Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 & Hak Angket DPR

Admin
UTC
1 kali dilihat
0 kali dibagikan

Everybody meet: Hak angket.

Soal dugaan Pilpres 2024 Curang.
Ehe Ehe he. Hampir dua minggu setelah nyoblos, Pemilu 2024 masih banget bikin kita penasaran “What’s next???” yekan. Secara, nyoblosnya doang yang kelar, tapi drama-drama setelahnya, ya masih lanjut. Kayak sekuel gitu lo, persis film favorit kamu ehehehe. Nah kali ini, kita mau bahas soal dugaan kecurangan yang terjadi di Pemilu kemaren, guys. JENG JENG!!!! Nah karena dinilai curang, maka banyak deh tuh cara yang dilakukan buat mendalami hal ini. Salah satunya, everybody meet: Hak Angket DPR.
 
Hold on. I need some background. 
You got it. Jadi gini ceritanya, guysAs we all know nyoblos-nyoblosan kan udah lewat ya. Di Pilpres sendiri, based on real count-nya KPU per kemarin pukul lima sore, paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, masih memimpin perolehan suara dengan total 58,84%. Mereka unggul jauh dibanding dua pesaingnya, di mana paslon 01, Anies-Muhaimin cuma dapat 24,4%, dan paslon 03, Ganjar-Mahfud lebih rendah lagi, yaitu cuma sebesar 16,76% total perolehan suaranya.
 
HMMMM….
Well, at this point, 02 most likely bakal memenangkan Pilpres dong, di mana 03 dan 01 yaa… kalah. Menurut mereka dan para pendukungnya sih, kalau kalah menangnya fair and square mah gpp ya, guys. Nah tapi ini keadaannya, terdapat banyak banget kejadian yang mengarah ke dugaan kecurangan. Nggak tanggung-tanggung, Indonesian Corruption Watch aka ICW bareng sama KontraS bahkan menemukan sebanyak 310 peristiwa dugaan kecurangan dalam Pemilu 2024.
 
HAH???? Busetttt…
We know, we know. To give you a better context, dugaan kecurangan di sini bentuknya macem-macem nih, guys. Mulai dari pelanggaran netralitas, penggunaan fasilitas negara oleh kandidat (yang nonton Dirty Vote pasti paham), sampai politik uang dan serangkaian kecurangan-kecurangan lainnya. Makanya hal ini di-highlight banget sama banyak pihak kan, termasuk paslon 01 dan 03 aka pihak yang kalah. Mereka juga ngeliatnya ada kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif di sini. Well, again, kalau kalahnya fair and square tuh gpp banget, guys. Kalau gini… Gimana coba?
 
Terus gmn…
Nah makanya, kedua kubu ini bermaksud untuk membuktikan bahwa kecurangan ini bukan sekadar ‘dugaan’ tapi beneran ada. Makanya, harus dibuktikan kan. Dibuktikannya gimana? Ya lewat penyelidikan. Atas izin siapa penyelidikan itu dilakukan dan siapa yang melakukannya? Ya DPR. So now, everybody meet: Hak Angket DPR.
 
Gimme all the details…
You got it. Jadi kamu tahu dong selain tugas legislasi aka bikinin undang-undang, DPR RI tuh juga punya satu tugas lagi, which is pengawasan yekan. Adapun dalam menjalankan tugasnya yang satu ini, DPR punya tiga senjata: hak interpelasi, hak angket, dan juga hak menyatakan pendapat. Kita bahas satu-satu deh ya.
 
Gini gini….
By definition, hak interpelasi adalah: “Hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.” Kata kuncinya adalah ‘mintain keterangan’. Iya, jadi kalau ada kebijakan pemerintah yang ‘miring’ dikit, let’s say kayak PPDB-nya Mendikbud Nadiem, atau masalah pajaknya Menkeu Sri Mulyani, DPR kan pasti manggil itu menteri tuh. Nah di situlah DPR sedang menjalankan hak interpelasinya, guys.
 
Terus hak angket?
Nah ini yang rame diomongin dalam konteks Pemilu kali ini. Selain hak interpelasi, ada namanya hak angket. Nggak kayak hak interpelasi yang cuma mintai keterangan, nah di hak angket, di sini DPR bisa melakukan penyelidikan terhadap suatu undang-undang atau kebijakan pemerintah  yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Nah kalau hak angket diterima, DPR bakal bentuk panitia khusus yang tugasnya melakukan penyelidikan itu, guys. Terus setelah diselidiki, dan emang terbukti ada pelanggaran, DPR bakal menggunakan hak ketiganya: Hak menyatakan pendapat.
 
I see…..
Nah sekarang pertanyaannya, DPR tuh satu suara nggak mau menggunakan haknya? Ya tergantung. Fraksi di DPR banyakan setuju apa enggak? Anggota DPR banyakan setuju apa engga? Kudu diliat lagi kan. Hak interpelasi dan hak angket sendiri sih minimal banget harus dapat dukungan 50% supaya bisa disetujui. Nah sekarang, yuk kita liat siapa aja yang kira-kira mendukung dan menolak hak interpelasi dan hak angket ini.
 
