Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia Turun

Admin
UTC
9 kali dilihat
0 kali dibagikan

First stop, about IHSG that has been decreasing since the beginning of this year...

Is it because Danantara?
It's like something predictable really happening, now. Since
peluncuran Danantara oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin (24/2), indeks harga saham gabungan (IHSG) di Indonesia turun berturut-turut selama sepekan. Pada periode 24-28 Februari 2025, IHSG terus anjlok sampai 8% dibarengi dengan beberapa investor asing yang yang melakukan aksi jual bersih (net sell) hingga Rp21,90 triliun.


Tell me.
Well, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) mencatat bahwa IHSG melemah hingga 7,83% selama sepekan, terendah sejak era pandemi Covid-19. Menurut Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmat, pada Minggu (2/3), level IHSG dalam sepekan menurun dari sebelumnya 6.830 menjadi 6.270. Di lain sisi, BEI mencatat juga terjadi peningkatan jumlah rata-rata volume transaksi harian hingga 21,62%, dari yang sebelumnya Rp18,38 miliar menjadi Rp22,36 miliar. Selain itu, nilai rata-rata transaksi harian juga meningkat dalam sepekan sebesar 16,19%, dari yang sebelumnya Rp11,78 triliun menjadi Rp13,69 triliun. Sedangkan, rata-rata frekuensi transaksi harian pekan ini mencatat penurunan sebesar 4,52% dari yang sebelumnya 1,23 juta kali transaksi menjadi 1,18 juta.

Go on.
Okay, the reason behind this situation nggak lepas juga dari pemangkasan bobot saham Indonesia oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI). Pada Jumat (28/2), MSCI meng-cutoff bobot saham Indonesia dari 2,2% menjadi 1,5% yang akan diberlakukan efektif pada Senin (3/3). Sebelumnya, MSCI juga sudah melakukan rebalancing dengan nggak menambah saham baru dalam kategori large cap Indonesia tapi mengeluarkan tiga saham dari daftar Konstituen MSCI, yaitu PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA),juga PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Dampak lain dari pemangkasan bobot saham Indonesia di MSCI ini menyebabkan peringkat saham Indonesia menurun dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). MSCI mencatat tren return on equity (ROE) saham-saham di Indonesia terus melemah karena ekonomi yang melambat dan tekanan di sektor siklikal, seperti perkebunan, pertambangan, properti, keuangan, perdagangan, energi, dsb.

Pihak BEI bilang apa?
Yep, dirut BEI, Iman Rachman, menegaskan bahwa bursa nggak tinggal diam aja menghadapi penurunan IHSG. Bakal ada diskusi lebih lanjut sama pelaku pasar buat merumuskan kebijakan yang bisa meningkatkan kepercayaan para investor. Lebih lanjut, Iman juga menyatakan IHSG yang terdampak harus memperhatikan seperti apa kondisi global, domestik, dan kondisi korporasi. Situasi global disebut jadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan investor asing untuk keluar dari pasar domestik. Salah satunya akibat perang tarif AS, implikasi penerapan executive order Presiden Trump.

Jadi, penyebabnya pihak asing?
Not really, sepanjang 2025, jumlah investasi yang keluar Indonesia tercatat sebesar Rp16,78 triliun. Para investor asing banyak yang memilih membawa kembali aset modal yang lebih aman seperti dolar atau surat utang AS. Tapi, sebenarnya situasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia memang melambat pada 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto (PDB) di 2024 menurun dari tahun sebelumnya, dari 5,05% menjadi 5,03%. Selain itu, melemahnya IHSG juga diamati terjadi sejak peresmian BPI Danantara...

Why?
Okay, jadi sejak Danantara diluncurkan, IHSG melemah hampir 4%. Banyak investor domestik dan asing yang masih ragu apakah Danantara akan bebas dari tindak korupsi. Terlebih saat ini, kasus-kasus megakorupsi terungkap satu demi satu ke media. Menurut Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, keberadaan BPI Danantara belum bisa membantu memulihkan pasar saham di Indonesia. Lebih lanjut, Rully juga belum melihat ada good sign buat menaikkan harga saham ke depan.

Gimana tanggapan pemerintah?
Yep, menurut Menteri BUMN, Erick Thohir, penurunan IHSG di Indonesia sangat berkaitan sama kebijakan ekonomi Presiden AS, Donald Trump. Lebih lanjut, pemerintah berharap adanya BPI Danantara bisa jadi katalis positif buat pasar modal di Indonesia. Meski punya potensi, semuanya tetap butuh waktu. Selain itu, Erick juga menyadari persepsi tentang Danantara yang beredar di masyarakat. Erick menegaskan kalau persepsi itu salah besar dan bisa dibuktikan nanti.

Hmm... anything else?
Yes, menurut pendapat investor senior Indonesia, Lo Kheng Hong, di tengah melemahnya IHSG ini bisa jadi peluang besar buat para investor jangka panjang. Lebih lanjut, kondisi yang dijuluki sang investor sebagai 'hujan emas' ini harus bisa dimanfaatkan dengan bijak untuk masa depan. Menurut beliau, banyaknya dana asing yang kabur membuat harga saham blue chip turun drastis. Menurutnya, ketika harga turun harusnya para investor jangan takut dan keburu panik. Di kesempatan seperti ini, banyak saham dengan nilai intrinsik yang baik bisa dibeli dengan harga murah.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.