Here's your A-Z recap on: Demonstrasi Kawal Putusan MK....
#LAWAN
This is not the end, everybody. This is not done yet. Putusan MK harus kita kawal at least sampai 29 Agustus 2024. Make sure itu si inisial Kaesang beneran nggak daftar calon kepala daerah. Kalau kejadian plot twist lagi, kita kudu apa, teman-teman? LAWAN!!! Ada banyak cara sih untuk melawan. Salah satunya, dengan turun ke jalan kayak yang Kamis kemaren dilakukan di Gedung DPR RI, Jakarta. Yang harus di-highlight di sini adalah, aparat yang bertugas kemaren tuh brutal banget, gengs! More on those, scroll down deh.
Tell me.
Sure. So, you have heard the news, rite? Kamis (22/08/2024) kemaren, ribuan elemen masyarakat yang terdiri dari masyarat sipil, buruh, mahasiswa, sampai influencer semua turun ke jalan, rame-rame demo di depan Gedung DPR RI. Ya apalagi kalau bukan gara-gara DPR nggak mau ngikut Putusan MK terkait UU Pilkada.
Elaborate.
Well, in a nutshell, MK mengatur bahwa Kaesang ngga bisa maju sebagai calon gubernur karena doi belum cukup umur. Selain itu, MK juga ngatur what seems to be bikin partai lain bisa mencalonkan kandidat di Pilkada meskipun beseberangan dengan KIM Plus. Di sisi lain, MA mengatur sebaliknya. Nah, DPR sebagai pembentuk undang-undangnya kok malah acc yang MA awalnya... (Catch Up! more on those, here)
I got it. Now tell me about the protests.
Alrite. Jadi aksi protes ini terjadi di seantaro wilayah Indonesia, di mana kalo di Jakarta, pusat kegiatan ada di depan gedung DPR RI. Pada aksi tersebut, ada terjadi bentrok antara para pengunjuk rasa dengan aparat. Aparat stand by dengan gas air matanya, dan berbagai tindakan intimidasi dan kekerasan yang dilakukan oleh para aparat. Nggak tanggung-tanggung, di demo Kamis kemaren itu, pihak kepolisian menangkap sejumlah para pengunjuk rasa. Awalnya sempat denial nggak mau ngaku tuh mereka, tapi later on, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam akhirnya ngaku ada 301 orang yang ditangkap.
Kok banyak?
Iya kan. Masih dari keterangan Kombes Ary, ratusan orang ini ditangkap gara-gara diduga menganggu ketertiban, guys. Terus juga gara-gara perusakan yang mereka lakukan, sampai melakukan kekerasan terhadap petugas. Ok? Stop di sini and wait until you hear about: Polisi juga melakukan tindak kekerasan terhadap para demonstran dan para wartawan. Yang lebih mirisnya lagi, wartawan yang berusaha merekam kejadian kekerasan itu, juga dipukulin sama polisi. Jadi ceritanya tuh gini, guys. Kamis sore kemaren, seorang wartawan Tempo berinisial H diketahui ngeliat aparat polisi dan tentara menganiaya seorang demonstran. Padahal itu orang udah lemes parah coy.
WAH SAKIT....
Ya gimana sih, sebagai wartawan, ya stand by kamera kan. Termasuk H ini, Nah tapi pas si H lagi ngerekam, tiba-tiba di kiri, kanan, sama depannya tuh udah ada aparat, guys. “Kamera, kamera. Lu dari mana?” cenah. Terus nggak lama H langsung dipukul, pipinya ditonjok, bagian belakangnya ditendang sama itu aparat. Sampe dibawa ke pos, gitu-gitu.
Shezzzhhhh….
Hal ini lantas jadi perhatian Aliansi Jurnalis Independen aka AJI bersama LBH Pers. Dalam catatannya, H tuh bukan satu-satunya jurnalis yang jadi korban kekerasan aparat, guys. Yep, Ketua Umum AJI, Nany Afrida menyebut ada 11 orang jurnalis yang dapat kekerasan fisik, mental, dan psikologis. Hal ini yang kemudian disebut sebagai pelanggaran serius terhadap kebebasan pers, gengs. Makanya, Mbak Nany bilang itu para polisi betingkah harus ditindak tegas. Nggak bisa tuh cuma sanksi etik doang kayak yang udah-udah.
Ya udah kebaca nggak sih…
We know, we know. Emang meresahkan banget para isilop ini, guys. Balik lagi ke 301 orang yang kemaren ditangkap, dalam keterangannya kemaren, Kombes Ade dari Polda Metro Jaya bilang baru ada 112 orang yang udah dipulangkan dari total 301 orang tertangkap. Sisanya, masih harus melakukan pendalaman lebih lanjut. Soalnya kata Kombes Ade ada yang terlibat perusakan (Pagar depan DPR sampai jebol), nggak mengindahkan perintah aparat, sampai kekerasan terhadap aparat, which is ada potensi pelanggaran hukum kalau kata Kombes Ade.
HMM… So, where are we going from here?
Ok now, let’s hear it from: Bapak ibu yang terhormat di Gedung DPR RI ygy. Yang harus kamu tahu adalah, dari Kamis kemaren itu, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad udah menyebut Rapat Paripurna yang dijadwalkan mengesahkan RUU Pilkada (Versi ngikut Putusan MA) itu batal, guys. Nah karena batal, maka Pak Dasco bilang DPR FIX bakal ngikut Putusan MK, guys. Hal ini legit doi sampaikan di akun X-nya, plus lewat konferensi pers yang digelar Kamis malam kemaren.
Beneran ya, Pak???
Jangan tanya sama DPR, guys. Tanyanya sama… Komisi Pemilihan Umum aka KPU. Yep, kayak yang mimin jelasin tempo hari, bola panasnya tuh sekarang ada di KPU kan. Jadi setelah ribut-ribut demonstrasi ini, sampai Kantor KPU RI juga digeruduk warga, Ketua KPU Afifudin menegaskan, “KPU menindaklanjuti putusan MK." In that sense, kemaren (25/08/2024) banget nih, KPU, DPR beserta stakeholders lainnya udah rapat, guys (hari Minggu banget ga tuh rapat). Intinya sama, PKPU yang akan berlaku di Pilkada Serentak 2024 ini FIX bakal ngikutin Putusan MK. Meaning, Kaesang tetap nggak bisa nyalon jadi cagub/cawagub dan Anies Baswedan-PDI Perjuangan, masih punya harapan untuk ikutan Pilgub Jakarta melawan 12 partai itu.
Kawal terus pokoknya! Now, wrap it up....
Hari Minggu aja bisa kok mereka ketok palu ehehehehe. Anyways, speaking of Kaesang dan juga Anies Baswedan-PDI Perjuangan, update-nya gini: Dijelaskan kemaren oleh Sekjen PSI, Raja Juli Antoni, Kaesang Pangarep dipastikan nggak akan ikutan Pilkada kali ini, guys. “Mas Kaesang orang yang taat konstitusi,” ceunah. Meanwhile, Pak Anies, udah makin mepet nih sama PDI Perjuangan. Kemaren, doi udah ketemu sama DPD PDI Perjuangan. Jadi sekarang, tinggal nunggu restu dari Sang Ibu alias Ketum Megawati Soekarnoputri. Let’s see.