Hello
Welcome to the final month of 2024! We really really hope that you’ve had a great year so far, and may December bring you nothing but happiness, abundance, sincere love and a clean government (LOL). Now on the news…
What’s making everyone angry?
Dosen Pelaku Pelecehan Seksual di Unhas.
Jelek banget perilaku orang-orang asli. Bener-bener nggak ada ruang yang aman buat perempuan kenapa sih??!!! Not to mention relasi kuasa juga masih ada di mana korban jadi nggak punya pilihan. Yep, contohnya yang baru banget terjadi di Universitas Hasanuddin, Makassar. Rame banget seorang mahasiswa yang dilecehkan oleh dosennya sendiri. Dosennya namanya Firman Sale. Please remember his name and his face. Trauma? Jelas lah. Tapi yang harus di-highlight di sini adalah, staf di Unhas tuh seolah ‘meremehkan’ trauma korban, guys. Korban bahkan disebut halu di sini.
Gila! Tell. Me. Everything.
Sure. Jadi guys, ada nih satu mahasiswi di Fakultas Ilmu Budaya Unhas sekarang lagi skripsian. Pada 25 September lalu, dia datang nih ke kampus bimbingan kayak biasa sama si dosen pembimbingnya atas nama Firman Saleh. Nah, pas udah kelar, dia udah mau balik, eh ditahan sama Firman. Firman kemudian megang tangan dia, coba peluk, dsb. Mahasiswi yang nggak mau disebutkan namanya ini kemudian melapor ke Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Unhas dan kasusnya pun ditangani sejak saat itu.
I am reading....
To give you a better context, Satgas PPKS ini emang udah available di hampir setiap kampus di Indonesia, guys. Iya, lewat Permendikbud Ristek Nomor 30 Tahun 2021 yang disahkan Nadiem Makarim, mahasiswa yang mengalami kekerasan seksual di lingkungan kampus tuh bisa ngelapor dan kasusnya pun jadi bisa ditindak. The same goes on Universitas Hasanuddin. Mahasiswi yang lagi skripsian ini juga kemaren melapor ke Satgas PPKS di kampusnya. Dan pelaku pun dinyatakan terbukti melakukan pelecehan seksual.
Gimme all the details…
Disampaikan oleh Ketua Satgas PPKS Unhas, Prof. Dr. Farida Patittingi, pada Jumat (29/11) lalu, pihaknya udah dapat keterangan dari korban di mana korban bilang tidak ada pemerkosaan. In her words, Bu Farida bahkan ngomong, “Kami menanyakan, 'Tolong Nak, sampaikanlah yang sebenar-benarnya dan jangan takut,' berkali-kali saya tanya sampai saya memeluk dia (korban). 'Ngomonglah nak sesuai dengan apa kamu alami.' Terakhir dia mau cerita saat saya tanya lagi betul nak tidak ada pemerkosaan? Katanya tidak."
But still….
Firman Saleh tetap disanksi atas tindakannya, guys. Yep, Bu Farida bilang sanksi yang mereka berikan itu udah berat. Yaitu pembebastugasan dari tugasnya sebagai dosen selama satu setengah semester aka 18 bulan. Tapi ya gitu, salah satu staf PPKS Unhas tuh ternyata justru memihak ke Firman, guys.
WHAT????
Iya, ini ketahuan waktu bukti chat si staff dan mahasiswa tersebut beredar. Si staf ngomong begini masa: “Kalau dipikir-pikir lebih tersiksa lagi Pak Firman dengan sanksi ini. Yang bersangkutan tidak bisa naik jabatan, akan ada di posisi ini terus sampai nanti. Kata lainnya tersiksa seumur hidup sebagai dosen,” gitu. Dibantah lah sama si mahasiswa kan, “Lah terus trauma saya gimana?” Eh, si staf itu malah balik nge-counter, “Dipecat pun dek ndak menjamin hilang traumamu,” cenah.
WAH UDAH GILA….
Menyikapi hal ini, Kepala Humas Universitas Hasanuddin, Ahmad Bahar menyebut Prof. Farida selaku Ketua Satgas PPKS Unhas udah menegur staf tersebut sih, guys. Udah dipanggil juga katanya, ditanya-tanya apa maksudnya ngomong begitu, kenapa sampe ngomong gitu, dll. Pak Bahar kemudian bilang staf itu ngomong atas inisiatifnya sendiri, guys, makanya ditegur. Lebih jauh, belum diketwahui staf itu bakal disanksi apa enggak. Sekarang baru pemeriksaan cenah.
