It's finally Friday again! Time for you to take it slow, breathe longer and sip your coffee in peace. Now, to start your weekend right, we will begin with meme, tips, and recs as always. Let's go!
For the love of meme: You (and us!) all the time...
Gaes, mungkin kamu udah familiar sama istilah 'toxic masculinity', ya? Yep, stigma itu membatasi cowok-cowok dengan pandangan-pandangan tertentu, misalnya harus selalu kuat dan enggak boleh nangis. Tapi, tahu enggak sih banyak juga perempuan yang terjebak dalam stigma yang disebut 'toxic femininity'? Well, stigma yang merujuk ke standar yang dianggap normal sama masyarakat tertentu tentang apa yang harus dilakukan atau dimiliki sama seorang perempuan. Konsep ini bisa dianggap sebagai penghambat perempuan untuk berkembang dan maju menjadi versi otentiknya. Of course, tiap-tiap dari kita pasti punya keunikan masing-masing, kan, gaes?
Nah, toxic femininity ini bisa terlihat ketika seseorang berusaha memenuhi kepentingan atau ekspektasi orang lain. Contoh toxic femininity yang sering terjadi di sekitar kita tuh misalnya kayak tuntutan kalau perempuan harus bisa masak dan mengurus rumah tangga, perempuan harusnya enggak perlu punya pendidikan tinggi, atau perempuan harusnya lemah lembut dan pinter dandan. Terus, kalau ada perempuan yang enggak bisa melakukan hal-hal di atas bakal dianggap gagal atau enggak sempurna sebagai perempuan. Efeknya ke individu yang terdampak toxic femininity bisa mengganggu kesehatan mental bahkan depresi dan guilty berlebihan. Nah, kali ini kamu akan diajak melihat tips buat merespons soal konsep stigma yang agak nyeleneh ini, gaes. Let's check it out down below!
- Consider where your beliefs came from: Coba deh cek lagi dari mana kamu nemuin gagasan soal toxic femininity, gaes. Apa dari orang tua? Temenmu? Atau media? Dengan mengidentifikasi sumber dari gagasan atau ide yang kamu temukan bisa bantu kamu buat mulai misahin gagasan itu sama apa yang kamu yakini sebenarnya dalam dirimu.
- Question your motivations: Toxic femininity bisa sangat mengakar sampai perilaku yang ditampilkan kadang terjadi secara otomatis. Coba untuk cari tahu apakah tindakan yang kamu lakukan benar-benar mewakili apa yang kamu rasakan atau pikirkan? Atau tindakan atau mindset itu lahir dari apa yang diharapkan orang lain padamu? Sebelum setuju sama satu hal, kamu perlu mempertimbangkan lagi apa kamu benar-benar ingin melakukannya atau hanya merasa harus melakukannya demi menyenangkan orang lain.
- Practice self-validation: Perempuan sering dianggap dan dikondisikan buat mengabaikan perasaan dan kebutuhan mereka supaya laki-laki merasa nyaman. Nah, nggak ada salahnya buat bikin satu titik validasi buat dirimu sendiri. kamu bisa coba kasih afirmasi positif ke dirimu sendiri setiap hari, mewajarkan apa yang kamu rasakan atau memaklumi emosi yang melingkupi hatimu. Sesekali bisa kasih pujian juga buat diri sendiri karena sudah berusaha sebaik mungkin. Dari semua orang di dunia, bisa jadi dirimu sendiri yang paling jarang diapresiasi dan diyakinkan kalau perasaan dan effortnya valid and enough.
- Notice when and where you feel most authentic: Perhatiin deh kapan kamu merasakan dorongan paling kuat buat adaptasi sama stereotip di sekitarmu. Kalau udah notice soal itu, kamu bisa melakukan tindakan preventif dengan menjauhkan diri dari skenario itu lain kali. Bikin jarak berarti menetapkan boundaries sama orang-orang yang nyaman buat kasih kamu pressure. Well, hal itu dilakukan buat memenuhi ekspektasi mereka sendiri ketimbang merayakan keunikan dalam dirimu.