Coba gimana?
Yang harus kamu tahu adalah, hak interpleasi dan hak angket ini pertama kali diusulkan oleh Capres Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo. Tahu kan Mas Ganjar dari partai mana? Yak, PDI Perjuangan. Dan tahu dong power-nya PDI Perjuangan di DPR kayak apa? Gede banget, karena 128 kursi di DPR tuh isinya kader PDI Perjuangan semua, guys. Adapun terkait sikap PDI Perjuangan untuk hak angket dan hak interpelasi sendiri udah disampaikan Mas Ganjar ke Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, dan udah diketahui juga sama Ketum mereka, the one and only Megawati Soekarnoputri.
 
Tapi kan PDI Perjuangan doang nggak cukup dong? 
Ya emang engga. Makanya butuh suara dari partai politik lain, jadi bisa nyukupin kuorum 50%-nya. Politisi PDI Perjuangan, Adian Napitupulu sih optimis ya kuorumnya bakal terpenuhi. “Soalnya di DPR nggak ada paman,” katanya gitu. Tapi ya gitu, partai politik lain sejauh ini juga mendukung banget adanya hak interpelasi dan hak angket. Terutama partai politik di kubu 01 kayak PKB, PKS, dan NasDem.
 
Gimana katanya? 
Ya intinya sih mereka dukung ya. Malah kalau menurut PKS, lebih make sense ajuin hak angket daripada menggugat ke Mahkamah Konstitusi. Yep, disampaikan langsung oleh Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsy, di MK tuh ada pamannya, guys (iykyk). Jadi ya mending angket aja, cantik, katanya gitu. The same thoughts were also spoken by PKB dan NasDem. Ketua Umum NasDem, Surya Paloh, bahkan udah menginstruksikan kadernya di DPR buat wajib say yes untuk hak angket dan hak interpelasi. Meanwhile, PKB, di mana ketua umumnya merupakan Cawapres 01, Muhaimin Iskandar, udah nyiapin berbagai data dan fakta kecurangan yang bisa dibahas ntar sama panitia khususnya DPR.
 
Terus kalau kubu satunya lagi ada tanggapan?
Oh jelas ada. Satu kata, kubu 02 bilangnya, “Lebay.” Iya, Sekretaris TKN Prabowo-Gibran, Nusron Wahid, bilangnya hak angket dan hak interpelasi begini tuh berlebihan, guys. Alias lebay. Tapi yaa udah, biasa aja katanya. In his words, Bang Nusron bilang, “Tapi itu biasa, dalam politik ini selalu ada rumus, yang kalah selalu mengatakan KPU curang, Bawaslu tidak tegas,” ceunah. Selanjutnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono juga ngeliatnya nggak ada urgensinya sampe harus ada hak anget. Move on aja dong, gitu. “Lima tahun sepuluh tahun ke depan banyak tantangan.” In other words, “Move on aja sih. Masih banyak hal yang harus diribetin daripada urusan beginian,” gitu kira-kira, guys ehehehe.
 
Ye emang kenapa sih, Mas?
Nah kalau kata Prof. Yusril Ihza Mahendra yang juga jadi bagian di 02 nih ya, adanya hak angket ini tuh bikin perselisihan Pilpres terusssss berlarut, nggak jelas selesainya kapan, bahkan berpotensi banget menimbulkan kekacauan. Jadi maksudnya Prof. Yusril, ya kalau kalah, ya udah silakan ajuin gugatannya ke Mahkamah Konstitusi, bukan hak angket. Karena tugas MK tuh di situ, mengadili perselisihan hasil Pemilu.
 
Terus hasil Pemilu bakal berubah nggak?
Oh enggak. Kalaupun hak angket ini ntar di-acc dan disetujui, eks Menkopolhukam yang juga Cawapres 03, Mahfud MD bilangnya DPR tetap nggak punya wewenang buat membatalkan keputusan KPU atau Keputusan MK sekalipun. Jadi hasil Pemilu ya nggak bakal berubah. Jadi ntar DPR tuh sekadar menyatakan pendapatnya aja gitu lo terkait pelanggaran atau kecurangan Pmilu kalau ntar kebukti demikian. Worst case-nya sih, Presiden bisa dimakzulkan.
 
So, where are we going from here?
Ya tunggu DPR rapat dulu sih. FYI DPR tuh sekarang lagi masa reses guys, alias para anggotanya lagi balik ke dapil masing-masing. Ntar Maret baru sidang lagi. Nah kalau udah sidang, baru deh akan dibahas dan diputuskan apakah mereka mau pake hak angketnya apa engga. Di sini kita bisa tahu juga kekuatan siapa yang bakal menang. Apakah dari 01+03, atau 02. Atau ada plot twist ntar, ya nggak tahu ehehehe.
 
Got it. Now wrap it up…
Jadi ya gitu intinya, guys. Talking about kalkulasinya DPR, sejauh ini sih, kalau diitung-itung, PDI Perjuangan kan punya suara di DPR sebesar 19,33%, disusul PKB 9,69%, terus ada NasDem 9,05% dan PKS 8,21%. Kalau ditotal-total baru nyampe 46,28% tuh. Tinggal PPP yang sampai sekarang belum menyatakan sikapnya. Di sisi lain, Koalisi Indonesia Maju sendiri kalau ditotal-total punya suara sebesar 39,42%. Jadi, apakah hak angket dan hak interpelasi bakal dilakukan DPR? Mari kita nantikan bersama ehehehehe.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.