Staf tone deaf begitu ya harus dikasih sanksi lah…
Masih ngomongun sanksi, sanksi yang dijatuhkan Satgas PPKS Unhas ke Firman Saleh ini dinilai terlalu ringan, guys. Nggak tanggung-tanggung, sejumlah mahasiswa bahkan menggelar aksi unjuk rasa sampe membakar gedung Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Kamis (28/11). Kalau begini ya jatohnya berurusan sama polisi dong. Adapun dalam kejadian ini, Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, Kompol Devi Sujana menyebut ada 32 mahasiswa yang diamankan di sini.
Sampe dibakar???
Wait until you hear that: Salah satu mahasiswa pengunjuk rasa juga kena DO! Yep, ada mahasiswa namanya Alief Gufron kemaren di-DO oleh pihak kampus. Doi di-DO gara-gara ikutan aksi pembakaran gedung FIB kemaren itu. Hal ini kemudian langsung diklarifikasi oleh pihak Unhas, “Enggak. Nggak gitu.” Iya, pihak Unhas bilang nggak ada kaitannya DO-nya Alief sama aksi unjuk rasa itu ataupun kasus pelecehan seksual in general.
Kalau nggak ada kaitannya terus kenapa di-DO?
Well, Humas Unhas bilang Alief Gufran ini emang problematic aja anaknya, guys. Ketahuan minum di area kampus, udah dua kali bahkan. Sampe diproses di Komite Disiplin kampus sejak Oktober lalu, dan akhirnya sekarang di-DO. Again, Humas Unhas bilang ini nggak ada kaitannya sama apa yang terjadi sekarang, guys. “Cuma karena kebetulan putusannya jatuh setelah yang bersangkutan melakukan demo kekerasan seksual tersebut. Jadi peristiwanya beririsan. Sejak Oktober sudah berproses kasusnya di komdis”, katanya gitu.
Terus, si dosen cabul tadi gimana kelanjutannya?
Nah, balik lagi ke case-nya si Firman Saleh. Karena tingginya tekanan mahasiswa yang menilai sanksi skors satu setengah semester tadi terlalu ringan, maka Unhas pun coba menambah hukumannya jadi usulan pemecetan. Yep, Firman ini kebetulan dosen ASN ygy. Jadi yang berhak memecat ya Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Unhas cuma ngusulin aja. Rektor mereka pun udah bersurat ke Mendikti Saintek terkait usulan ini. Adapun sampai berita ini ditulis, belum ada keterangan apa pun dari Kemendikti Saintek terkait kasus pelecehan seksual di Unhas.
Yok Pak Menteri….
Dari pemerintah sendiri, kasus ini udah dapat perhatian dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Deputi bidang Perlindungan Hak Perempuan KemenPPPA, Ratna Susianaswati pada Jumat (29/11) lalu menyebut pihaknya udah koordinasi sama Satgas PPKS Unhas. Udah koordinasi juga sama UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak Sulawesi Selatan. Dalam keterangannya kemaren, Bu Ratna menekankan pendampingan buat korban tuh penting dan make sure semua kebutuhan korban terpenuhi.
So, where are we going from here?
Well, disampaikan oleh kuasa hukum korban, Aflina Mustafainah, pihak korban bakal memproses kasus ini lebih jauh ke kepolisian ya. In that sense, timnya Bu Aflina udah koordinasi sama tim Lembaga Bantuan Hukum aka LBH untuk supaya mendampingi korban melapor ntar ke polisi. Adapun sampai saat ini, korban masih sibuk skripsian, guys. Tapi ya nggak sama lagi lah keadaannya. Masih ada banget traumanya. “Dia tidak seperti biasa lagi, itu kan mengambalikan sesuatu yang hilang kan susah. Kita meyakinkan dia itu punya hak atas kebenaran,” kata Bu Aflina.
We’re all on your side! Anything else?
We all are. Nah dari tadi ngomongin pelecehan seksual khususnya di lingkungan kampus, kamu harus tahu bahwa angka pelecehan seksual di lingkungan kampus tuh terus mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Thanks to Satgas PPKS, akhirnya makin banyak orang yang speak up terkait apa yang mereka alami, guys. Perbandingannya kalau dari tahun 2020 tuh, sebelum Satgas-nya ada Komnas Perempuan mencatat sebanyak 80% korban kekerasan seksual nggak berani speak up karena nggak tahu kasusnya bakal ditangani apa enggak. Jadi waktu itu mereka memilih diam, sekarang nggak lagi.
So, pls speak up, guys. We’re here for you.
Now everybody, stop whatever you're doing...
And let's catch up! on...
A triggering alarm on femicide. AAAAAAA marah banget kalo ngomongin perempuan yang jadi korban kekerasan tuh, apalagi kalau sampai berakhir meregang nyawa. Nah, kalo kamu pikir: Ah engga, ibu/nenek/teteh/tante/bibi atau siapapun gue itu aman, think again.
Why?
