Who's giving us some warnings?
The UN.
Yep, serem deh guys. Jadi baru aja nih, lembaga PBB untuk kriminal dan obat-obatan terlarang yakni UNODC merilis report terkait keamanan siber di Asia Tenggara. In a nutshell mereka bilang: Jaringan kuat para kriminal di Asia Tenggara tengah meningkat sangat cepat dan mereka menggunakan aplikasi messaging Telegram untuk melakukan berbagai tindak kejahatannya.
HAH gimana?
Kamu pasti familiar dengan Telegram donk? Itu loh, aplikasi berbagi pesan warna biru yang berasal dari Rusia dan baru aja kena masalah juga di Prancis karena dianggap membolehkan aksi kriminal terjadi di platformnya. Nah kali ini, UNODC bilang bahwa aplikasi ini emang digunakan para penjahat berjaringan kuat di Asia Tenggara untuk melancarkan aksinya.
Kayak apa aja tuh aksinya?
Well, UNODC sih bilang selain banyak terjadi transaksi jual beli data curian *uhuk Kominfo uhuk*, di Telegram juga banyak berlangsung jual beli software yang emang di-design untuk fraud, mencuri data, hingga lalu lintas jual beli criptocurrency yang ngga legit, bahkan untuk money laundering. UNODC bahkan menemukan satu iklan di Telegram yang berbunyi, "Kami memindahkan 3 juta USDT (salah satu jenis kripto) yang dicuri dari luar negeri setiap harinya." Nyeri banget kan brooo.
Asli serem.
Yess makanya. Report-nya juga specifically bilang bahwa perkembangan para penjahat ini paling subur emang terjadi di Asia Tenggara, di mana mereka punya korban dari seluruh dunia. UNODC menyebut, skema kejahatan ini banyak dilakukan oleh pemilik "usaha" dari China yang beroperasi dari ruangan-ruangan terpencil dan kecil dan kerjaannya dikerjain oleh pekerja dari hasil perdagangan orang. Meski prakteknya jahat banget, tapi emang untung dari bisnis ini gede banget guys, USD27,4 milyar hingga USD36,5 milyar per tahun.
Banyak banget...
Yep, makanya emang para penjahat itu makin kreatif aja gengs. Ga cuma via Telegram, aksi kejahatan dengan menggunakan teknologi canggih juga berkembang pesat di Asia Tenggara. We're talking about: AI dan deepfakes. Dua teknologi ini mereka gunakan untuk melakukan pencurian data dan identitas, mencuri identifikasi biometric, hingga deepfake pornography.
Serem bet. What should we do?
Well, obviously pemerintah HARUS banget benerin kerjaan mereka dalam melindungi data kita-kita. Terus kalo dari kitanya, ya selalu hati-hati deh guys dalam menggunakan teknologi. Selalu logout kalo pake komputer umum, rajin ganti passwords, gausah buka website aneh-aneh, dan kalo ada email dari pangeran dari Tanzania yang bilang mau nitipin duitnya ke kamu karena dia lagi diburu sama keluarga nyokap tirinya, jangan langsung percaya. We've got this.