari WHO juga menyebutkan bahwa 1,9 juta penduduk dari total dua juta penduduk di Gaza sekarang ini udah nggak tinggal lagi di rumah mereka dan hidup di kamp pengungsian. Jadi ya kebayang dong gimana serba berdesakan dan jeleknya sanitasi yang ada di sana.
Can anyone do something about that?
Now, we got a new hope from United Nations General Assembly
aka UNGA yang baru aja dapet suara mayoritas buat mendukung resolusi gencatan senjata kemanusiaan di Gaza. Yep, setelah berulang kali resolusi gencatan senjata permanen ini gagal dalam DK PBB karena veto dari Amerika Serikat, sekarang ini PBB harusnya punya
cukup power buat bener-bener menekan Israel melakukan gencatan senjata.
Seriously?
Yep. Hari Selasa kemarin, 153 negara dari total 193 negara anggota UNGA tuh menyetujui resolusi gencatan senjata di Gaza. Detailnya, ada 23 negara yang abstain dari resolusi ini dan sepuluh negara yang menentang adanya gencatan senjata di Gaza. Yah kamu pasti udah bisa tebaklah bahwa negara-negara yang menolak resolusi ini tuh ya AS dan sekutunya termasuk Israel itu sendiri. Yha meskipun secara internasional resolusi ini nggak mengikat dan nggak berkekuatan hukum, tapi ini bisa jadi indikator opini global soal apa yang sedang terjadi di Gaza sekarang.
I heard that lewat resolusi ini PBB bisa kerahkan militer juga ya?
You heard it right. Kalo kamu baca newsletter Catch Me Up yang kemarin banget, kamu pasti juga tau kalo meskipun resolusi ini nggak mengikat, PBB bisa minta pengerahan militer dengan tujuan mendamaikan penjajahan yang terjadi di Gaza. Hal serupa juga pernah terjadi waktu Korea Utara dan Korea Selatan konflik. But, kita masih belum tau nih, apakah sampe perlu ada pengerahan militer untuk menerapkan resolusi gencatan senjata di Gaza atau nggak. So yah, kita tunggu aja deh update selanjutnya dari penerapan resolusi ini.
Got it. Anything else I should know?
Kita bener-bener perlu
do our part supaya penjajahan di Gaza bisa segera selesai,
guys. Soalnya segala bombardir dan berbagai serangan Israel ke Palestina tuh nggak pernah libur. Terus aja mereka ngelakuin genosida di sana. Sekarang ini, total udah lebih dari
18 ribu orang yang terbunuh di Gaza, akibat serangan Israel. Jumlah ini juga udah termasuk lebih dari tujuh ribu anak-anak yang terbunuh serta lebih dari tujuh ribu orang lainnya dilaporkan hilang.
So, seriously. STOP drinking Sbux. They don’t taste good anyway.