Dokter di Korea Selatan Tolak Penanganan Medis

Admin
UTC
1 kali dilihat
0 kali dibagikan

For when the protests still continue…

For South Korean Doctors.
Bukan, bukan Nam Ha-neul atau Yeo Jeong-woo yang masih marah, guys. Tapi dokter-dokter irl di Korea Selatan. Iya, dokter-dokter di Korsel sampai sekarang masih marah banget sama rencana kebijakan penambahan kuota mahasiswa FK digagas pemerintahnya. Sekalipun udah di-adjust nih, mereka tetap bilang “Enggak mao!” dan terus melakukan mogok kerja yang udah berlangsung sejak Februari lalu. Akibatnya, banyak layanan kesehatan yang terbengkalai karena para dokter ini menolak untuk melakukan penanganan medis.
 
Buset. Kenapa si emangnya?
Jadi gini ceritanya, guys. Sebenernya ini bukan masalah baru, di mana sejak 2020 lalu, pemerintah Korsel emang udah berencana meningkatkan kuota penerimaan dokter baru, secara mereka tuh kurang aja gitu, dokternya. Yep, saat ini, Korsel cuma punya 2,6 dokter untuk seribu orang warganya, jauh lebih sedikit dibanding rata-rata negara maju OECD yang perbandingan dokternya adalah 3,7 orang untuk seribu orang tadi.
 
I am reading…
Terus ditambah pandemi covid-19, dan populasi yang makin tua serta membutuhkan banyak medical care, ditambah layanan kesehatan yang banyak disubsidi pemerintah hingga bikin biaya kesehatan tuh murah banget dan bikin warga sana lebih sering ke dokter, maka kebutuhan akan dokter baru ini makin ngga bisa ditawar. Makanya pemerintah Korsel be like: Oke kita terima lebih banyak mahasiswa kedokteran aja biar kita punya lebih banyak dokter! Kebijakan ini kemudian dimulai dengan rencana penambahan kuota mahasiswa FK di Korea Selatan sebesar 65% secara nasional, atau adanya penambahan quota penerimaan minimal banget sekitar 2.000 mahasiswa FK baru.
 
Okay terus? 
Nah tapi ternyata, para dokter nggak sependapat sama hal ini, guys.  Secara menurut mereka, Korea Selatan tuh nggak kekurangan dokter umum. Tapi lebih ke kurangnya dokter-dokter di spesialisasi tertentu kayak spesialis kedaruratan misalnya. Selain itu, menurut mereka, banyak orang yang ngga tertarik jadi dokter tuh sebenernya juga karena upah intern dan residen yang masih rendah, dan kondisi kerja yang brutal. Ya bayangin aja, survey di sana mencatat, para dek koas di Korea Selatan kudu kerja multiple shifts di mana satu kali shift-nya tuh bisa lebih dari 24 jam. Dan banyak juga yang kerja lebih dari 80 jam per minggu.
 
Itu aja?
Engga juga. Selain urusan upah dan kerjaan yang berat, para dokter ini juga berargumen bahwa makin banyak dokter, maka bakal makin banyak kompetisi, dan hal ini sangat mungkin justru bakal menimbulkan overtreatment yang dilakukan dokter terhadap pasiennya. Mereka juga menilai kebijakan penambahan kuota FK tuh cuma akal-akalan pemerintah aja karena menjelang pemilu.
 
HMMM…
Tapi pemerintah tetap kekeuh menambah jumlah mahasiswa FK, guys. Meski ditolak ribuan dokter, the majority of which adalah residen dan dek koas yang justru penting banget dalam memberikan layanan emergency, pemerintah Korsel di bawah presiden Yoon Suk Yul justru mempertahankan rencananya. Dalam keterangannya di awal bulan ini, Yoon bilang bahwa penambahan 2.000 orang dokter itu udah paling minimum dan emang perlu dilakukan. Tapi kalo emang para dokter yang protes punya proposal lain, ya silakan disampaikan aja. Gitu ceunah.
 
Geez… terus gimana?
Ya serius guys, protesnya bener dilakukan dengan cara walkout aka ngga praktek. Hal ini udah berlangsung selama hampir enam minggu  hingga sekarang, dan terjadi di berbagai rumah sakit di Korsel. Akibatnya, pemerintah Korsel udah menerima komplain dari sekitar 2.000 pasien yang mengeluh karena operasinya di-cancel, janji ketemu dokternya terpaksa batal, dll. Akhirnya, pemerintah sampe menurunkan dokter militer buat memberikan layanan buat para pasien sipil.
 
WOW rumit.
Sebagai upaya jalan keluar, Presiden Yoon akhirnya pada minggu lalu menerbitkan rencana aturan terbaru, di mana penerimaannya jadi 1.000 mahasiswa deh, per tahun. Jadi di-cut setengahnya kan tuh. Jam kerja yang berlebihan juga bakal ditinjau, dan gaji yang kecil pun bakal ditingkatkan. Nah tapi ternyata, revisi ini masih belum memuaskan para pengunjuk rasa, guys. Mereka meminta kebijakan penambahan kuota mahasiswa FK ini dicabut sepenuhnya.
 
Jadi nggak ada solusi sampe sekarang? 
Masih belum nih. Korean Medical Association sendiri sih udah kasih ukltimatum ke pemerintah untuk membatalkan semua rencana kebijakan itu dalam waktu satu minggu ini. Jadi sebelum rencana kebijakannya dibatalkan, mereka bakal tetap demo dan mogok kerja. Padahal sejak awal Maret lalu, Kementerian Kesehatan Korea Selatan udah memperingatkan adanya konsekuensi hukum kalo pada dokter ini ngga kerja. Tapi, tetep nggak dihiraukan. Belasan ribu dokter tetap demo, mogok kerja, bahkan resigned, dan ninggalin rumah sakitnya.
 
:((( anything else I should know?
Well, tarik-tarikan antara pemerintah dan dokternya ini juga akhirnya bikin public opinion di Korsel terbelah. Awalnya, warga banyak yang mendukung pemerintah dan menilai bahwa penolakan dari para dokter ini lebih ke gengsi aja dan kepentingan pribadi supaya mereka tetep langka, sehingga banyak dicari dan dibutuhkan. Tapi seiring berjalannya waktu, warga juga menilai bahwa Presiden Yook perlu bikin kebijakan yang win-win, sehingga solusi tetap ada tanpa mengorbankan kepentingan pasien.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.