Friday Pause: Chase after girls 👩🏻

Admin
UTC
11 kali dilihat
0 kali dibagikan

Good morning : )
Rise and shine! Welcome to Friday again, where you can just take a break and relax. We hope you had a restful day yesterday, and to keep the fun rolling... let's catch up! with our memes, tips, recs, and fun stuffs. All you gotta do is scroll!

For the love of meme: You (and us!) all the time...

How to deal with a partner who has a victim mentality...
"Above all, be the heroine of your life, not the victim." - Nora Ephron
Apa sih yang kebayang di kepalamu waktu denger kata 'playing victim', gaes? Istilah ini sering banget muncul waktu ngebahas perilaku orang yang enggak pernah mau disalahin dalam berbagai situasi. Kadang istilah ini juga dipakai buat menggambarkan kecenderungan orang buat selalu merasa jadi korban dalam berbagai kondisi. Kalau sekali dua kali bisa jadi kita ikut simpati atau bahkan empati kalau ada orang yang unfortunate gitu, kan. Tapi, kalau sering-sering diulang pattern-nya? Duh, kita bakal drained banget deh pastinya. Perilaku ini sering berakar dari rasa mengasihani diri sendiri, low self-esteem, juga kecenderungan buat melihat relationship atau pengalaman masa lalu dengan kacamata yang negatif. Emang sih, enggak semua orang yang mengalami masa kecil traumatis dan bitter bakal mengembangkan pola pikir 'victim' kaya gini. Tapi, kamu perlu tahu kalau 'playing victim' sebenernya adalah coping mechanism paling umum terjadi pada banyak orang. 

Nah, kalau udah punya mentalitas 'victim', maka seseorang bakal punya kecenderungan buat mengalihkan kesalahannya ke orang lain. Mereka punya kebiasaan buat melihat kehidupan dari POV korban. Intinya segala hal yang enggak beres di dunia itu adalah kesalahan orang lain di luar dirinya sendiri. Terus, apa jadinya ya kalau pasangan kita sendiri menunjukkan tanda-tanda 'playing victim' dalam hubungan? Ini dia tips cara menghadapinya!

  1. Avoid accusing them: Umumnya, nuduh orang yang 'playing victim' bukan ide yang oke, sih. Jadi gausah bilang ke depan mereka, "Kok lo playing victim, sih!" karena biasanya mereka bakal berubah defensif dan fokus ke tuduhan yang kamu tujukan ke mereka. Efeknya ya bakal lebih rumit lagi karena biasanya mereka bakal take it personally. Inilah kenapa sebaiknya don't accuse them when you wanna deal with them. Daripada menuduh, ada baiknya coba redakan situasi dengan cara yang lembut buat mastiin mereka enggak marah atau menghujanimu dengan penderitaan mereka yang bertumpuk. Try to communicate your feeling with them nicely, selanjutnya baru bisa bahas cara-cara yang bisa dilakukan buat mengatasi masalah yang lagi mereka hadapi. Kuncinya sabar and control yourself. Jika sabarmu berbuah, maybe they'll change for the better dan kamu bisa menghadapi mereka dengan cara yang lebih baik.
  2. Create some space for yourself: Meski membuka diri buat jadi telinga dan shelter buat pasanganmu itu menunjukkan kasih sayang, kamu juga perlu pay attention ke diri sendiri, ya, gaes. Kamu harus punya me-time buat mengurangi beberapa residu dari emosi-emosi negatif yang mungkin terserap dari interaksimu dengan pasangan. Jadi, kamu harus punya boundaries. Kamu bisa memberitahu pasanganmu kalau kamu lagi butuh sendiri buat menjaga kesehatan mental sama emosionalmu sendiri. keluarga atau teman-temanmu. Hal ini bisa mendukungmu mendapatkan dukungan emosional selain dari pasanganmu. Jika gelasmu sudah penuh, kamu akan lebih siap dan terbuka untuk menghadapi pasanganmu lagi.
  3. Avoid getting emotional: Orang yang terbiasa 'playing victim' adalah orang yang terbiasa menggunakan kisah-kisah emosional untuk menarik perhatian orang lain. Salah satu cara untuk bisa meng-handle tipe orang seperti ini adalah dengan enggak terlalu emosional sama apa yang mereka bagi atau ceritakan padamu. Hindari memihak karena ini bakal bikin mentalitas korban pada diri pasanganmu makin kuat. Coba untuk belajar bagaimana cara detachment supaya enggak perlu terlibat secara emosional terlalu dalam, ya. Kamu bisa berperan jadi orang yang mendengarkan keluh kesah tapi tetap menunjukkan sikap yang santai.
  4. Change the subject matter: Kamu harus bisa belajar buat mengalihkan pembicaraan ketika drama 'playing victim' muncul. Yep, ketika pasangan merengek dan merasa jadi korban, kamu bisa nawarin beberapa sudut pandang positif. Tapi, perlu perhatiin juga cara mengalihkannya supaya tetap subtle dan enggak terkesan mengabaikan perasaan mereka, ya. Kalau pasangan mulai mengeluh tentang rekan kerja atau teman mereka, kamu bisa coba bertanya tentang apa yang sedang terjadi dengan temannya itu. Apakah ada hal-hal kurang beruntung yang terjadi belakangan? Pokoknya alihkan dari hal-hal yang bisa mendukung mental playing victim mereka.
  5. Don't be a constant fixer: It's hard to see someone we loved struggling with something in life. Ini yang selalu jadi alasan kenapa seseorang pengen segera bantu mengatasi rasa sakit pasangannya supaya mereka merasa lebih baik. Tapiiiiii, sebaiknya berhenti buat jadi orang yang benerin segala hal ketika kamu berhadapan sama pasangan yang 'playing victim'. Sebenernya orang dengan mentalitas ini enggak peduli sama solusi yang kamu kasih, gaes. Mereka cuma perlu mengeluh atau merengek atas sesuatu yang mereka alami. Jadi, bisa dibilang apa pun upaya yang kamu lakuin buat memperbaiki situasi enggak bakal digubris juga. So, don't waste your time. Even it's not always feel good to see your lovers in a bad mood or situation, if you notice the pattern, you'll get used to it.