Karena menurut data yang baru dirilis oleh UN Women dan UN Office on Drugs and Crime (UNODC) Senin lalu, diketahui bahwa di tahun 2023 aja, 140 orang perempuan dan anak gadis meninggal SETIAP HARINYA di tangan pasangan maupun keluarga dekatnya. Artinya, satu perempuan terbunuh setiap sepuluh menit sekali.
OMG :(
Saking angkanya udah triggering banget, Sekjen PBB Antonio Guterres sampe bilang gini guys: "Kekerasan atas perempuan tuh udah jadi epidemi yang benar-benar memalukan buat kemanusiaan." Guterres juga bilang bahwa seluruh dunia harus bekerjasama dan berkomitmen penuh untuk menghadirkan keadilan, akuntabilitas dan dukungan untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan ini, guys :(.
Tell me more about the report.
Well, jadi laporannya menggambarkan bahwa memang femisida, atau pembunuhan karena perempuan itu terjadi di mana aja, ga peduli di benua kaya atau miskin, bagaimana status sosialnya, hingga kebudayaannya. Pokoknya rata kejadian di seluruh dunia, guys. Yang bedain adalah tingkat keparahannya.
Kayak apa tu...
Kayak misalnya, Afrika diketahui memiliki angka pembunuhan atas perempuan tertinggi, dengan mayoritas dilakukan oleh pasangan maupun keluarga dekat. Jumlahnya mencapai 21.700 jiwa di tahun 2023, diikuti oleh Benua Amerika dan Oseania. Meanwhile, di Eropa dan Benua Amerika, pembunuhan lebih banyak dilakukan oleh pasangan, yang jumlahnya mencapai 64% dari total kasus kematian.
Kalo Asia gimana?
Nah kalo both di Afrika dan Asia, pembunuhan atas perempuan lebih banyak dilakukan oleh anggota keluarga dibandingin pasangan. Hal ini menunjukkan emang ada perbedaan antara budaya dan dinamika sosialnya juga.
When democracy turns into demoCRAZY.....
Pilkada nggak ada lawannya.
Apa? Lawan kotak kosong? Di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Pemilihan Wali Kota di sana jauh lebih pelik dari lawan kotak kosong. Jangankan kotak kosong, paslon yang tanding di sana, Erna Lisa Halaby-Wartono, bahkan nggak punya lawan sama sekali, guys. Yep, pilihan warga cuma: Choosing them atau suaranya dianggap tidak sah. Nah, gongnya adalah, suara tidak sah justru mendominasi di Pilwali Banjarbaru. More on those, scroll down….
Tell me.
For starters, kamu harus tahu bahwa Pemilihan Wali Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan ini sebenernya punya dua paslon. Erna Lisa Halaby-Wartono yang diusung koalisi gendut KIM Plus + PDI Perjuangan (beneran plus plus nggak tuh) yang melawan Aditya Mufti Ariffin-Said Abdullah yang diusung PPP, Partai Ummat, dan Partai Buruh. Aditya ini wali kota petahana btw, pecah kongsi sama wakil wali kota-nya, Wartono. Jadi ada di dua kubu yang berbeda kan. Sampai puncaknya, Wartono melaporkan Adit ke Bawaslu Kalimantan Selatan atas tuduhan pelanggaran Pilkada.
I am reading…
Berproses kan tuh di Bawaslu Kalsel, while proses kampanye keduanya tetap jalan. Nah di Bawaslu, Adit terbukti bersalah melanggar pasal 71 ayat (1) dan (3) UU Pilkada, guys. Yep, Adit selaku petahana calon wali kota terbukti menggunakan kewenangan, program, dan kegiatan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon. Dari situ, Bawaslu Kalsel kemudian kasih rekomendasi ke KPU Banjarbaru untuk mendiskualifikasi Aditya-Said. Akhirnya, 1 November 2024 lalu, KPU Kota Banjarbaru pun mendiskualifikasi Aditya-Said dari Pilkada.
HMMMM….
Nah yang harus digaris bawahi di sini adalah, diskualifikasinya di sini tuh diputus setelah 1 bulan kampanye berjalan. Kayak, kemaren tanggal 27 November nyoblos nih, tanggal 1 nya baru didiskualifikasi. Surat suara bahkan udah dicetak. Nah kalau udah begini, nggak ada lagi tuh namanya kotak kosong, guys. Peraturan KPU juga legit menyebut kalau ada case begini maka kalau ada warga yang kekeh memilih paslon yang udah didiskualifikasi itu, suaranya dianggap tidak sah.
WHAT????
Hold your thoughts karena Suara tidak sah justru menang di Pilkada Banjarbaru! Yep, berdasarkan hasil perhitungan suara yang dilakukan Gerakan Masyarakat Peduli Demokrasi aka GMPD Banjarbaru, perolehan suara tidak sah di sana mencapai 68,6%, guys. Sedangkan, suara yang nyoblos Erna Lisa-Wartono cuma ada di angka 31,4%. Tapi, KPU Banjarbaru be like, “Suara yang tidak sah, ya tidak sah." Jadi sampai sekarang, KPUD itu masih fokus perhitungan suara real count ygy.
