Demo #KawalPutusanMK di Semarang & Makassar Berujung Ricuh

Admin
UTC
8 kali dilihat
0 kali dibagikan

Let's see what happened in Semarang and Makassar.....

Where the demonstrations are not done yet.

Yoi. Demonstrasi #KawalPutusanMK dan menolak Politik Dinasti-nya Presiden Joko Widodo masih terus berlanjut, at least sampai Senin (26/08/2024) kemaren nih, guys. Nggak cuma di Jakarta, Senin kemaren, demonstrasi juga terjadi di Semarang, Jawa Tengah dan juga Makassar, Sulawesi Selatan. Parahnya, demo di dua kota ini berujung ricuh, bahkan anak-anak turut jadi korbannya. :((


HAH gimana ceritanya?

Parah banget kan? Jadi ceritanya tuh gini, guys. Kejadiannya tuh Senin kemaren di Semarang, Jawa Tengah, massa aksi yang mostly mahasiswa ini menggelar aksi unjuk rasa “Jateng Bergerak Adili dan Turunkan Jokowi”. Berpusat di Kantor DPRD Kota Semarang, awalnya aksi itu berjalan kondusif, guys. Cuma seiring berjalannya waktu, keadaan jadi makin panas!


Panas gimana? 

Yhaa terjadi bentrok antara massa aksi sama aparat. Massa main lempar-lempar, polisi pun melancarkan gas air matanya. Legit disampaikan oleh Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar, “Ada polisi Polrestabes Semarang yang terkena lemparan di pipi kanan,” katanya gitu. Terus, dari aksi lempar-lemparan itu, polisi makin getol bikin massa mundur dengan cara…. Yak, the one and only, gas air mata. Parah banget gas air matanya ini, guys. Bahkan, anak-anak yang mau berangkat ngaji di sekitar situ, juga nggak luput terkena gas air mata! We repeat: Anak-anak. Mau. Berangkat. Ngaji. Kena. Gas. Air. Mata.


Wah gila….

In their defense, dalam keterangannya kemaren, Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Artanto menyebut, “Kita kemarin sudah menjalankan sesuai SOP," guys. Kayak, “Ya merekanya yang bandel gamau bubar ya kita semprotkan lah itu gas air mata." Masih dalam keterangannya, Kombes Artanto bilang bahwa gas air mata itu ditembakkan dalam radius 500 meter, guys. Harusnya ga kena perkampungan ceunah. Jadi kalau akhirnya kena, itu gara-gara terhembus angin.


Hah kok angin?

We know riteee. Angin lagi, angin lagi. Padahal angin kan gapunya KTP ya eheheh. Anyway, dalam unjuk rasa kali ini, diketahui ada sebanyak 33 orang yang dilarikan ke rumah sakit. Mostly ya sesak nafas gara-gara gas air mata. Ada juga yang luka-luka kepala bocor, bahkan sampe serangan jantung. Sampai berita ini ditulis, puluhan pengunjuk rasa itu masih dirawat di sejumlah rumah sakit kayak RS Roemani, RSUP Kariadi, dan juga RS Hermina Pandanaran Semarang.


I see….

Dari Semarang, kita ke Makassar, Sulawesi Selatan. Aksi unjuk rasa juga terjadi di bawah flyover, Jalan Pettarani di mana ricuh-ricuh juga di sana. Sama case-nya kayak yang di Semarang. Awalnya aksi protes berjalan kondusif, tapi makin sore, mulai tuh terjadi aksi bakar-bakar ban, nutup jalan, bahkan sampe lempar-lemparin polisi. Again, polisi dengan defense-nya ya menembakkan gas air mata, guys.


Terus terus? 

Tapi kita nggak mau bahas gas air matanya di sini. Enough, deh. Yang harus kamu tahu adalah, ada angkot lagi lewat terus tiba-tiba dibakar sama warga! Nggak cuma itu, aksi protes inikan lokasi aksinya deket banget sama area kampus ya. Salah satunya, Universitas Negeri Makassar. Nah, tiba-tiba ada nih orang ntah dari mana kemaren nekat masuk ke area UNM dan ngacak-ngacak kampus itu, guys. Hal ini legit dikonfirmasi oleh Kapolrestabes Makassar, Kombes Mokhamad Ngajib. In his words: “Mereka bukan pengunjuk rasa tetapi ingin membuat rusuh." Akibatnya, sejumlah fasilitas kampus pun jadi rusak. 


Gila sih. Anything else I should know? 

Anyways, dari tadi ngomongin aksi unjuk rasa, satu yang jadi main character di sini adalah: Aparat kepolisian. Dari kejadian unjuk rasa di Jakarta, sampai yang di Semarang dan juga Makassar, semuanya mostly adaaaa aja tingkahnya polisi. Yang di-highlight sih, yha dugaan abuse of power-nya mereka. Tindakan kekerasan, sampai penangkapan yang berpotensi melanggar HAM. In that sense, Komnas HAM mendesak Kapolres Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan untuk evaluasi. Biar ke depan, kalau ada unjuk rasa pendekatannya tuh kudu lebih humanis dan terukur.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.