Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan
Now, since it’s Monday. Let’s talk about…What’s happening after the election?
Yep. Hang in there, everybody. We are still gonna talk about Pemilu because… It’s not done yet. Iya, nyoblosnya doang yang udah, tapi hasil dan segala drama after the election tuh masih tetap berjalan, guys. More on those, scroll down deh.
- Final quick count. Yep, setelah pencoblosan hari Rabu kemaren, sejumlah lembaga survei tuh kan kemudian rame-rame merilis hasil quick count mereka ya. You name it, mulai dari Lembaga Survei Indonesia, Poltracking, Indikator Politik Indonesia, dll pada update semua kan. Nah setelah kurang lebih 4 harian update, akhirnya Sabtu kemaren quick count ditutup, guys. Mereka semua menyimpulkan paslon nomor urut 2, Prabowo-Gibran, unggul jauh dengan perolehan suara di atas 50%.
- Real count KPU pun berkata demikian. Kayak yang udah kita bahas kemarin, despite all the results yang dirilis lembaga survei, yang paling sah menentukan siapa pemenang Pemilu tuh tetap Komisi Pemilihan Umum. Nah kalau udah sama KPU, berarti bukan quick count lagi yang diomongin di sini, tapi real count yang emang legit dan sah dan bakal jadi rujukan siapa yang bakal dilantik jadi presiden dan wakil presiden nanti. Adapun sampai detik ini, real count oleh Komisi Pemilihan Umum masih terus berjalan.
- Ini update-nya… Adapun per Sabtu kemaren, terakhir di-update di jam 19.30 WIB, Prabowo-Gibran tetap masih unggul dengan perolehan 57,95% suara, disusul paslon nomor urut 1, Anies-Muhaimin dengan 24,48% suara, dan last AND least, ada Ganjar-Mahfud dengan 17,57%. Pls take note ini masih sementara yah. Dari data KPU, real count ini baru memuat 66,61%-nya aja guys, dari total 823.236 TPS yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri.
- Di mana aja 02 menang? Di sini nih… Again, berdasarkan data real count KPU, pasangan Prabowo-Gibran berhasil unggul di sejumlah provinsi, guys. Let’s say di provinsi battleground kayak Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, 02 unggul dengan perolehan lebih dari 50%. Terus selain di situ, SELURUH provinsi di Sulawesi dan Kalimantan, juga Prabowo-Gibran yang menang. Ada juga Bali, Bangka Belitung, NTT, dan Papua yang juga didominasi 02.
- Now, to dugaan kecurangan. Ini yang dari kemaren diomongin netizen di jagat internet, guys. Iya, dari tadi kan kita ngomongin angka, ngomongin data KPU, dll kan. Nah yang harus kamu tahu adalah, ada dugaan kecurangan di sini di mana perolehan suaranya ada yang di-mark up, terus udah di-input, diturunin lagi, yang gitu-gitu. Hal ini juga yang sekarang jadi concern-nya Timnas AMIN dan TPN Ganjar-Mahfud.
- Gini gini…. Dari awal kamu nyoblos di TPS, hasilnya itu kan dihitung sama para abdi negara idaman mertua yang bertugas siang malam itu ya (baca: Petugas KPPS). Nah setelah dihitung, perolehan hasilnya kemudian di-compile di satu form, Formulir C1 namanya. The thing is dari Sabang sampai Merauke, bahkan luar negeri, TPS kan ada ratusan ribu ya jumlahnya. Terus gimana caranya KPU yang ada di Jakarta bisa dapat hasil dari segitu banyak TPS? Yak, KPU dibantu sama satu sistem di mana petugas KPPS tinggal upload form C1 tadi ke sistem, guys. Sirekap namanya. Nah di sini masalahnya. Sirekap ini dinilai malah bikin ribut karena perolehan suaranya beda sama Form C1, jadi curang gitu kan jatohnya.
- Mulai dari suaranya di mark up sampai di-input terus dihapus lagi… Yep. kalau kata orang-orang sih, emang perlu diaudit lagi itu tim IT-nya Sirekap, guys ehehehe. Secara, nggak cuma ke paslon tertentu aja, tapi tiga-tiga paslon semuanya keliatan di-mark up perolehan suaranya. Khususnya pada paslon nomor urut 02, Prabowo-Gibran. Timnas AMIN bahkan ngeklaim mark up suara begini terjadi di 36 provinsi. Hampir seluruh Indonesia ga tu. Contohnya kayak TPS 026, di Kembangan, Jakarta Barat. Dari yang di form C1-nya paslon 02 tuh cuma memperoleh 80 suara, eh pas di-upload di Sirekap, total suara paslon 02 langsung melejit ke 720.
- KPU belike, “Iya, ntar dikoreksi”. Menanggapi hal ini, Ketua KPU, Hasyim Asy’ari dalam konferensi persnya kemaren bilang emang ada yang salah waktu konversi total suara dari Form C1 ke Sirekap, guys. Tapi error-rate-nya kecil doang, ceunah. Cuma 0,64%. Dan nggak cuma terjadi di Pilpres doang, tapi Pileg juga. In that sense, Pak Hasyim bilang segala error ntar bakal dikoreksi.