Lagian, kenapa jadi begini kejadiannya si?
Nah ini juga harus diomongin, guys. Partai pengusung Adit-Said sih ngeliatnya ini janggal banget ya. Bahkan, Ketua DPC Partai Hanura Banjarbaru, Muchyaruddin namanya, bahkan bilang ini tuh jatohnya udah mematikan demokrasi di Banjarbaru, guys. The same thoughts were also spoken by Partai Buruh di Banjarbaru. Pengurus Partai Buruh Banjarbaru bahkan bilang alasan penyalahgunaan wewenang tadi cuma rekayasa aja. Sengaja biar menjegal paslon Aditya-Said.
……
Makanya, Pakar Hukum Kepemiluan dari UI, Titi Anggraini ngeliatnya KPU Banjarbaru di sini udah melanggar asas jujur, adil, dan demokratis. That being said, Pemilihan Wali Kota Banjarbaru kemaren itu dinilai inkonstitusional. Jadi, ada beberapa hal sih yang bisa dilakukan: Mulai dari ngelapor ke Bawaslu RI soal pelanggaran administrasi Pilkada, sampai bikin gugatan ke Mahkamah Konstitusi. “Saya meyakini kalau permohonan sengketa hasil tersebut dilayangkan, pasti akan dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi," kata Bu Titi. In that sense, Pakar Hukum Tata Negara sekaligus mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana dalam keterangannya Sabtu (30/11) menyebut pihaknya yang bakal bawa masalah ini ke MK. Just wait and see perkembangannya bakal kayak apa yah…
Got it. Anything else?
Jadi ya gitu deh guys intinya. Emang bahaya banget nih main diskualifikasi terus suara dianggap nggak sah gini. Soalnya, Bu Titi bilang praktek kayak gini rentan banget ntar diikutin di daerah lain. Kayak, ntar di 2029 misalnya, ada lagi nih case dua palon duel begini, ya gampang aja dong tinggal diskualifikasi, terus salah satu paslon jadi auto menang. “Tuh, kayak di Banjarbaru kemaren bisa aja tuh." Makanya ini harus dilawan, guys, buat menjaga demokrasi di negara yang katanya negara demokrasi ini.
Who's saying "What belongs to you then it belongs to you"?
Thailand.
To Madagaskar
Gebrakan baru datang dari Negeri Gajah Putih alias Thailand. Baru-baru ini, Thailand kasih contoh gimana ngebenerin suatu isu di negaranya. Salah satunya, isu satwa liar yang sejak puluhan tahun lalu terjadi di sana.
For a context, Thailand ini dikenal sebagai importir satwa liar dari Madagaskar terbesar di Asia Tenggara. Adapun sampai tahun 2019 lalu, udah ada 35.000 spesies hewan dari Madagaskar yang diekspor ke Thailand. Hal ini of course jadi ancaman dong buat Madagaskar sendiri. That being said, pemerintah Thailand akhirnya memulangkan hewan-hewan itu balik ke negara asalnya di Madagaskar, guys.
Adapun disampaikan oleh Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Alam-nya Thailand, Dr. Chalermchai Sri-on, pemulangan ini merupakan komitmen Thailand buat memerangi penyelundupan satwa liar begini, guys. Plus jadi teguran juga buat para importir itu. Kayak, “Itu hewan-hewan nggak cocok di sini,” gitu. Secara, dari bulan Mei 2024 lalu, satwa liar yang diomongin di sini tuh udah banyak yang mati, guys. Gara-garanya, termasuk satwa itu nggak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Kayak, “Udah ah, jangan bawa hewan dari luar negeri! Toh ujung-ujungnya mati juga,” gitu lah.
Dari ribuan satwa liar yang bakal start dipulangkan, hari ini harusnya udah nyampe sih di Madagaskar. Dan ini baru batch pertama. Batch selanjutnya menyusul.
“Ini orang beneran atau iseng?”
Gitu guys komentar dari Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf pas ngomentarin soal munculnya wacana Muktamar Luar Biasa (MLB) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang rencananya bakal digelar pada bulan ini. Kata Gus Yahya, ini beneran emang ada yang mau muktamar? Perasaan ga ada angin ga ada hujan kok tiba-tiba mau MLB. Makanya doi bingung.
When your boss suddenly want a 7 AM meeting on Monday…
Announcement
Thanks to Mr. Sunflower, Ricchan, and Rin for buying us coffee today :)
Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here...just click here. Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!
Catch Me Up! recommendations
Want to make your home sparkling clean? Read this.