Ketika kamu ada dalam sebuah hubungan dan mengharapkan pola yang sehat, sebisa mungkin kamu harus belajar menghadapinya dengan cara yang sehat juga. Tugasmu bukan buat memperbaiki seseorang while you're losing yourself, guys. Kamu dan pasanganmu bisa jadi sumber dukungan buat satu sama lain buat mengembangkan coping mechanism yang lebih sehat. Take care of yourself too so you can love better, okay?

When you've been looking forward to our recs and tips...
Here you go!
Guys,  masuk ke bulan kelima di 2025, sejauh mana kehidupan menguji kewarasanmu, nih? Hidup emang banyak naik turunnya, kadang kita suka bertanya-tanya soal seberapa banyak lagi ujian sebelum sampai ke level peaceful with our own life gitu ya. Nah, di Jumat pertama di bulan Mei ini, ada beberapa rekomendasi yang bakal bantu kamu buat re-connected with yourself. Penting banget kan buat punya me-time dan mengisi dirimu lagi dengan berbagai asupan selain makanan HEHEHEHE Yep, kali ini Friday Pause bawain kamu beberapa rekomendasi apik, mulai dari kedai kopi andalan, drama Korea terbaru, K-variety show, sampai novel fiksi ratusan halaman yang boleh banget dimasukkin ke list TBR-mu bulan ini. Without further ado, let's check the recommendation below!

But before...

Rekomendasikan hal-hal yang seru menurut kamu (bisa buku, podcast, video YouTube, apa pun itu, dengan cara mengisi form ini). Nanti, rekomendasimu bakal kita share di weekly tips aka below and let other people know how cool you are! Remember, sharing is caring!

  • Second Floor Coffee Cikajang exclusively uses oat milk. Must try untuk kawan-kawan lactose intolerant kayak gue. 😂 (Anonymous)
  • Haii! Mau rekomendasiin drakor tema medis yg lagi hits banget nih, judulnya Resident Playbook. Alumni penonton Hospital Playlist wajib banget nonton ini karena masih di lingkungan RS yang sama dan pasti ceritanya heartwarming sekali. (@wahyuanims)
  • Aku mau kasih tontonan variety show baru buat kalian!! Do watch SCREWBALLS , casts-nya semua dari Beat Coin (another funny K-Variety you should all watch). Silakan ditonton di kala makan, sedih, atau simply want to laugh out loud.🫶🏻 (@westiesan)
  • Untuk insan pelit yang lebih suka seduh kopi sendiri dan ga mampu beli mesin kopi –> Mardika Coffee (Anonymous)
  • Gaes, mau kasih rekomendasi novel fiksi yang judulnya The Queen of Satan karya Iroy Mahyuni terbitan Pustaka Paoh Nilo. Novel ini ngajak pembaca buat belajar mengikuti cerita tanpa sub-bab apa pun, font Cambria yang dipake dalam cetakannya bikin mata nyaman. Sejauh 76 halaman yang kubaca dari total 434 halaman mengajak aku mengenal soal hubungan pertemanan antar perempuan yang kompleks tapi nggak saling meninggalkan. Dunia emang bisa diliat dari berbagai POV, masalah benar salah sangat subjektif. Tapi, dari novel ini aku belajar kadang kita harus denger pendapat yang kita butuhkan meski nggak selalu 'merdu'. Bisa banget dimasukkin ke TBR kalian yang lagi bingung mau baca apa. - (Ayu)

Yuk guys, jangan lupa kasih rekomendasimu, ya! Caranya gampang klik aja di sini!

Quote of the day

“It is not in the stars to hold our destiny, but in ourself.”

-William Shakespeare-

Thank you note

Thanks to Someone for buying us coffee today :)

(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here...just click here. Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kami kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.