Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan
Who’s making a ‘Plin Plan’ move?
Presiden Joko Widodo.
Guys, kamu punya nggak temen yang kemaren bilang A, eh hari ini bilangnya B? Kemaren bilangnya nggak mau punya pacar banker, eh sekarang malah bilang, “Banker juga boleh kok. Asalkan dia orangnya.”Well, kalau ada, berarti temenmu kayak Presiden Joko Widodo, guys. Yep, yang awalnya Jokowi bilang TNI, Polri, dan ASN semua harus netral dalam Pemilu 2024, tapi kemaren banget nih, Pak Jokowi justru bilang Presiden dan menteri boleh memihak dan ikut kampanye. Bingung gak lo semua? Wkwkwkwk.
Kan yang ngga bingung cuma Aldi Taher.
Iya. Anyway jadi gini, guys. Kayak yang udah sering kita bahas, dari awal Pemilu ini rame, keberpihakan Presiden Jokowi tuh kan sering banget dipertanyakan ya. Secara, Iya, pernah diduga nge-endorse Ganjar Pranowo sebagai presiden gara-gara statement “Rambutnya putih semua, berarti mikirin rakyat” dan eventually viral beberapa waktu lalu ya. Not to mention Pak Jokowi juga kader PDI Perjuangan, which is sama lah kayak Mas Ganjar.
Tapi…
Iya tapi makin ke sini, Pak Presiden malah makin sering nunjukin dukungannya ke Prabowo Subianto. Mulai dari statement-nya yang bilang “Saya menang Pilpres dua kali. Sekarang jatahnya Pak Prabowo,” katanya gitu. Ditambah ditambah faktor Gibran Rakabuming Raka, anak sulungnya Jokowi sekarang kan jadi cawapresnya Pak Prabowo ya. Bahkan sampai private dinner berdua nggak tuh Pak Prabowo sama Presiden Jokowi. Jadi, people be like, “Fix Jokowi dukung 02 ini mah guys.”
Iya, dan burn the bridges sama PDIP.
Yep, big times. Tapi kali ini, kita bukan mau bahas drama Jokowi vs PDIP ni guys, tapi soal boleh ga sih presiden kampanye buat pilpres? Nah, dalam aturan perundang-undangan, seorang Presiden tuh harus banget untuk netral, guys. Pokoknya netral, nggak berpihak ke manapun, biar proses Pemilu bisa berjalan demokratis, jujur, dan adil. Yep, hal ini legit diatur dalam UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. ada beberapa pasal yang ngomongin soal netralitas presiden di sini, guys. Kita bahas satu-satu deh ya.
Gimme all the details….
Leggo. Kayak Pasal 48 ayat (1) misalnya. Di situ ke-state bahwa Komisi Pemilihan Umum harus melaporkan setiap tahapan Pemilu ke DPR dan juga Presiden. Terus Pasal 22 Ayat (1) dan (2) juga. Presiden punya tugas menetapkan anggota KPU yang udah direkomendasiin sama DPR. Sampai sini kebayang dong gimana pentingnya netralitas Presiden dalam Pemilu. Bahkan, ditegaskan lagi di UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Pasal 17 ayat (2) nge-state bahwa penggunaan wewenang Presiden dalam Pemilu tuh bisa dianggap sebagai pencampuran wewenang, guys.
And that’s exactly what Jokowi is doing, rite?
Ehehehehe tapi kalau kata Pak Jokowi mah Presiden tuh boleh banget memihak dalam Pemilu dan boleh juga ikut kampanye. Iya, kemaren nih, dalam keterangannya di Lanud Halim Perdanakusumah dengan didampingi Capres Prabowo Subianto, Presiden Joko Widodo mengeluarkan statement yang bikin seluruh warga Wakanda tercengang. In his words, Pak Jokowi bilangnya gini nih: “Hak demokrasi, hak politik, setiap orang. Setiap menteri sama saja, yang paling penting presiden itu boleh lho kampanye, boleh lho memihak. Boleh.”
Terus makan siang berempat tempo hari artinya apa pak??? Katanya netral???
Nah soal itu juga. Yang harus kamu tahu adalah, di Mei 2023 lalu, Presiden Jokowi tuh pernah kasih statement bahwa dia emang nggak bakal netral dalam Pemilu kali ini. “Saya harus cawe-cawe,” katanya gitu. Yep, dalam keterangannya, Jokowi menyebut tindakannya ikut campur di sini tuh dilakukan untuk kepentingan negara, bukan untuk kepentingan golongan, apalagi kepentingan pribadi.
…….
Pak temen-temen kita yang PNS aja udah gabisa foto pake jari loh pak…
Jadi yang boleh memihak cuma bapak dan golongannya ygy….
……
Poinnya bukan itu hey. Poinnya omongan Pak Jokowi nggak bisa dipegang.
Kalau 03 ada tanggapan?
…….
Speechless nggak? Ya gitu deh, guys. Jujur nggak tahu kepentingan negara yang dimaksud Jokowi di sini tuh yang kayak gimana. Padahal, di Pasal 283 UU Pemilu, jelas banget disebutkan, “Pejabat negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri serta ASN dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah ke keberpihakan terhadap Peserta Pemilu. Sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye.” Hal ini berlaku buat Presiden, menteri, wali kota, wakil ketua DPR, dll. Tapi kalau kata Pak Jokowi mah, “Kita ini kan pejabat publik sekaligus pejabat politik. Masak begini (Re: berkampanye dan memihak) enggak boleh, berpolitik enggak boleh. Menteri juga boleh. Itu saja. Yang mengatur itu hanya tidak boleh menggunakan fasilitas negara.”
