Dollar AS Terhadap Rupiah Diangka Rp16.300

Catch Me Up!
UTC
22 kali dilihat
0 kali dibagikan

Who's singing "And I'll rise up..."?

 

Dollar AS.

Rungsing dah ini asli. Dari pejabat, pengusaha, sampai masyarakat umum semua pada rungsing mikirin nilai tukar dollar AS yang dari beberapa hari lalu udah naik-naik ke puncak gunung. Per kemarin, nilai dollar AS terhadap Rupiah ada di angka Rp16.300 nih, gengs. Lantas, apa dampaknya buat perekonomian Indonesia ya? Keep reading to find out.


I am reading…

Ok. Yang harus kamu tahu adalah, sejak beberapa waktu lalu, dollar AS ini menguat di mana nilai tukarnya terhadap berbagai mata uang di dunia terus naik tinggi. Ini artinya, mata uang negara mereka terus melemah, dan artinya juga, harga-harga kebutuhan di negara tersebut naik. Iya, nggak peduli negara berkembang atau negara maju sekalipun, mata uangnya pada melemah. Let’s say ada dollar Australia, dollar Kanada, atau euro, rata-rata pada melemah sampai 4%. Terus, yuan China bahkan sampai melemah 8%.


IH kok gitu?? 

Banyak faktor sih, guys. Tapi yang pasti, suku bunga Bank Sentral-nya Amerika Serikat, namanya US Federal Reserve aka The Fed tuh diketahui nggak bakal turun dalam waktu dekat ini. Nah, karena suku bunga nggak turun, maka investor di sana juga jadi mikir seribu kali dong buat naroh duit mereka di bank. Hal ini kemudian terus bergulir, saling terkait satu sama lain di mana ending-nya, nilai tukar dollar jadi meningkat. Makanya ya itu tadi, investor AS yang trust issue, satu dunia kena getahnya.


Di Indonesia sendiri gimana? 

Well, sampai berita ini ditulis, nilai Rupiah tuh diketahui menguat sebesar 0,21%, gengs. Tapi ya gitu, bedanya cuma 0 koma kan. Nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah masih ada di angka Rp16.377. Tetap setrong itu dollar AS, guys. Lebih jauh, menurut ekonom David Sumual, fenomena Rupiah yang melemah ini juga didorong faktor dari dalam negeri sendiri, gengs.


Oh iya??

Iya. Menurut Pak David, pasar saham di Indonesia tuh sekarang lagi outflow, gengs. Terus impor kita sekarang juga lagi gila-gilanya kan. Not to mention ada dividen yang mesti dibayar. Jadi yaa ke-pressure di kita, guys. In his words, Pak David bilangnya gini nih: “Memang terlihat mulai ada tekanan sejak MInggu lalu saat data non-farm payrolls keluar. Ternyata (re: data) lebih tinggi sehingga ada kenaikan indeks dolar” katanya.


So, where are we going from here? 

Well, akibat menguatnya dollar AS, ekonomi kita jadi rada struggling deh ini. Iya, secara efeknya juga ke mana-mana banget kan. Termasuk mempengaruhi APBN kita. Disampaikan oleh Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, setiap nilai dollar AS menguat Rp100 aja per harinya, meaning ada peningkatan di belanja negara sampai Rp10,2 triliun, guys.


What’s that supposed to mean? 

Ya kalau belanja negara meningkat, maka pembayaran buat utang luar negeri, bunga utang, subsidi, sampai kompensasi energi semua pada meningkat. Ini artinya, kita kudu bayar lebih dong di sini. Boncos nggak tuh. That being said, APBN kita tahun ini bisa defisit menyentuh Rp6,2 triliun, guys.


Emang nggak dipikirkan dulu kah sebelumnya? 

Well, ada kok perhitungannya, gengs. Cuma, kalau kata Menteri Keuangan Bu Sri Mulyani Indrawati, asumsi makro nilai tukar Rupiah ini awalnya di-set sebesar Rp15 ribu rupiah aja. Eh, turns out dollar AS terus bergerak sampai Rp16 ribu. Melenceng kan. In that sense, Bu Ani bilang nggak cuma belanja dan pengeluaran negara yang bakal berpengaruh, guys. Tapi juga potensi perkembangan inflasi. Di awal, inflasi tuh di-set dengan asumsi sebesar 2,8% aja. eh sekarang udah melenceng sampai 3,05%.


Terus gimana dong? 

Kalau kata Presiden Joko Widodo mah, santui aja, guys. Toh bukan cuma kita yang terdampak penguatan dollar AS ini. Gitu kira-kira. Yep, dalam keterangannya kemaren, Pak Jokowi bilang keadaan global sekarang emang lagi gajelas, guys. Tapi tenang aja. “Menurut saya kalau masih di angka Rp 16.200 - Rp 16.300 masih posisi yang baik," katanya gitu. .


Alright. Anything else? 

FYI, kalau Presiden Jokowi ngeliatnya hal ini masih dalam posisi yang baik, para pengusaha beda lagi nih, gengs. Para pengusaha justru menyorot sektor usaha yang bakalan susah hiring lagi gara-gara Rupiah melemah. Yep, lapangan kerja jadi semakin sulit, guys. Secara, dengan dollar AS yang kian meningkat, bahan-bahan impor kan auto naik ya. logistik, transportasi juga naik. Basically, cost of doing business-nya jadi meningkat lah. Ya budget dari mana lagi buat memperkerjakan banyak orang. Makanya, pertumbuhan ekonomi Indonesia harus terus dijaga biar kesejahteraan masyarakatnya bisa tetap terjaga pula.

© 2024 Catch Me Up!. All Rights Reserved.