- Make space to explore: biarin dirimu nemuin aspek-aspek identitas yang berlawanan sama norma atau aturan yang dianggap pantas atau tepat sama society. Ketika kamu menemukannya, hargai dan terima karena hal itu lebih baik buat dirimu ketimbang menolak dan menganggapnya enggak ada.
- Be mindful of the media you consume: Media sosial ngaruh juga ke stigma toxic ini. Yep, kalau kamu udah mengenali seperti apa bentuk dan efeknya, kamu bisa mempertimbangkan buat menghindarinya sebanyak mungkin. Pilih-pilih apa yang kamu konsumsi bisa bantu supaya kamu enggak stay di dalam stigma gender yang negatif ini.
Terlepas dari toxic masculinity atau toxic femininity, dua-duanya sama-sama bisa bikin seseorang kehilangan keunikan dirinya. Hal ini ngaruh banget pada kesehatan mental dan bisa berdampak ke hubungan yang enggak sehat dengan orang lain. Bakal jadi toxic kalau standar-standar tertentu ditetapkan pada masing-masing gender. So, free yourself by being yourself, okay?
Balik lagi di corner kesayangan sejuta umat, FRIDAY RECS. Sejauh ini gimana bulan Mei-nya gaes? Masih aman, atau udah capek banget nunggu gajian? Well, us can relate. Makanya kali ini mimin bakal bawain beberapa rekomendasi epic dari pembaca setia MCU. Ada rekomendasi podcast, series baru, buku bacaan sampai curcol para pembaca. Without further do, cek satu-satu yuk rekomendasinya!
But before...
Rekomendasikan hal-hal yang seru menurut kamu (bisa buku, podcast, video YouTube, apa pun itu, dengan cara mengisi form ini). Nanti, rekomendasimu bakal kita share di weekly tips aka below and let other people know how cool you are! Remember, sharing is caring!
- Hai, gaes, mau kasih rekomendasi bacaan fiksi yang ringan tapi tetep berbobot judulnya Kisah-kisah para pencerita-nya Reda Gaudiamo. Kumpulan cerpen yang judulnya satu kata satu kata, tapi kisahnya nggak bisa ditebak, kerasa dekat dan suka banget sama twistnya yang beberapa personifikasi barang-barang mati di sekitar kita. Oia, buku ini dibeli dengan bonus kartu-kartu pencerita yang bisa kita pakai buat eksperimen bikin cerita pendek sendiri sesuai kreativitas dan imajinasi kita sendiri. Recommended buat kamu-kamu yang mungkin perlu stimulasi buat memulai menulis cerita setelah sekian lama enggak pernah mencoba lagi. - (@eisiou)
- I sold my life for 10,000 yen (IG: alyssachiaraa)
- Tomoro Coffee CSW = The best place to tackle your tasks before/after working hours. Plenty of seats and good coffee. You've got to bear with the leaking aircon though but this isn't really a dealbreaker for me.) - (anonymous)
- Hiii, aku pembaca setia newsletter-nya CMU sejak 2021. Aku kali ini bukan mau share sesuatu, aku cuma mauuu coerhat kalo aku kangenn sama readers CMU yang suka bagiin cerita yang mereka alami gitu lohhh, ya kann? Itu pernah ada kan? Dulu kalo diinget Friday Pause yang paling aku tunggu adalah cerita-cerita yang heartwarmingggg. Ayooo dong sharee lagii! Di tengah peliknya hidup semingguan juga mau baca ceritaaaa semua orang yang menyenangkan. Love you CMU! Wkwkwkwk- (jaehyunfuturewife)
- Pod. 309 Raditya Wibowo TALKS ABOUT RE-ENGINEERING HOW INDONESIA MOVES - (Anonymous)
- Devil's Plan Season 2 udah siap ditonton, guysss!!! Yang belum nonton season 1-nya buruan deh, seru banget sih ngikutin acara ini - (Anonymous)
- For those facing quarter-life crisis, I recommend you to watch Resident Playbook! This series really resonates with life in our 20s and is such a great way to relax. (mel)
Yuk guys, jangan lupa kasih rekomendasimu, ya! Caranya gampang klik aja di sini!
Quote of the day
“We realize the importance of our voices only when we are silenced.”
-Malala Yousafzai-
Thank you note
Thanks to riuh for buying us coffee today :)
(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here...just click here. Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kami kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)