Pak temen-temen kita yang PNS aja udah gabisa foto pake jari loh pak…
WE KNOW RITE. Presiden dan menteri-menterinya mah boleh berpihak ygy. Tapi on the other side, ASN tetap disuruh untuk nggak boleh berpihak :))). Nggak tanggung-tanggung, di Oktober 2023 lalu, Pak Jokowi bahkan sampai ngumpulin ratusan penjabat kepala daerah di Istana Negara dan kasih ultimatum, “Jangan sampai memihak, itu dilihat loh. Hati-hati, bapak dan ibu dilihat, mudah sekali kelihatan kalau bapak dan ibu memihak.” Nggak cuma itu, Presiden bahkan menyebut nggak bakal segan-segan mencopot PJ/ASN kalau ketahuan memihak.
Jadi yang boleh memihak cuma bapak dan golongannya ygy….
Oh, jangan lupakan Ibu Negara, guys ehehehe. Yep, we’re talking about Iriana Joko Widodo, istri presiden yang juga ibunya Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka. Iya, kalau ASN kudu hati-hati kalau mau foto, Bu Iriana mah santai aja foto pose dua jari, guys ehehehe. Hal itu yang kejadian di Salatiga, Jawa Tengah, waktu si ibu mendampingi Pak Jokowi beberapa hari lalu. Dua jari artiinya apa sodara-sodara? Yak, 02, alias Prabowo-Gibran, alias anaknya sendiri ehehehe. Menyikapi hal ini, Presiden Jokowi sih cuma bilangnya, “Ya kan menyenangkan.”
……
We got you, guys. Emang banyak speechless-nya ngomongin berita ini wkwkwk. Menanggapi sikap Presiden Jokowi, now let’s hear what our Capres-Cawapres think about this ya. Adapun disampaikan oleh pihak 02 alias TKN Prabowo Gibran, Wakil Ketua mereka, Habiburokhman menyebut, ya emang bener presiden nggak harus netral dan boleh banget kampanye pemilu. Asalkan nggak menyalahgunakan kekuasaan buat menguntungkan atau merugikan pasangan tertentu. Dalam logikanya Pak Habib nih, “Kalau presiden mencalonkan diri kedua kalinya saja boleh, apalagi berkampanye untuk paslon tertentu.” So, in that sense, menurut 02, ini tuh bukan soal netral atau nggaknya, tapi soal pake kewenangannya buat menguntungkan paslon tertentu atau justru merugikannya gitu.
Poinnya bukan itu hey. Poinnya omongan Pak Jokowi nggak bisa dipegang.
Itu juga yang jadi concern-nya tim 01 alias AMIN. Yep, dalam keterangannya kemaren banget nih, Capres Anies Baswedan bilang sebelumnya Pak Presiden tuh udah mau netral. Mengayomi semua, memfasilitasi semua, dll. Tapi kok jadi begini yekan. In that sense, Pak Anies pun minta ahli tata negara lah yang menilainya gimana. Menurut Pak Anies, ini tuh bukan masalah setuju atau tidak setuju. Tapi masalahnya udah ke ketentuan hukum. Udah sesuai apa nggak. Lebih jauh, Timnas AMIN juga udah minta Badan Pengawas Pemilu buat ngawasin Presiden Jokowi. Jangan sampe dia memanfaatkan wewenang, fasilitas, dan jabatannya buat memenangkan paslon tertentu. Or in this case, ya memenangkan 02 ehehehe.
Kalau 03 ada tanggapan?
Ada dong. Kalau menurut 03 mah, keberpihakan Presiden tuh harusnya tetap kepada rakyat, bangsa, dan negara, guys. Yep, Jubir TPN Ganjar-Mahfud, Aryo Seno Bagaskoro bilangnya harusnya seorang Presiden tuh bisa jadi tauladan gitu lo. Kayak Gus Dur, Bu Mega, tuh kan teladan banget ygy. NEGARAWAN, gitu. Nah harusnya Jokowi tuh juga bisa kayak gitu. Lagi pula, menurut Mas Aryo, tugas Presiden tuh jauh lebih besar daripada join-join-an Pilpres. Dia bilang, “Karena tugas sebagai seorang kepala negara menyangkut tanggung jawab atas seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya pendukung kelompok tertentu.”
Tuh dengerin pak. Anything else?
Tuh dengerin pak. Anything else?
Jadi ya intinya gitu, guys. Hang in there buat kamu yang udah lelah banget sama Pemilu kali ini. We got you. Kalau kata pihak PP Muhammadiyah sih, Pemilu 2024 ini udah gagal secara moral, guys. Gagalnya moral ini bahkan dilakukan oleh Kepala Negara. Keren banget nggak tuu?? :)))). Tapi yang lebih esensial lagi adalah, Ketua Bidang Hukum dan HAM PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas menyebut orang-orang di sekelilingnya Jokowi tuh juga patut disalahkan, karena nggak bisa kasih pemahaman ke belio. In that sense, Presiden tuh harus dikellilingi sama orang cerdas, yang baik, yang tulus, gitu.
Mungkin mimin bisa diundang ke istana? XD