- Tapi ada juga yang langsung dikoreksi, nggak pake ntar-ntar. Ini yang terjadi ke paslon 01, Anies-Muhaimin. Gini ceritanya, guys. Di TPS 006 Way Lima, di Kabupaten Pesawaran, Lampung, paslon 01 ini diinput ke Sirekap mendapat suara sebanyak 3.514.615. Yep, you read it right. Tiga juta banget, guys. Karena udah keburu di-upload, perolehan suara AMIN secara total jadi meningkat drastis kan tuh. Tapi hal itu nggak berlangsung lama, guys. Karena beberapa saat kemudian, persenan suara 01 langsung turun lagi.
- Kalau kata KPU, datanya harus akurat. Tiga juta suara tadi dianulir karena nggak sinkron sama Form C1-nya. Yang bener, 01 mendapat 35 suara, terus 02 146 suara, dan 03 15 suara. Hal ini kemudian juga membantah anggapan KPU sengaja nurunin suara 01. Well, disampaikan langsung oleh Komisioner KPU, Idham Holik, data yang dari form C1, terus di-upload ke Sirekap, sampai yang ditampilkan ke publik tuh semuanya harus akurat, guys. Secara, KPU juga memegang prinsip jujur dan akuntabel kan. Jadi, ya harus beneran jujur dan akuntabel.
- Ini kata tiga kubu soal dugaan kecurangan Pilpres. Nah menanggapi semua polemik soal Sirekap, Timnas AMIN sih ngeliatnya hal ini emang di-setting buat memenangkan salah satu paslon. Jubir Timnas AMIN, Refly Harun bahkan menyebut banyak anomali di sini, since mereka punya data sendiri secara internal yang siap dibuka ntar di hadapan Mahkamah Konstitusi waktu KPU mau ngumumin hasil Pilpres.
- Meanwhile, kalau kata TPN Ganjar-Mahfud… Sirekap ini emang ngaco. Sampai terheran-heran tuh mereka. Iya, disampaikan oleh Deputi Kanal Media TPN, Karaniya Dharmasaputra, Sirekap ini ngaco dan error-nya luar biasa tinggi katanya. That being said, DPR kudu turun tangan. Karaniya bahkan went further dengan bilang bahwa DPR kudu memanggil tuh orang-orang KPU biar segala drama perhitungan suara ini bisa jelas.
- Meanwhile, 02 be like: “Dih….” *Sambil rolling eyes. Hehehe gitu deh kira-kira, guys. Soalnya nih, kalau kata TKN, Rosan Roeslani, dari awal tuh elektabilitasnya Prabowo-Gibran udah leading jauh. Terbukti sampai sekarang pun 02 juga masih leading kan. In that sense, Pak Rosan ngeliatnya kalau ada narasi curang begitu tuh ya… Karena mereka tahu aja mereka bakal kalah. Toh mereka juga punya bukti kuat di data-data TPS bahwa 02 emang unggul. Jadi kalau ada yang bilang curang, ya tinggal ke jalur hukum aja, katanya gitu.
- Presiden Jokowi juga bilangnya gitu. Jadi menanggapi semua isu kecurangan dalam Pemilu 2024 ini, Presiden Joko Widodo kan akhirnya juga speak up ygy. Nah kalau kata Pak Presiden nih, jangan bisanya cuma teriak-teriak ‘curang’ doang, kalau ada bukti, cus langsung bawa ke Badan Pengawas Pemilu aka Bawaslu dan juga Mahkamah Konstitusi. In his words, Pak Jokowi bilang, “Tapi, kalau memang ada betul, ada mekanismenya untuk ke Bawaslu. Mekanisme nanti persidangan di MK. Nanti saya kira udah diatur semuanya.”
- Petugas KPPS meninggal dunia. Last but not least, let’s talk about the grief yang dirasain petugas pemilu dan keluarganya di Pemilu 2024 ini. Yang harus kamu tahu adalah, dari data Kementerian Kesehatan, ada sebanyak 57 orang yang meninggal ketika bertugas mengawal Pesta Demokrasi ini. To be specific, datanya gini nih: Ada 29 petugas KPPS, 10 Linmas, 9 saksi, 6 petugas, 2 PPS, dan 1 Bawaslu.
- Deja vu Pemilu 2019. Ngeliat berita kayak gini, ofc langsung deja vu ke Pemilu 2019 ya. Fenomenanya sama, banyak petugas KPPS dan petugas Pemilu lainnya yang meninggal saat menjalankan tugasnya. Menyikapi hal ini, Pak Idham Holik menyebut pihaknya padahal udah ngusulin KPPS tuh 2 panel: 1 panel buat ngurusin suara Pilpres sama DPD, satu lagi buat DPR dan DPRD. “Tapi ternyata pada saat kami rapat konsultasi dengan pembentuk undang-undang, pembentuk undang-undang masih memandang cukup satu panel, seperti 2019.”